UNJ dalam waktu dekat akan menggelar pemilihan calon rektor baru untuk masa jabatan 2023-2027. Sebelumnya pada Rabu (07/06) telah dilangsungkan pemaparan visi dan misi bakal calon pemimpin universitas. Rapat Pleno tertutup Senat UNJ pada Selasa (13/06), akhirnya mengesahkan tiga calon rektor UNJ, yaitu Ucu Cahyana (FMIPA), Komarudin (FIS), dan Muhammad Yusro (FT).

Komarudin yang kini masih menjabat pula sebagai rektor UNJ dalam pemaparannya menyebutkan visi UNJ untuk menjadi kampus bereputasi di dunia (WCU). Sedangkan misinya adalah menyelenggarakan tridarma perguruan tinggi yang unggul dan bereputasi dunia. Secara garis besar dua hal barusan terangkum dalam tagline “Great Reputation to Enlighten the Nation and the Globe”.

Di sela-sela agenda pemilihan rektor yang akan dilangsungkan bulan depan, tim Didaktika berkesempatan melakukan wawancara dengan Komarudin salah satu calon rektor UNJ periode 2023-2027 terkait visi, misi, dan pandangannya soal permasalahan di lingkungan kampus. Berikut petikan wawancara yang dilakukan di Gedung Rektorat, Kampus A UNJ, Rawamangun, itu: 

Dari sisi akademik dan tata kelola universitas, apa yang menjadi masalah di UNJ selama lima tahun ke belakang?

Secara umum, waktu itu sebelum saya menjabat, satu atau dua tahunlah, kita kan dalam kondisi terpuruk. Akreditasi turun dari A menjadi B, kemudian peringkat juga kalau tidak salah dari 19 ke 59. Itu menandakan dari sisi tata kelola dan penyelenggaraan kaidah-kaidah akademik ada masalah. Kemudian, setelah saya menjabat di tahun 2019 saya membangun komitmen seluruh civitas academica UNJ untuk bangkit kembali memperbaiki kinerja akademik. Kenapa memperbaiki kinerja akademik? Karena waktu itu salah satu penyebabnya adalah tata kelola akademik di pascasarjana, ada kerja sama, plagiarisme, dll. Itu menyebabkan ada surveillance sehingga akreditasi kita turun dari A menjadi B. Titik itulah yang menjadi masalah utama, jadi ada kaidah-kaidah penyelenggaraan akademik, terutama di pascasarjana yang dianggap tidak sesuai dengan ketentuan standar. Maka, itulah yang kemudian kami perbaiki. 

Iklan

Dari sisi tata kelola atau penyelenggaraan akademik yang lain untuk S1 dan D3 tidak ada masalah. Ya, walaupun kemudian ada peringkat kita turun drastis menjadi 59, kan sebenarnya dari sisi kinerja mungkin tidak terlalu jauh, tapi mungkin dalam kondisi kita sedang dapat penalti dari Kementerian, akhirnya kita menjadi jatuh. Nah, itulah yang akhirnya menjadi modal saya sebagai rektor untuk membangun motivasi dan komitmen seluruh dosen dan mahasiswa, yuk kita bangkit dari keterpurukan ini.

Memang saat itu juga publikasi dan sitasi masih belum terlalu tinggi, riset-riset  nasional dan internasional juga katakanlah belum menggembirakan. Itu yang kondisi umumnya, jadi dari sisi akademik dan tata kelolanya saat itu memang terpuruk. 

Tetapi perlahan-lahan di periode saya sampai sekarang 2023, seiring dengan kita mendukung penuh kebijakan penuh Pemerintah dalam penyelenggaraan MBKM, memperbaiki tata kelola, meningkatkan produktivitas dan kinerja. Alhamdulillah semua itu berubah, akreditasi kembali bahkan kita dengan standar yang baru menjadi unggul. Kemudian peringkat kita juga makin meningkat, penelitian juga masuk klaster mandiri, pengabdian juga lebih tinggi, pembelajaran di masa pandemi juga termasuk berjalan dengan baik kita punya LMS, dsb.

