Beberapa kerusakan yang terjadi di gedung G UNJ memaksa mahasiswa di tiap organisasi untuk memperbaiki dan melapor ke pihak rektorat. Sayangnya, belum ada kejelasan terkait perbaikan keseluruhan.

Buruknya fasilitas yang berada di Gedung G membuat mahasiswa merasa tidak nyaman. Beberapa sekretariat mengalami kerusakan yang cukup mengganggu kegiatan mahasiswa. 

Sekretariat Unit Kesenian Mahasiswa (UKM) contohnya, harus dilanda genangan air ketika hujan turun, membuat sulit setiap mahasiswa yang sedang berkegiatan. Pengurus harian UKM, Excel, menjelaskan kalau sekretariatnya mengalami kebocoran atap, sehingga air hujan merembes ke bagian belakang. Excel menerangkan, anggota UKM telah mengupayakan beberapa hal secara mandiri, yakni menambal bagian yang bocor.

“Kalau hujan tuh mengganggu, karena basah dan banjir.” Terang Excel.

Hal serupa juga dialami Sekretariat Kelompok Peneliti Muda (KPM), yakni genangan air tinggi yang mengganggu aktifitas organisasi. Pengurus Harian KPM, Yuda, menjelaskan penyebab dari genangan air itu adalah bocornya saluran pipa air dan hujan yang merembes. Tindakan yang dilakukan KPM dalam menyelesaikan permasalahan ini adalah melaporkannya pada pihak rektorat, tetapi belum ada upaya lebih lanjut hingga hari ini.

“Dari kebocoran itu terkadang suka muncul binatang kecoak dan tikus yang bisa saja membawa kuman atau penyakit”, ungkap Yuda.

Iklan

Selain sekretariat organisasi mahasiswa, kamar mandi umum Gedung G juga mengalami kerusakan dan menjadi permasalahan ketika mahasiswa ingin melakukan buang hajat atau air kecil. Terdapat beberapa kamar mandi yang debit airnya kecil, mampetnya saluran pembuangan, hingga tidak bisa digunakan. Seperti yang terjadi di kamar mandi laki-laki lantai satu dan tiga. Hal itu menyebabkan mahasiwa harus menggunakan kamar mandi di lantai dua sebagai satu-satunya yang berfungsi. 

Darryl, anggota Kelompok Mahasiswa Pecinta Fotografi (KMPF) merasa resah dan enggan menggunakan kamar mandi di gedung G. Baginya, kamar mandi dinilai kotor dan tidak terurus. Selain itu, Darryl juga merasa tidak nyaman ketika harus menggunakan kamar mandi laki-laki dan perempuan bersamaan. Sayangnya, ia tidak mempunyai pilihan lain.

“Malah sering ragu takutnya tiba-tiba ada lawan jenis di kamar mandi, pasti canggung kan, jadi lebih milih untuk ke kamar mandi Gedung Dewi Sartika walau agak jauh”, tutur Daryl.

Hal tersebut juga dirasakan oleh anggota Lembaga Kajian Mahasiswa (LKM), Najla Humaira. Kerusakan kamar mandi perempuan lantai dua dan tiga membuat Najla harus turun ke kamar mandi lantai satu. Selain itu, Najla juga mengeluhkan matinya lampu di lorong Gedung G. 

Baca juga: Optimalisasi Penggunaan ChatGPT dalam Dunia Akademik

“Kamar mandi lantai dua dan tiga untuk perempuan tidak bisa dipakai, sauaharus ke kamar mandi lantai satu dahulu. Terus lampu yang mati di lorong Gedung G bikin agak parno”, ujarnya.

Terkait hal tersebut, ketua Forum Kerukunan Gedung G (FKG), Yabes, menjelaskan bahwa kondisi gedung G memang seharusnya mendapatkan perbaikan. Hal itu sejalan dengan kondisi usia bangunan yang sudah memasuki usia kurang lebih 40 tahun.

Selain itu, Yabes menjelaskan bahwa kamar mandi di gedung G tidak bisa menampung kapasitas mahasiswa. Lantaran, hanya ada satu titik kamar mandi di area belakang kampus. 

“Kamar mandi tidak hanya dipakai oleh mahasiswa yang beraktifitas di Gedung G saja. Mahasiswa dari kantin dan parkiran juga menggunakan”, terang Yabes.

Yabes mengutarakan jika kerusakan fasilitas Gedung G masih dalam batas wajar, maka mahasiswa dapat menanganinnya. Seperti halnya yang dilakukan pada tanggal 18 Mei 2023, FKG melakukan kerja bakti dalam rangka membersihkan dan memperbaiki kondisi gedung G. 

Iklan

Inisiatif kerja bakti itu membuahkan hasil, selain membersihkan kondisi gedung G, juga membuat kamar mandi lantai satu laki-laki bisa digunakan kembali. Ia berharap, bahwa kegiatan ini juga dibarengi dengan usaha saling mengingatkan akan pentingnya menjaga kebersihan gedung G. 

“Selain karena alam dan usia bangunan yang sudah tua, faktor lainnya juga dari manusia yang tidak menjaga kebersihan.” Tekan Yabes.

Selain melakukan bersih-bersih dan perbaikan secara mandiri, FKG pun juga sudah berusaha melakukan pelaporan pada pihak rektorat dengan cara mengirimkan surat permohonan perbaikan gedung. Surat itu telah dikonfirmasi oleh pihak rektorat, kemudian dilanjutkan kepada Biro Umum dan Kepegawaian (BUK). 

Tindak lanjut yang dilakukan oleh BUK yaitu melakukan survey ke gedung G, serta memperbaiki lampu di lorong. Sayangnya belum ada jawaban ketika Tim Didaktika ingin mewawancarai lebih lanjut terkait pelaksanaan perbaikan besar dari pihak rektorat. Sementara itu ditengah kondisi fasilitas yang masih belum baik, Yabes hanya bisa berharap perbaikan di gedung G dapat dilakukan secepatnya.

“Saya cuman bisa berharap semua kerusakan yang terjadi di gedung G dapat dibenahi secepatnya”, pungkasnya. 

 

Penulis/ Reporter: Muhammad Waliduddin

Editor: Arrneto Bayliss