Berbagai organisasi buruh, petani, dan mahasiswa menggelar peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di kawasan Patung Kuda, Jakarta, pada Rabu (1/5). Tampak ribuan orang antusias mengikuti serangkaian acara peringatan “Hari Raya Buruh” tersebut.

Aksi yang berlangsung sejak pagi hari ini dimulai dengan berkumpulnya massa aksi di kawasan Dukuh Atas , Jakarta. Selanjutnya, massa aksi long march dari kawasan Dukuh Atas lalu ke Bundaran Hotel Indonesia (HI), berlanjut ke titik pusat aksi yang telah ditentukan, yaitu kawasan Patung Kuda, Jakarta.

Massa sempat beberapa kali dihalau oleh aparat dalam perjalanannya menuju kawasan Patung Kuda. Namun, dengan negosiasi yang cukup alot dengan pihak kepolisian, massa diberikan akses lagi untuk menuju titik pusat aksi

Koordinator Wilayah (Korwil) Daerah Khusus Jakarta, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI), Alson Nelbaho mengatakan, pada aksi kali ini tetap menuntut pencabutan Perppu Cipta Kerja. Karena, menurut Alson, peraturan itu menjadi akar permasalahan yang merugikan kelas buruh. 

Sebagai gambaran, lanjut Alson, adalah kenaikan upah buruh yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 51 tahun 2023 yang tidak sesuai. Ia menuturkan, sebelum adanya aturan itu, indikator perhitungan upah buruh masih ditinjau lewat biaya kebutuhan hidup layak (KHL). Sekarang ini, bagi Alson, sistem perhitungan upah yang hanya ditinjau lewat pertumbuhan ekonomi dan inflasi, berakibat kerugian bagi buruh.

“Teman-teman mahasiswa harus konsen disini juga sebetulnya, toh kan kalian bakal jadi pekerja,” tegas Alson

Iklan

Lanjutnya, ia berharap, pemerintah turut melibatkan para buruh dalam setiap perumusan ataupun pengambilan kebijakan yang berkelindan dengan nasib tenaga kerja di Indonesia. Karena baginya, sejauh ini kebijakan yang keluar nihil pelibatan buruh. Juga, aspirasi buruh tidak pernah didengar apalagi ditindaklanjuti dengan serius oleh pemerintah. 

Baca juga: Sebab Kita Semua Buruh, Maka Melawanlah!

Senada dengan Alson, Koordinator Lapangan (Korlap) Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak), Darja menuturkan, tuntutan massa aksi tidak sepenuhnya berkutat pada isu sektoral buruh saja. Melainkan, terkait juga dengan permasalahan yang melanda khalayak luas. 

“Tak hanya berfokus isu perburuhan. Tetapi juga membawa tuntutan perihal turunkan harga sembako, biaya pendidikan, konflik agraria , hingga demokrasi,” ucapnya

Menurut Darja, buruh bukanlah hanya sekadar mereka yang bekerja di pabrik saja. Setiap orang yang bekerja dan diberi upah adalah buruh. Maka peringatan hari buruh harus diperingati dan diperjuangkan oleh setiap orang

“Jadi jangan memandang May Day ini adalah milik buruh. Tetapi may day ini adalah milik kelas buruh. Yang berisi nelayan, petani, guru, kaum miskin kota, bahkan pelajar dan mahasiswa,” tegas Darja

Seorang massa aksi, Hasyifah menjelaskan alasan dirinya turut hadir dalam peringatan Hari Buruh, bertujuan untuk membersamai buruh lainnya dalam menuntut kesejahteraan buruh. Buruh perempuan yang tergabung serikat Sentral Gerakan Buruh Nasional (SGBN) itu, juga mengatakan, jamak buruh perempuan yang mendapat kekerasan dan diskriminasi dari tempatnya bekerja. 

Misalnya, kata Hasyifah, buruh perempuan di tempatnya bekerja kerap kali dipersulit untuk mendapatkan hak cuti haid. Tak hanya itu, buruh perempuan juga tidak mendapatkan upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup layak. Lanjutnya, terdapat praktik manipulatif berupa pemotongan upah buruh dengan dalih iuran jaminan kesehatan. Padahal, bagi Hasyifah, seharusnya jaminan kesehatan difasilitasi oleh perusahaan tanpa adanya pemotongan upah.

“Jangan sampai kita tertindas lagi. Disitulah pentingnya kita berserikat dan bergerak secara kolektif. Tanpa melawan kita pasti tertindas,” tegas Hasyifah.

“May Day atau hari buruh bukanlah peringatan bagi buruh saja. Melainkan bagi semua rakyat agar bergerak bersama menuntut keadilan,” pungkas Darja pada akhir wawancara

Iklan

 

Reporter/Penulis: Zidnan Nuuroh

Editor: Adam Farhan