Jadi alhamdulillah pada kondisi terakhir ini, ya peringkat kita termasuk lumayan baik bahkan dibilang mungkin bisa masuk top-10 dari liga IKU yang ada. Dan kalau peringkat akademik secara keseluruhan, kalau BLU kita top 10, kalau keseluruhan (PTN) mudah-mudahan kita dibelasan ya, kemungkinan di bawah 15. Mudah-mudahan seperti itu. 

Tapi juga masih tetap ada masalah, kenapa ada masalah? karena kita kan mau jadi PTN-BH, maka target ujungnya itu harus menjadi WCU, maka internasionalisasi itu penting. Yang dihadapi sekarang ini adalah standar-standar untuk internasionalisasi, misalnya riset kolaborasi kita masih lemah dan rendah, itu harus diperbaiki. Dosen asing kita harus perbanyak, mahasiswa asing harus kita perbanyak, inovasi-inovasi kita seharusnya bukan hanya di level nasional tapi juga diakui internasional. Networking-nya, alhamdulillah kalau kerja sama MOU-nya banyak sekali kita dengan luar negeri, tetapi yang kearah produk riset ataupun akademik lainnya itu harus dikembangkan.

Pada pemaparan visi bakal calon rektor, bapak memaparkan soal visi UNJ untuk menjadi kampus bereputasi di dunia, bagaimana pandangan bapak terkait kampus bereputasi di dunia (WCU)?

WCU itu kan ada standarnya, indikatornya itu ada lima dari QS World University Ranking Pertama adalah reputasi akademik (academic reputation), kedua adalah employer reputation, yaitu bagaimana lulusan kita digunakan oleh pihak-pihak pengguna, reputasi penggunanya seperti apa, apakah kelas atas atau kelas menengah, atau kelas bawah itu juga bisa dilihat. Lalu ada faculty student ratio, ada rasio dosen mahasiswa ini juga menjadi indikator. Kemudian ada sitasi publikasi, jadi tidak hanya publikasi yang banyak, tapi bagaimana publikasi itu memberi kemanfaatan, nah kemanfaatan bagi sesama dosen lain itu diukur lewat seberapa banyak dikutip, itu juga menjadi indikator. Kelima adalah rasio mahasiswa dan dosen asing (international student and faculty ratio), jadi ini juga kita bisa lihat ukuran-ukuran itu.

Nah, kita memang sedang fokuskan untuk ke arah sana, bahkan kami sudah membentuk tim di bawah koordinasi WR I. Harapan kita dengan lima indikator ini kita bisa masuk dalam peringkat yang baik. Walaupun tentu kita harus banyak berusaha.

Tetapi, menurut saya WCU ini yang paling utama itu adalah inovasi. Bagaimana inovasi yang dihasilkan oleh sebuah perguruan tinggi (PT) berkontribusi bagi kemanfaatan dan perkembangan dunia usaha dan industri, termasuk di dalam tata kelola dan sistem pemerintahan, dsb. Ini sebenarnya menjadi prioritas kami, nantinya akan difokuskan pada inovasi-inovasi unggulan sehingga kita bisa memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara. Itulah yang saya sering bilang, “dari Rawamangun untuk Indonesia dan dunia.” Kita harapannya UNJ ini memberikan kontribusi besar ke arah sana, itu paling utama menurut saya, selain lima indikator tadi.

Rektor UNJ Komarudin saat ditemui di ruang kerjanya pada Senin, (3/7).

Apa urgensi UNJ untuk mempercepat langkahnya menjadi kampus bereputasi di dunia (WCU)?

Iklan

Urgensi utamanya sebuah PT itu bukan hanya sebagai menara gading sebenarnya, tetapi hadirnya universitas itu adalah untuk memberikan kontribusi nyata dan terbaik bagi kemajuan dan kemaslahatan kemanusiaan, bangsa, dan negara. Urgensinya di situ.

