Tak pernah terlintas dipikiran Nurul Wahyu Lestari bahwa ia harus kehilangan barang-barang berharganya di tempat yang amat ia percayai bebas dari perlakuan tidak terpuji. Sebuah telepon genggam, dompet, serta laptopnya raib ketika ia menjalani ibadah salat magrib di masjid Fakultas Ilmu Sosial. “Ketika saya tinggal wudu, barangnya masih ada. Tapi setelah solat, semua hilang,” kisah mahasiswa program studi pendidikan sejarah itu. Kejadian pada 7 Oktober itu ia laporkan pada senior yang kebetulan berada di tempat yang sama. Atas bantuan senior tersebut, ia melacak keberadaan telepon genggamnya dengan menggunakan GPS. Jejaknya berakhir di daerah Arion. Nurul meyakini bahwa telepon genggam miliknya telah kehabisan daya.
Dua pekan setelahnya, tepatnya pada 23 Oktober, kejadian serupa menimpa Syifa Fauziah. Kali ini terjadi di hari libur yaitu minggu. Mahasiswa program studi pendidikan guru sekolah dasar itu harus rela kehilangan telepon genggamnya setelah dijambret di dekat parkiran melingkar, pintu depan UNJ.
Kejadian yang paling ramai ialah penodongan yang terekam oleh cctv pada 9 Oktober silam. Terjadi pada hari libur juga, lokasinya di Pendopo Fakultas Teknik. Irfan Husaini, korban yang baru saja menyelesaikan masa studinya di Fakultas Teknik, mengalami kerugian kurang lebih Rp 600,000,- atas telepon genggamnya yang diambil.
Sebelumnya, Irfan tidak menaruh curiga kepada seseorang yang menghampirinya dan meminjam korek. Lalu tiba-tiba datang seorang lainnya mengalungkan senjata tajam berupa celurit ke lehernya. Setelah keduanya kabur, Irfan sempat mengejarnya namun kehilangan jejak.
Sehari setelah kejadian tersebut, pihak keamanan UNJ lantas memeriksa cctv. Menurut pengakuan salah seorang anggota satpam, Taryono, ada yang mengenali wajah pelaku. “Dia cleaning service sini juga,” ujar Taryono yang sempat menjabat sebagai kepala Unit Pelayanan Teknis Keindahan, Ketertiban, Keamanan dan Perlengkapan (UPT K3P). Pihak kampus, dalam hal ini diwakilkan oleh Wakil Rektor II, Komarudin memerintahkan untuk melaporkan ke pihak kepolisian. Pihak keamanan pun memberi pendampingan kepada Irfan untuk membuat pengaduan kepada Polsek Pulogadung.
Taryono menyebutkan, pihaknya sudah mendatangi rumah terduga pelaku. Akan tetapi sesampainya di sana, rumah kontrakan tersebut telah kosong. Istrinya yang sedang hamil juga tidak terlihat. Taryono pun menyerahkan kepada Irfan mengenai kasusnya apakah ingin dilanjutkan atau tidak. Jadi, hingga hari ini pelaku masih bebas berkeliaran di luar sana.
Berbeda dengan Irfan, Nurul sendiri enggan melaporkan kejadiannya pada pihak manapun. “Kata orang tua saya percuma saja,” tuturnya. Saat ditanyai hal ini, Taryono mengaku tidak tahu menahu. Ia menyebutkan UNJ ini memang sangat terbuka sehingga dapat dimasuki oleh siapa saja. Kejadian semacam Nurul sebenarnya bukan kejadian yang pertama kali terjadi.
Melihat banyaknya kejadian yang mengancam keamanan ini, Lepot, selaku komandan Satpam mengakui kurangnya jumlah satpam di UNJ. Pada sebuah pertemuan bersama dengan para ketua organisasi mahasiswa di ruang sidang BAAK, Lepot mengungkapkan jumlah satpam saat ini 77, sedangkan angka idealnya adalah tidak kurang dari 150. 77 satpam tersebut dibagi keempat kampus, Kampus A yang berada di Jalan Rawamangun Muka, Kampus B di Jalan Pemuda, Kampus D di Jalan Halimun, dan Kampus E di Jalan Setia Budi.
Apalagi sejak parkiran UNJ melepas diri dari pengelola swasta, untuk sementara satpam harus bekerja ganda menjaga parkir juga. Pihak kampus, melalui biro kerumahtanggan mengaku telah membuat divisi tersendiri untuk parkir. Kebetulan Taryono sendiri yang memegang pengelolaan parkir dan kantin. Semua telah dilantik pada 21 oktober silam. Namun peralihan tersebut masih membutuhkan waktu.
Lepot mengaku kewalahan dengan tugas tambahan tersebut. Sebab menghambat kinerja satpam sehingga kekurangan personel baik yang menjaga pintu maupun yang berkeliling. “Semoga bisa secepatnya agar kinerja satpam bisa maksimal.” Selain hal tersebut, Lepot juga telah membuat pengajuan penambahan personel untuk satpam menyesuaikan kebutuhan seharusnya. “Tinggal menunggu acc dari atasan,” tutupnya.
Latifah