Penurunan dana organisasi di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan Fakultas Ekonomi (FE) membuat mahasiswa perlu mencari pendanaan alternatif agar dapat menyelenggarakan program kerjanya. Kebijakan fakultas yang merubah mekanisme anggaran hingga proyek pembangunan gedung menjadi penyebab utama penurunan tersebut.
Organisasi mahasiswa di FIS dan FE mengalami kesulitan akibat penurunan dana organisasi. Dana yang berkurang secara signifikan mempengaruhi pelaksanaan program kerja, sehingga memaksa mahasiswa untuk mencari alternatif pendanaan dari luar kampus.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIS, Ibra Fabian. Ia menyebutkan, terjadi penurunan dana sebesar 70% di seluruh organisasi FIS. Sehingga tahun ini, dana organisasi dari dekanat hanya sebesar Rp60 juta.
“Padahal tahun lalu anggaran organisasi sebesar Rp150 juta,” ungkapnya, pada Senin (05/08).
Besaran dana, lanjutnya, sebesar Rp60 juta itu bukan hanya diperuntukan bagi BEM FIS saja. Melainkan akan dibagi merata dengan seluruh organisasi yang ada di FIS. Sebagai rincian, BEM FIS mengantongi Rp15 juta. Sedangkan Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), ORMAWA tingkat fakultas, dan OPMAWA tingkat program studi masing-masing mendapat Rp4 juta.
Menurut Ibra, selain penurunan dana, penyelenggaraan program kerja juga terhambat oleh mekanisme pengajuan dana di FIS. Organisasi harus terlebih dahulu mengajukan proposal, dan dana baru disalurkan setelah kegiatan selesai serta laporan pertanggungjawaban (LPJ) diserahkan.
Baca juga: Tali Simpul Kerentanan Pekerja Informal: Sebuah Catatan dari Kapitalisme Pinggiran
Akibatnya, organisasi di FIS terpaksa mengandalkan pendanaan alternatif dari luar kampus demi keberlangsungan program kerja. Pendanaan alternatif bisa berupa sponsorship, kas anggota, hingga hasil dari dana usaha (danusan).
“Penurunan dana tersebut sangat berdampak bagi jalannya organisasi kami. Apalagi, di periode ini, terdapat sembilan program kerja yang memerlukan biaya tidak sedikit,” sebutnya.
Senada dengan Ibra, Ketua BEM Fakultas Ekonomi (FE), Rosikul Ilmi menjelaskan, tahun ini penurunan dana organisasi juga terjadi di fakultasnya. Penurunan dana tersebut dapat ditilik ketika organisasinya mengajukan pendanaan melalui proposal program kerja ke dekanat.
Misalnya, sambung Rosikul, dalam pengajuan proposal program kerja Economics Opens, periode kepengurusan kali ini hanya mendapatkan dana sebesar Rp450 ribu. Padahal, pada periode sebelumnya dengan program yang sama bisa mencapai Rp750 ribu.
Rosikul menambahkan, bahwa dalam praktiknya, dana yang disetujui seringkali tidak sesuai dengan yang diajukan dalam proposal. Guna menutupi kekurangan tersebut, dia terpaksa mencari dana tambahan melalui berbagai cara, seperti hasil dana usaha (berjualan), uang kas anggota, hingga mencari dana sponsorship.
“Dana hanya turun begitu proposal program kerja diajukan. Namun, dana yang turun kerap kali tidak sesuai seperti yang tertuang dalam proposal,” pungkasnya, pada Rabu (07/08).
Selain itu, Rosikul menerangkan bahwa Dekanat FE lebih memprioritaskan dukungan finansial untuk program kerja BEM yang berstandar nasional. Sebab, program tersebut dianggap mampu meningkatkan akreditasi fakultas dan berpotensi mendatangkan bonus pendanaan tambahan dari kampus.
“Kami sempat melakukan audiensi meminta kejelasan kepada pihak fakultas, tetapi diberitahukan bahwa penurunan dana tersebut akibat adanya pembangunan gedung,” tutupnya.
Alasan Penurunan Dana
Menanggapi penurunan dana di FIS, Wakil Dekan (WD) II FIS, Aris Munandar beralasan, penurunan dana akibat banyak program kerja organisasi di FIS tidak sesuai dengan ketentuan Indeks Indikator Utama (IKU). Ia lantas mengharuskan organisasi di FIS membuat program kerja sesuai dengan standar IKU karena hal itu dapat meningkatkan akreditasi fakultas.
Tidak hanya itu, Aris menyatakan penurunan dana organisasi juga diakibatkan oleh minimnya mahasiswa di FIS yang menorehkan prestasi. Melihat rendahnya jumlah mahasiswa berprestasi, Aris dan Dekanat FIS sengaja membuat mekanisme penurunan dana organisasi supaya mahasiswa termotivasi untuk meningkatkan prestasinya.
“Apabila mahasiswa di FIS mampu meningkatkan prestasinya, pihak fakultas akan memberikan penambahan dana bagi organisasi,” ujarnya, pada Selasa (13/8).
Aris menambahkan, apabila mekanisme penurunan dana tersebut berhasil meningkatkan jumlah mahasiswa berprestasi, pihak fakultas akan menerapkan kebijakan serupa di tahun depan. Sebab, pihak FIS memang sedang berupaya meningkatkan jumlah mahasiswa berprestasi.
Lebih lanjut, Aris turut menekankan bahwa dalam merencanakan program kerja, organisasi di FIS perlu memperhatikan aspek-aspek yang dapat meningkatkan akreditasi fakultas agar bisa mendapatkan bonus anggaran dari universitas. Hal ini bisa dicapai dengan memastikan program kerja sudah selaras dengan visi fakultas.
Baca juga: Di Balik Krisis Hunian: Lahan Dikuasai, Rakyat Tergusur
Berbeda dengan Aris, WD II FE, Sapparuddin Mukhtar beralasan, penurunan dana organisasi akibat berkurangnya anggaran dari kampus. Berkurangnya anggaran FE diklaim Saparuddin imbas dari adanya pembangunan gedung perkuliahan baru di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
“Meskipun persentase anggaran untuk organisasi tetap 5-10% dari total anggaran fakultas, pengurangan anggaran dari kampus menyebabkan dana untuk organisasi juga ikut menurun,” sebutnya, pada Sabtu (17/8).
Berlandaskan hal itu, Sapparudin bersama dengan WD III FE memutuskan untuk lebih mengutamakan program kerja yang dapat meningkatkan akreditasi fakultas. Misalnya, seperti seminar nasional atau menyelenggarakan lomba tingkat nasional.
Penulis/reporter : Hanum Alkhansaa Rakyat
Editor : Adam Farhan