Ada standar internasional untuk bisa menjadi WCU. Maka di tahap awal memang mengejar ke arah sana dulu, walaupun itu menurut katakanlah bukan yang sesungguhnya, tapi orang itu senang dengan pemeringkatan. Kalau UNJ ada di peringkat 500 saja luar biasa, apalagi sampai 300, 200, dst. Tetapi lagi-lagi urgensi utamanya bagi kita adalah bagaimana memberikan kontribusi pemikiran, gagasan, ilmu pengetahuan, teknologi untuk bisa membangun peradaban, itu yang paling utama. Bagaimana UNJ terus melahirkan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan.

Kenapa kami harus melakukan upaya percepatan atau mempercepat? Karena memang UNJ mau menjadi PTN-BH. Mudah-mudahan tahun ini bisa menjadi PTN-BH. Target utama PTN-BH itu memang WCU sehingga memang perlu melakukan percepatan terutama untuk membangun kerangka landasan, membangun infrastruktur, jadi kita memang siap betul menjadi WCU. Kalo tidak disiapkan dari awal, saya khawatir nanti malah terlambat. Nah, ketika terlambat ketinggalan dengan yang lain, kita tidak mau begitu. Padahal UNJ ini pernah menjadi PT besar di Indonesia, pernah menjadi kiblat untuk LPTK, pernah menghasilkan SDM yang luar biasa bagi PT lain di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga inilah yang menjadi urgensi utama kita ingin melakukan percepatan.

Dalam beberapa acara, bapak sering memaparkan tujuh strategi UNJ untuk menjadi kampus bereputasi di dunia (WCU), apakah bisa dijelaskan secara terperinci strategi tersebut?

Jadi ada tujuh pilar sebagai strategi upaya mencapai WCU. Sebenarnya bukan hanya semata-mata itu, tapi memang secara berkelanjutan tujuh strategi ini harus dilakukan setiap saat.

Pertama adalah penguatan core competency dan kualitas pendidikan bertaraf internasional. Ini penting, core competency kita ini kan LPTK (kependidikan). Itu jangan ditinggalkan, sehingga kita kedepan harus mengembangkan core kita ini, bahkan saya sering mengatakan kita harus membangun Mazhab Rawamangun (Pedagogi Rawamangun), bahwa kita sebagai LPTK harus mengembangkan keilmuan kependidikan dan strategi-strategi (skill) yang terkait dengan kependidikan. Namun, jangan lupa juga kita sudah mendapat perluasan mandat dari sekedar kependidikan, yaitu ilmu-ilmu di bidang non-kependidikan. Tetapi semua itu bukan melaju sendiri, tetapi harus memperkuat ke pendidikan. Selain itu, ada inovasi di bidang non-kependidikan, itu digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan kependidikan. Itu harapan kita kesana, dan itu harus bersinergi untuk kemudian bisa membangun reputasi internasional.

Kedua adalah luaran penelitian dan P2M yang berdampak bagi masyarakat, DUDI, negara, dan dunia. Ini penting, jadi indikator utama kita. Luaran penelitian dan P2M itu memberikan dampak nyata bagi kemajuan masyarakat dan kemanusiaan. Jadi bukan semata-mata publikasi, karena sekarang pemeringkatan masih menggunakan itu (publikasi dan sitasi), tapi kemanfaatan langsungnya itu juga harus dikedepankan.

Ketiga, implikasi dari luaran tadi adalah publikasi, sitasi, sumber informasi, dan publisitas. Ini penting sekali, apalagi sekarang ini dunia dikuasai oleh IT sehingga informasi-informasi yang bersifat digital membutuhkan pengembangan itu. Maka, publisitas juga penting, tidak sekedar publikasi, sitasi, dan sumber informasi saja.

