Ragam ketidaksiapan muncul dari pembukaan Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi (PSI). Mahasiswa meragukan kesiapan UNJ ke depan dalam membuka Prodi baru.

Tertarik dalam bidang literasi, Ehud Harianja mengaku senang setelah diterima sebagai mahasiswa baru Prodi PSI UNJ. Namun, rasa senang Ehud berkurang selepas ia mengalami sejumlah permasalahan di prodi yang baru memulai kegiatan perkuliahan pada tahun 2024 tersebut.

Ehud mengeluhkan, tidak tersedianya ruang kelas tersendiri bagi Prodi PSI yang menyebabkan mereka harus memakai ruang kelas milik jurusan lain ketika perkuliahan luring. Ditambah, Prodi PSI sulit mendapatkan ruangan sebab sering sudah ditempati oleh prodi lain, sehingga perkuliahan lebih banyak dilakukan secara daring.

“Persiapan kelasnya sih belum ada ya, jadi kita kadang luring, kadang daring. Sejujurnya ingin sepenuhnya tatap muka, sebab kalau daring pembelajaran jadi tidak efektif, sering ada distraksi dari kegiatan lain. Berharap lebih diperhatikan ketersediaan kelasnya,” ujar Ehud pada Rabu (13/11).

Selain kurangnya ruang kelas, Ehud juga mengkritik ketiadaan buku penunjang mata kuliah Prodi PSI di Perpustakaan. Ia menuturkan, imbas tidak tersedianya buku penunjang di perpustakaan fakultas dan universitas, sampai membuatnya mencari buku sampai ke perpustakaan di luar kampus.

“Secara kesiapan Prodi PSI kurang di ketersediaan ruang kelas dan buku penunjang perkuliahan,” tegasnya.

Iklan

Serupa dengan Ehud, mahasiswa baru Prodi PSI Niswatil Khaitiah juga mengeluhkan hal serupa. Niswatil bercerita terkadang ia harus datang ke kampus hanya untuk mengikuti satu mata kuliah secara luring, dilanjutkan dengan kuliah daring pada hari yang sama.

“Karena tidak ada ruang kelas, jadi harus dilanjut daring dan mahasiswa harus keluar biaya lagi untuk membeli Zoom Premium. Semoga ke depan pembukaan prodi baru di UNJ dapat lebih siap,” tuturnya pada Rabu (04/12).

Baca juga: UNJ dan Babak Baru Industrialisasi: Menguak Motif dibalik Perubahan Nama Fakultas 

Sementara itu, Kepala Koordinator Prodi PSI, Dimas Kurnia Robby mengakui kurangnya sarana dan prasarana pada pembukaan Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi.  Dimas mengaku sampai saat ini, prodi yang ia pimpin belum memiliki ruang baca, perpustakaan, dan laboratorium.

“Memang belum tersedia, padahal fasilitas tersebut penting untuk para calon pustakawan. Untuk saat ini, mahasiswa Prodi PSI akan diarahkan menggunakan perpustakaan fakultas dan universitas, serta laboratorium komputer fakultas untuk perkuliahan,” jelasnya pada Kamis (28/11).

Lebih jauh, Dimas menyebut bahwa proses pembentukan Prodi PSI telah berjalan sejak tahun 2021. Dalam proses itu terdapat pengujian kelayakan pembentukan Prodi PSI dari senat fakultas, senat universitas, dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI). 

Akhirnya Prodi PSI terbentuk pada tahun 2023. Namun, prodi ini baru bisa menerima mahasiswa baru pada tahun 2024. Total jumlah mahasiswa PSI adalah 72 orang, mereka dibagi ke dalam dua kelas.

Menanggapi keluhan mahasiswa, Dimas berdalih bahwa tidak ada kelas milik prodi namun semuanya milih fakultas. Akan tetapi, menurutnya dalam beberapa interior ruangan kelas, masih terdapat keterangan kepemilikan dari prodi lain. 

Meskipun begitu, Dimas menyadari perkuliahan Prodi PSI memang sering dilakukan secara daring. Sebab, kelas yang tersedia kerap penuh terisi oleh perkuliahan dari prodi lain. Namun, ia menilai permasalahan tersebut lazim terjadi oleh prodi lain di UNJ.

“Memang kalau daring dianggap kurang efektif dan itu wajar dirasakan. Hanya mungkin,  mereka angkatan baru memiliki antusiasme tinggi, sehingga kecewa, itu juga sebuah catatan bagi kami,” ujar Dimas.

Iklan

Terkait ketersediaan buku penunjang mata kuliah PSI, Dimas mengaku, perpustakaan fakultas dan universitas memang minim buku semacam itu. Lanjut Dimas, kedepannya akan ada pengadaan buku penunjang mata kuliah PSI.

Adapun menurut Permendikbud No. 7 Tahun 2020, beberapa syarat fasilitas pembentukan prodi baru di antaranya adalah sarana dan prasarana penelitian seperti laboratorium sesuai dengan kebutuhan prodi. Selain itu, prodi juga harus mempunyai buku paling sedikit 200 judul sesuai dengan bidang keilmuan setiap prodi.

