Tasawuf Underground berdayakan anak punk dan jalanan dengan metode pembelajaran non formal.

Tasawuf Underground bermula dari inisiatif Halim Ambiya. Berawal pada 2017 ketika Halim Ambiya mengumpulkan komunitas anak punk di bawah kolong jalan layang Tebet, Jakarta Selatan. Saat itu, Halim merasa prihatin dengan peliknya kehidupan yang dihadapi anak-anak punk tersebut.

Setelahnya pada 2020, Tasawuf Underground berdiri sebagai sebuah pesantren khusus anak-anak punk dan jalanan. Letaknya di Jalan RE Martadinata, Ciputat, Tangerang Selatan, di sebuah ruko berlantai tiga. 

Tasawuf Underground tidak mengusung metode pembelajaran seperti pesantren pada umumnya. Pengajaran dilakukan bersifat non-formal, di mana pengajaran dilaksanakan secara fleksibel dan menyesuaikan pola pikir anak-anak punk dan jalanan. 

Salah satu santri Pesantren Tasawuf Underground, Apay, mengungkapkan metode pembelajaran yang digunakan oleh Halim Ambiya. Menurutnya, Halim tahu bagaimana menangani anak-anak punk dan anak jalanan sepertinya. Halim akan memposisikan dirinya sebagai sahabat dalam pengajaran. 

“Misalkan juga kalau ada hafalan surah, terus kalau ada yang lupa biasanya suka dikasih hukuman kayak kupingnya dijepit, bersihin kamar mandi, nyuci asbak, apa aja. Hukuman itu juga yang buat santri-santri jadi lebih semangat untuk menghafal,” ungkap Apay.

Iklan

Selain metode pembelajaran, Apay juga mengatakan terdapat perbedaan pembelajaran di pondok selama bulan Ramadan dan sebelum bulan Ramadan. Saat bulan Ramadan akan ada kajian rutin yang diadakan oleh Halim. Para santri akan menghafal surat-surat pendek, bacaan sholat, dan bacaan doa. 

Pengajaran juga dilakukan dengan memperhatikan arti dari tiap ayat dan bacaan. Agar para santri dapat lebih memahami makna yang mereka lantunkan dan hafalkan.  

Baca juga: Gaung Toleransi di Segitiga Emas Bekasi

“Untuk kegiatan tambahan di bulan Ramadan, biasanya pak kyai datang lebih awal untuk kajian. Kalau kegiatan sehari-hari sih biasanya kita belajar kitab kuning, terus saling berbagi ilmu juga di antara para santri,” ucap Apay, Jumat (7/4).

Tidak hanya belajar ilmu agama, Tasawuf Underground juga mengajarkan kewirausahaan kepada para santrinya. Hal tersebut bertujuan agar para santri memiliki bekal setelah selesai menimba ilmu. Banyak usaha yang sudah didirikan oleh lulusan Tasawuf Underground selama tiga tahun terakhir.

“Pertama yang dibuka itu laundry, lalu buka coffee shop, steam, dan ada band musik juga,” tutur Apay.

Banyak perubahan baik yang dirasakan oleh para santri semenjak mereka masuk ke pesantren ini. Apay bercerita, semenjak mengenal Halim dan melihat ketulusannya dalam merangkul anak-anak punk, membuat ia bisa terbebas dari jeratan kehidupan masa lalunya.

“Saya bisa berhenti dari semuanya, itu karena melihat ketulusan Kyai Halim. Bagaimana beliau memanusiakan anak-anak seperti kami,” ungkapnya.

Hal yang sama juga dirasakan murid Halim yang lain, Deni Putranto mengaku kondisinya telah jauh berbeda saat masih menjadi anak jalanan dengan kehidupannya sekarang. Sebelumnya, ia suka menato anak-anak jalanan lainnya. Namun, semenjak ia menetap di Tasawuf Underground kegemarannya dituangkan dengan menggambar mural di tempat yang disediakan oleh Halim. 

“Jadi dialihkan ke gambar mural kayak di tembok-tembok coffee shop ini,” tutupnya. 

Iklan

 

Penulis: Anna Abellina Matulessy

Editor: Laila Nuraini Fitri