Lalu berikut yang tidak kalah penting adalah penguatan tata kelola dan kinerja universitas. Sumber daya yang melimpah, organisasi  yang hebat, kemudian aset yang demikian banyak, kalau tidak ditata kelola dengan baik, tidak dikelola dengan baik maka itu akan percuma, dan tidak akan memberikan hasil maksimal. Maka tata kelola ini penting. Kelemahan kita selama ini, mungkin seadanya saja, mengalir begitu saja, tapi tidak ditata kelola dengan baik. Oleh karena itu, ke depan harus ditata kelola dengan baik, dari sisi organisasi, sistem, pengangkatan personil, cara kerja, langkah-langkah manajerial, itu harus ditingkatkan kedepannya. Dengan demikian, harapan kita dengan tata kelola yang baik itu membangun iklim, bukan hanya struktur dan sistem, tapi juga membangun kultur. Kultur apa? kultur kinerja yang produktif. Nah harapan kami itu kedepannya, dengan penatakelolaan yang baik membangun budaya kinerja, etos kerja yang baik, sehingga produktivitas dan inovasi kedepannya lebih meningkat lagi.

Lalu yang berikut adalah SDM dan kepakaran, ini penting sekali. Kunci dari produktivitas dan kinerja yang baik adalah kapasitas SDM. Kalau SDM-nya tidak berkualitas, kurang memiliki kapasitas, tidak kompeten maka susah diharapkan. Oleh karena itu, kualifikasi dan kompetensi SDM di UNJ, baik itu dosen maupun tendiknya harus senantiasa ditingkatkan, terutama yang sifatnya skill, kemudian kompetensi itu harus terus ditingkatkan. Dengan demikian, maka harapan kita adalah menjadi SDM yang diakui atau direkognisi, bukan hanya di kalangan kampus tetapi juga masyarakat luas, termasuk juga luar negeri. Nah, disitulah kita harapkan banyak dihasilkan pakar-pakar dari UNJ sehingga kalau orang butuh pakar dari PT akan muncul dari UNJ, ahli ekonomi muncul dari UNJ, ahli pendidikan apalagi muncul dari UNJ, bidang yang lain juga muncul dari UNJ. Harapan kita kira-kira seperti itu.

Keenam, yaitu optimalisasi aset dan penguatan infrastruktur, termasuk penguatan sistem teknologi informasi di dalamnya. Ini penting sekali, kita punya aset tapi belum optimal. Ke depan aset ini harus diberdayakan dioptimalisasi dan dibentuk untuk memberikan income generating bagi universitas, karena kita sedang bekerja lebih keras lebih cepat lagi mendongkrak kampus  untuk menjadi bereputasi internasional. Maka, aset ini adalah yang utama, jadi jangan dibiarkan. Dan kami sebenarnya sudah bergerak ke arah sana, kami sudah melakukan pemetaan termasuk di Cikarang itu sudah ada masterplan, tinggal nanti membangun sebagai lembaga pendidikan, dan mudah-mudahan nanti di sana juga bisa berkembang sebagai unit-unit bisnis untuk bisa mendongkrak pendapat UNJ. Termasuk teknologi informasi di dalamnya, ini juga harus dikuatkan. Jadi, bukan hanya beli-beli hardware-nya, tapi kita juga harus punya SDM yang pakar, capable, kompeten untuk pengembangan sistem IT kita. Kalau belum seperti itu kita harus kerja sama dengan berbagai pihak sampai nanti kita menghasilkan SDM. Syukur-syukur lulusan kita ada tiga prodi, yaitu Ilmu Komputer, Teknologi Informasi, Sistem Informasi, itu kan banyak yang pintar di situ. Gunadarma dan Binus juga saya dengar mereka untuk pengembangan kampus selain menggunakan ahlinya, juga banyak memanfaatkan mahasiswa magang, dsb.

