Program doktor Ilmu Manajemen – Manajemen Sumber Daya Manusia (IM-MSDM) kelas B Universitas Negeri Jakarta (UNJ)  mengadakan Seminar Nasional 2016, temanya adalah Penguatan Sumber Daya Manusia di Era Global (26/11). Acara itu bertempat di Aula Maftuhah Yusuf UNJ. Pembicara yang mengisi acara adalah Djaali rektor UNJ, Hotmatua Daulay Direktur Pengembangan Teknologi Industri Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,  dan Muhammad Taufiq, Deputi Bidang Kajian Kebijakan Lembaga Administrasi Negara (LAN).

“Dasarnya pendidikan (adalah) kemajuan SDM,” ucap Djaali. Menurutnya Indonesia memiliki potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang luar biasa namun kemajuannya tertinggal. Hari ini yang dibutuhkan adalah manusia yang berwirausaha. Ia  yang inovatif, kreatif, bisa membaca peluang,  menciptakan peluang, disiplin, detil, result oriented dan perfeksionis.

Djaali mengatakan SDM dalam pendidikan hanya berorientasi pada ijazah. Harusnya ada internalisasi nilai contohnya vokasi.  Pendidikan vokasi kurang, sekolah menengah kekurangan guru vokasi (kejuruan) sehingga guru adaptif harus dialihkan ke vokasi.

Dari sisi Sumber Daya Alam (SDA), Hotmatua Daulay mengatakan indonesia  memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat banyak namun pengelolahannya yang kurang. SDA Indonesia harus bernilai tambah dengan menjual produk baru contohnya  produk besi menjadi mobil. “Nilai tambah, kunci lompatan ekonomi,” tegasnya.

Menurut Hotmatua untuk mewujudkan hal itu kita harus butuh penelitian. Penelitian di Indonesia selalu tidak berakhir sampai industri.  Penelitian inilah yang dibutuhkan, berkembangnya SDM produktif Indonesia bisa membantu. Apabila negara Indonesia bisa menatanya secara nasional.

Muhammad Taufiq lain lagi, Menurutnya Indonesia butuh birokrasi yang lebih efisien seperti hanya Singapura.  Singapura telah mendorong reformasi dengan mengubah pemikirannya sehingga daya saingnya melejit. Sehingga bisa mendapat bersaing dengan negara lainnya.

Iklan

Berdasarkan World Economic Forum, faktor yang mempengaruhi bisnis  adalah korupsi dan efisiensi birokrasi. Indonesia masuk dalam  jajaran menengah kebawah karena hal itu. Padahal Indonesia telah mencanangkan 2025 mendeklarasikan untuk World Class. Kuncinya untuk bisa memenuhi target itu harus berantas korupsi dan perbaiki birokrasinya.// Naswati