Dimas mengharapkan, pimpinan kampus lebih memperhatikan sarana dan prasarana prodi baru, agar antusiasme mahasiswa dapat terjaga. Menurut Dimas, antusiasme mahasiswa penting dijaga, agar informasi kelebihan prodi bisa mereka sebarkan dan mendapat banyak peminat.

“Jadi, jangan sampai kita (prodi baru) lahir, tetapi ibaratnya tidak dikasih asi, tidak dikasih susu formula, sehingga hanya tutup pada akhirnya. Kita tidak ada keinginan seperti itu, “ pungkas Dimas.

PTN BH dan Geliat UNJ Membuka Prodi Baru

Mahasiswa Pendidikan Sejarah UNJ, Nugroho Taufiq menyayangkan adanya berbagai permasalahan di Prodi PSI. Menurutnya, buku dan perpustakaan merupakan sarana prasarana penting untuk perkuliahan mahasiswa. Nugroho mengkritik langkah UNJ yang terburu-buru membuka prodi baru tanpa adanya kesiapan sarana dan prasarana. 

“Seharusnya dipersiapkan dengan baik, apalagi rencananya mau dibuka Prodi Ilmu Hukum, melihat tata kelola Prodi PSI yang belum maksimal saya jadi ragu UNJ siap dan mampu,” jelasnya pada Selasa (17/12).

Nugroho menilai, masifnya pembukaan prodi baru imbas UNJ yang telah menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). Diketahui, kampus PTN-BH memiliki keleluasaan akses yang lebih luas dalam bidang akademik, seperti mudahnya membuka prodi baru.

“Karena sudah jadi PTN-BH, subsidi negara berkurang dan mungkin saja motif dari pembukaan prodi baru untuk memperbesar pemasukan guna menutupi pengurangan dana. Akhirnya, kampus tergiur membuka banyak prodi baru demi keuntungan saja, kesiapan infrastrukturnya justru tertinggal, harusnya dipersiapkan dengan matang agar mahasiswa bisa maksimal melakukan perkuliahan,“ tutupnya.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Ifan Iskandar mengakui setelah menjadi PTN-BH, terdapat keleluasaan kampus dalam membuka prodi baru. Ia juga menyebut, tidak lagi diperlukan lagi izin kementerian untuk dapat membuka prodi baru.

“Segampang itu (proses pendirian prodi baru), tapi yang menjadi berat adalah jangan sampai prodi itu menjadi beban dalam tata kelola kampus, “ ucapnya.

Adapun Ifan menjelaskan sederet proses pendirian prodi baru di UNJ. Mulanya akademisi UNJ mengajukan proposal pendirian prodi baru ke senat akademik fakultas (SAF) dan senat akademik universitas (SAU). Setelah diterima, proposal kemudian diajukan ke lembaga akreditasi seperti Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). Selepas proposal dinyatakan layak, UNJ langsung meresmikan pendirian prodi baru.

Baca juga: Mekanisme Mahasiswa Cadangan, Antara Solusi dan Minim Sosialisasi

Menurut keterangan Ifan, Prodi Ilmu Hukum sudah pasti akan berdiri di UNJ. Sebab sudah mendapat izin resmi atau secara tertulis dari lembaga akreditasi.

“Kami juga merencanakan pembukaan prodi baru dari fakultas lain, dua prodi baru dari Fakultas Teknik (FT), ditambah satu prodi baru di bawah Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Namun karena baru mendapatkan izin secara lisan, belum secara tertulis jadi belum dapat sepenuhnya dipastikan, jadi yang sudah pasti akan berdiri adalah Prodi Ilmu Hukum,” terangnya pada Kamis (12/12).

Menanggapi tudingan pembukaan prodi baru hanya untuk menambah pendapatan, Ifan mengelak. Ia menyebut, pendirian prodi baru harus memperhatikan sejumlah hal, seperti target pasar, kesiapan sumber daya manusia (SDM), dan kesiapan sarana dan prasarana.

“Jadi, sebenarnya pembukaan prodi bukan semata-mata karena pencarian income generals, enggak. Pengembangan ilmu dan menjawab kebutuhan (pendidikan masyarakat), itu amanah tertingginya di situ, “ tegasnya.

Lanjutnya, Ifan membandingkan UNJ dengan Universitas Indonesia (UI). Bagi Ifan, prodi di UNJ jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang ada di UI. Menurut Ifan, suatu kampus besar ditandai dengan banyaknya prodi. Sebab, banyaknya prodi menunjukkan perkembangan ilmu pengetahuan dalam suatu kampus.

Merespon keluhan mahasiswa Prodi PSI, Ifan menegaskan tidak ada kepemilikan kelas oleh prodi, semua ruang kelas di UNJ dimiliki bersama. Terkait persoalan buku, Ifan menyatakan sumber pembelajaran dapat dengan mudah ditemui melalui internet. Bahkan baginya, sekarang penggunaan buku secara fisik di kelas sudah tidak zaman.

“Sudah dipenuhi kok (persyaratan pembukaan Prodi PSI), makanya dia (Prodi PSI) bisa lolos. Kalau tidak dipenuhi, tidak bisa lolos, “ pungkas Ifan.

Reporter/penulis: Andreas Handy

Editor: Zahra Pramuningtyas