Puluhan personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) menggusur paksa warga di Kampung Tongkol Dalam, Kelurahan Ancol,Jakarta Utara pada Jumat (17/01). Sejak pukul 07.30 pagi, para tentara membongkar isi rumah warga sambil menyuruh mereka pergi.

Sekitar pukul 10.00, ekskavator datang ke Kampung Tongkol Dalam. Kemudian tentara langsung merobohkan tiap bangunan yang berada tepat di bawah Tol Pelabuhan atau Jalan Ir. Wiyoto Wiyono tersebut.

Satu jam berselang, warga yang ditemani staf ahli anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Achmad Azran melakukan negosiasi di Asrama Direktorat Peralatan Angkatan Darat, Bengkel Lapangan (Benglap) A034 01. Mereka mempertanyakan dasar hukum terkait eksekusi penggusuran.

Salah satu tentara yang mengaku sebagai penanggung jawab pasukan, Ely mengatakan, eksekusi ini merupakan perintah langsung dari Komando Daerah Militer (Kodam) Jayakarta untuk melakukan penggusuran yang tertunda sejak Desember 2024 lalu. Ia juga mengklaim warga sebelumnya telah diberitahu terkait penggusuran oleh lurah setempat 

“Hari ini perintah langsung untuk mengosongkan. Saya cuma menjalankan tugas, kalau mau protes silakan ke Kodam,” ujarnya pada Jumat (17/01).

Namun, warga membantah. Mereka bersaksi tidak ada batang hidung Pemerintah Daerah (Pemda) setempat selama seminggu terakhir di Kampung Tongkol Dalam.

Iklan

Warga pun mempertanyakan surat perintah penggusuran. Selain itu, warga menanyakan siapa atasan yang memberi perintah langsung.

Baca juga: Cemas Dihantui Penggusuran, Warga Kampung Tongkol Tagih Kepastian

Namun, Ely tidak bisa menunjukkan surat atau keterangan dalam bentuk apapun perihal arahan menggusur. Ia menyebut, surat perintah tak bisa ditunjukkan karena bersifat rahasia. 

“Sementara ini (surat perintah) masih rahasia, intinya kami dapat perintah dari Kodim yang menerima perintah dari atasnya lagi, kemudian atasnya lagi dan lagi,” ujar Ely.

Ely bersikukuh melakukan penggusuran. Pasalnya, Ia mengklaim warga telah mendapat kompensasi dan sepakat untuk mengosongkan lahan pada 26 Desember 2024 lalu.

Waktu itu, warga diberitahu untuk segera mengambil uang sebesar Rp10 juta. Sebab, lahan di samping Tol Pelabuhan akan dibangun Tol Harbour II oleh PT. Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) yang didirikan Jusuf Hamka. 

Selain itu, warga juga diminta menandatangani surat perjanjian di atas materai. Isinya tertera jika warga harus mengakui lahan di kolong Tol Pelabuhan itu milik Kodam Jayakarta, serta bersedia mengosongkan bangunan.

“Kami kan sudah beri perpanjangan waktu hingga 11 Januari lalu, soal relokasi dan keterlibatan Pemda kami ga tahu,” tegasnya.

Sementara itu, Staf Ahli anggota DPD RI Achmad Azran, Mimi mengatakan, warga sebelumnya telah berkoordinasi dengan Pemda Jakarta Utara pada 8 Januari 2025. Menurutnya, dalam pertemuan itu, pihak Pemda Jakarta Utara sepakat untuk menunda penggusuran sampai warga mendapat kepastian hunian layak.

Baca juga: Di Balik Krisis Hunian: Lahan Dikuasai, Rakyat Tergusur

Iklan

Lanjut Mimi, warga bersama anggota DPD RI Achmad Azran juga menemui Panglima Kodam Jayakarta, Mayjen TNI Rafael Granada pada 13 Januari 2025. Dalam pertemuan yang terekam dalam akun TikTok @bangazran itu, Rafael Granada mengakui lahan tersebut milik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). 

“Kalau ini tanahnya PUPR dan ingin digunakan untuk proyek, kenapa jadi urusan TNI, harusnya urusan Pemerintah,” ucapnya.

Meski begitu, Ely menolak dialog lebih lanjut. Ia bersama puluhan tentara lainnya tetap melakukan penggusuran terhadap sekitar 100 bangunan.

“Ini bukan tempatnya diskusi, tapi eksekusi,” tegasnya kembali.

Resah Tak Punya Tempat Tinggal

Seorang ibu sedang menggendong anaknya akibat penggusuran di Kampung Tongkol Dalam, pada Jum’at (17/1).

Pada pukul 17.00, penggusuran berhenti. Bangunan yang ada di kolong tol ludes berubah jadi puing-puing. Warga terpaksa menggelar tikar dan duduk berkumpul di depan gudang tua peninggalan Belanda yang biasa disebut “Si Tua Major Massie”.

Ketua Paguyuban Kampung Tongkol Dalam, Siti Masrifah mengatakan, warga tengah kelimpungan mencari tempat tinggal. Dirinya dan warga lain berencana membangun tenda untuk sementara, sampai mereka mendapat kepastian 

“Mau ke mana lagi, ini tempat tinggal kita satu-satunya,” ujarnya saat ditemui Tim Didaktika di lokasi penggusuran.

Nahas, pada pukul 18.30, hujan mengguyur deras. Hingga saat ini, warga masih berlindung di bawah kolong tol dan di atas reruntuhan bangunan roboh. Ada pula yang membawa anak-anaknya ke musala terdekat. 

Tim Didaktika bersama warga juga telah menghubungi lurah Ancol. Namun, hingga berita diterbitkan, belum ada tanggapan. 

Reporter/penulis: Ezra Hanif

Editor: Andreas Handy