BEM FIS bersama dengan BEM Geografi mengadakan aksi solidaritas menuntut kejelasan kronologi kematian Valencia Matalino Arya Putra. Mahasiswa Geografi angkatan 2022 tersebut meninggal dalam kegiatan Pembaretan Resimen Mahasiswa (Menwa) UNJ, Kamis (11/5).

Aksi Solidaritas yang diinisiasi oleh BEM Geografi ini didasarkan pada simpang siurnya informasi yang beredar tentang kematian Valen. Sekitar 80 orang berkumpul di Arena Prestasi, Jumat (12/5) sebelum melakukan aksi simbolik menabur bunga di sekretariat Menwa dan di depan Gedung Rektorat UNJ.

Koordinator Lapangan Aksi Solidaritas Ibra Fabian mengatakan tuntutan dari aksi ini adalah mendesak pihak rektorat untuk mengusut tuntas peristiwa meninggalnya Valen. Selain itu, tuntutan juga ditujukan kepada Menwa guna menginformasikan kronologi yang jelas tentang kematian teman sejurusannya itu.

”Tuntutan utama kita adalah kronologi yang jelas, karena kita mendengar kronologi yang berbeda itu membuat kita sangat geram. Ditambah lagi Menwa terlalu lama untuk memberikan konfirmasi,” ungkapnya.

Dari sumber yang didapat Didaktika lewat rilis pertama Menwa UNJ, pelepasan kegiatan pembaretan dilaksanakan pada Rabu pukul 18.30 di Plaza UNJ. Sekitar pukul 19.30, Menwa memulai perjalanan ke Sukabumi. Pukul 22.30 Menwa  sampai di Koramil 0711/Cibadak, Sukabumi. Esoknya longmarch dilaksanakan sekitar jam 08.00, setelah menempuh jarak sejauh 10 KM di Kecamatan Pamuyuran, Valen mengeluh sakit.

Pertolongan pertama diberikan oleh kelompok latihan dan tim kesehatan dari KSR PMI Unit UNJ. Mulanya Valen didiagnosis syok jantung saat dibawa ke Puskesmas Cikidang. Namun setelah dilarikan menuju Rumah Sakit Palabuhanratu, Valen didiagnosis menderita heat stroke dan tidak dapat diselamatkan.

Iklan

Pihak rektorat, tokoh masyarakat, keluarga, dan mahasiswa telah mengadakan forum di rumah duka Magelang pada Kamis (11/5). Terdapat Komandan Menwa dan peserta pembaretan yang menghadiri forum, namun kedua mahasiswa tersebut menjelaskan dua kronologi yang berbeda.

Aksi simbolik tabur bunga di depan Gedung Rektorat UNJ

Komandan Satuan Menwa UNJ, Rayhan Miftahul Fasya—dari keterangan Ibra—menyatakan bahwa Valen merasa pusing di awal dan tetap memaksakan untuk berjalan. Namun saksi kedua mengatakan bahwa Valen merasa pusing dan langsung dibawa oleh ambulans.

“Nah informasi yang didapatkan simpang siur dan membuat geram. Kenapa ada dua kronologi yang berbeda, seakan ada yang ditutup-tutupi,” jelas Ibra yang juga mengikuti forum di rumah duka.

Simpang siurnya informasi dari Menwa membuat geram mahasiswa FIS, utamanya mahasiswa Geografi. Kegeraman mereka ditunjukkan oleh seruan massa aksi di perjalanan menuju rektorat. Massa aksi berulang kali meneriakkan stop militerisme di kampus dan pembekuan Menwa.

Salah seorang mahasiswa Geografi, Nambi berharap kasus ini tetap dikawal sampai tuntas. Bila nantinya terbukti adanya kelalaian dari pelaku maupun panitia acara, maka kampus harus memberikan ganjaran selayaknya kepada pelaku tersebut.

“Harapan saya terus dikawal kalau memang salah, pelakunya atau dari tim panitianya harus dihukum selayaknya. Entah itu pembekuan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) itu sendiri, atau hukuman lainnya,” tuturnya.

Baca Juga: Mahasiswa Segel Sekretariat Menwa UPNVJ

Sementara Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan, Abdul Syukur berjanji akan membentuk tim investigasi guna mengusut simpang siurnya informasi dalam pembaretan Menwa. Tim tersebut akan meninjau Tempat Kejadian Perkara (TKP), Sukabumi.

“Kami berupaya mengumpulkan data yang akurat. Kami akan menghimpun data dari BEM Prodi, Fakultas, dosen, dan pihak terkait guna mengunggah informasi yang akurat,” ucap Abdul Syukur di hadapan massa aksi.

Terkait dengan pembekuan Menwa, Abdul Syukur mengaku tidak memiliki wewenang untuk membubarkan atau membekukan Menwa. Namun Abdul menyatakan akan memutuskan hal ini melalui forum yang dihadiri oleh rektorat, BEM, dan pihak terkait. Abdul Syukur berjanji bahwa tim investigasi akan memberikan hasil investigasi pada Senin (15/5).

Iklan

Sampai saat ini Menwa belum mengeluarkan klarifikasi lebih lanjut. Pihak Menwa pun belum menunjukkan kesediaannya untuk diwawancarai Didaktika.

 

Penulis: Ragil Firdaus

Editor: Izam Komaruzaman