Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) merupakan hak setiap mahasiswa. Namun, mahasiswa masih diharuskan membayar untuk mendapat haknya. Beberapa mahasiswa merasa keberatan dengan hal ini.
Setelah melewati rangkaian Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). Setiap mahasiswa menerima hak-hak mereka, seperti mengikuti kegiatan akademik, mengakses fasilitas kampus, mendapatkan almamater kampus, dan mendapatkan KTM.
Selain sebagai identitas mahasiswa, fungsi KTM antara lain sebagai syarat mendaftar beasiswa, mengambil kartu perpustakaan, maupun bebas biaya parkir di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). KTM juga berfungsi sebagai Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Dengan berbagai fungsi dalam satu kartu, KTM penting untuk dimiliki mahasiswa. Namun, pendistribusian KTM untuk angkatan 2018 belum merata meski sudah berganti tahun.
Untuk Aktivasi KTM
Pembuatan KTM di UNJ pada 2018 dikelola oleh Bank Mandiri Cabang UNJ dan Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang UNJ. Bank Mandiri Cabang UNJ menaungi tiga fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Ekonomi (FE), dan Fakultas Teknik (FT). Sedangkan BTN Cabang UNJ menaungi lima fakultas, yaitu Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Fakultas Ilmu Olahraga (FIO), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), dan Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi).
Pada Agustus 2018, Bank Mandiri Cabang UNJ mendistribusikan KTM dan melakukan penarikan biaya untuk aktivasi. Berbeda dengan Bank Mandiri Cabang UNJ, BTN Cabang UNJ tidak melakukan penarikan biaya aktivasi KTM. Bernardus Benny, Kepala BTN Cabang UNJ menyatakan, pendistribusian KTM dilakukan pada Januari 2019. “Sistemnya, kami mendistribusikan KTM setelah dana dicairkan kampus,” ujarnya. Ia juga menambahkan, BTN Cabang UNJ melakukan pengajuan dana pada 22 Oktober, disusul oleh pencairan dana dari kampus pada 15 November 2018. Sehingga dana lebih dahulu cair daripada pendistribusian KTM.
Reporter Didaktika melakukan verifikasi ke Wakil Rektorat (WR) 2, bidang keuangan. Namun, Kelly, staf WR 2 menolak diwawancari mengenai kebijakan KTM berbayar. Ia merasa, pendanaan KTM bukanlah ranah WR 2. ”Kalian ke BAKHUM (Biro Akademik Kemahasiswaan dan Hubungan Masyarakat) saja. Mereka lebih mengetahui hal ini,” tutur Kelly.
Menanggapi kebijakan Bank Mandiri Cabang UNJ terkait KTM berbayar, Kepala BAKHUM, Woro Sasmoyo, mengungkapkan dirinya baru mengetahui hal tersebut (01/02/2019). Ia menyatakan bahwa biaya pembuatan KTM seharusnya tidak berbayar. Sebab biaya pembuatan KTM sudah menjadi tanggungan pihak UNJ.
Woro merasa KTM berbayar, bukan merupakan kesalahan pihak UNJ yang tidak melakukan pengawasan. “Tapi kami juga baru mengetahui hal tersebut dari Anda (reporter Didaktika). Makanya mau diklarifikasi,” ujar Woro.
Untuk memastikan isu tersebut, Woro langsung menghubungi Kepala Bank Mandiri Cabang UNJ, Hana Novi. Woro mengatakan, Hana Novi mengakui penarikan biaya untuk KTM. “Itu masuk akal, kok. Dana belum cair, sedangkan KTM sudah harus disebar dan takut tertutup otomatis,” jelasnya. Woro menambahkan, bahwa uang yang sudah dibayarkan oleh mahasiswa, akan tetap berada di tabungan mahasiswa.
Saat ditemui reporter Didaktika, Hana Novi mengungkapkan kebijakan KTM berbayar dilatarbelakangi oleh kondisi dana KTM belum dicairkan pihak kampus meski pendistribusian sudah dilakukan. “Kami (Bank Mandiri Cabang UNJ dan pihak kampus -red) baru melakukan pencairan dana pertama kali pada November 2018,” jelasnya.
Hana juga menjelaskan penarikan uang sejumlah Rp20.000,- sampai Rp50.000,- digunakan untuk aktivasi tabungan mahasiswa SNMPTN. “Kami mengantisipasi penutupan akun tabungan secara otomatis dengan meminta mahasiswa membayarnya sebagai saldo awal tabungan,” ujarnya.
Namun, klarifikasi tersebut tidak begitu memuaskan beberapa mahasiswa. Seperti pengakuan dari Gian Taslimatudiniah, mahasiswi Pendidikan Agama Islam angkatan 2018. Ia membayar biaya aktivasi sebesar Rp.20.000,-. Gian, yang belakangan ini mengetahui bahwa biaya tersebut seharusnya ditanggung oleh pihak kampus, merasa keberatan karena sudah membayarnya.
Pengakuan lain datang dari Azzah Aqilah, mahasiswi Manajemen, Fakultas Ekonomi angkatan 2018, yang juga membayar biaya aktivasi KTM kepada Bank Mandiri Cabang UNJ. “Awalnya, saya disuruh bawa uang Rp20.000,-. Kemudian ada info lagi kalau biayanya sebesar Rp50.000,-. Jadi, bayar Rp50.000,- deh,” tuturnya.
Senada dengan Azzah, Fahrul Ardiansyah, mahasiswa Transportasi angkatan 2016, merasa keberatan dengan penarikan biaya KTM angkatan 2018 yang berbayar. Ia mempertanyakan kebijakan KTM yang berbayar.
Fahrul memaparkan, kondisi angkatan 2018 berbeda dengan saat ia masuk ke UNJ. Ia tidak perlu membayar biaya aktivasi seperti mahasiswa 2018. “KTM pada 2016, saat pendistribusiannya, sudah berisikan saldo awal sebesar Rp100.000,-,“ jelasnya.
Penulis: Imtitsal Nabibah
Reporter: Imtitsal Nabibah dan Bimo Andrianto
Editor : Annisa Nurul H.S.