Terakhir saya kira, yaitu penguatan alumni dan jejaring kerja sama internasional dan nasional. Ini penting, alumni ini aset yang besar bagi UNJ, walaupun sekarang belum, tapi kita bisa belajar dari UI, ITB, UGM kan peran alumninya luar biasa, termasuk Brawijaya di Malang itu peran alumninya luar biasa, banyak bangunan yang dibangun dari hasil hibah atau CSR, di mana peran alumninya penting untuk menghadirkan hibah-hibah seperti itu. Termasuk kerja sama internasional, ini penting, kami sudah melakukan upaya itu, yang sekarang sedang bergerak dengan Harbin University China, ada juga tawaran lain. Yang sudah berjalan kalau untuk pendidikan saja dengan Konstanz University, dengan Leipzig University itu dua-duanya Jerman. Dengan Turki itu juga sudah jalan. Kemudian belum lama Iran juga menawarkan kerja sama. Kalau kita untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kenapa tidak? Iran juga sudah maju di bidang IPTEK-nya, dan mereka siap membiayai untuk kita kunjungan kesana, termasuk juga riset-riset kolaborasinya. Jadi sepanjang itu untuk kemanusiaan dan memberikan manfaat banyak bagi membangun peradaban, saya kira inshaallah kita kerja sama dengan negara manapun dengan bangsa-bangsa manapun sepanjang saling menguntungkan dan saling menghargai antar negara. Saya kira itu harapan kita kedepannya.

Salah satu langkah yang diambil untuk menjadikan UNJ kampus bereputasi di dunia (WCU) adalah bertransformasi menjadi PTN-BH. Dilihat dari banyaknya kritik, seperti akan adanya kenaikan biaya kuliah ketika UNJ merubah status menjadi PTN-BH, bagaimana bapak memandang hal tersebut?

Saya sih sudah menggaransi, dari sejak mula melakukan sosialisasi kita menyampaikan  ke dosen, dan terutama ke mahasiswa. Jadi ketika kita menjadi PTN-BH upaya serius yang harus dilakukan adalah menggali potensi pendapatan di luar uang kuliah.

Uang kuliah memang saat ini masih cukup besar, tetapi kita juga ternyata setelah memetakan pendapatan kita hasilnya sudah mulai seimbang antara uang kuliah dan bukan uang kuliah, termasuk labschool, kerja sama, hibah dll itu sudah hampir sama 50:50 persen. Sebelum PTN-BH saja kita sudah bergerak untuk tidak mengandalkan pada uang kuliah. Coba cermati berapa tahun uang kuliah tidak pernah naik, lima tahun lebih kalau tidak salah. Jadi  kita taat asas dengan itu, jadi tidak membebani. Termasuk SPU, itu kan ada nol, artinya mahasiswa jangan takut untuk tidak menyumbang karena itu tidak mempengaruhi kelulusan mereka di mandiri itu.

 

Jadi, kalo itu kan kekhawatiran, dan itu sudah berkali-kali saya jelaskan saya tegaskan. Inshaallah saya kalau terpilih lagi tidak akan membebani itu, tapi kita dengan tim akan berusaha mencari sumber-sumber lain, termasuk untuk membangun fisik, dsb. Kita cari sumber pendanaan lain. Bahkan harapan kita dengan mahasiswa, mari bersama-sama kita membangun universitas dengan penuh komitmen, dan kalau bisa kerja sama itu juga menghasilkan pendapatan bagi universitas yang digunakan untuk pengembangan potensi akademik mahasiswa juga.

Pada pemaparan misi disebutkan UNJ akan menyelenggarakan Tridarma Perguruan Tinggi yang unggul dan Bereputasi Dunia, lantas bagaimana hal ini diimplementasikan dalam kehidupan akademik di UNJ?

Saya ingin unggul itu dalam pengertian begini, kita kan mengerti bagaimana sebuah program pendidikan disusun dan dilaksanakan. Bagaimana sebuah program itu disusun untuk memenuhi kebutuhan perkembangan di masyarakat, termasuk dunia usaha dan industri. Harusnya kita membuat kurikulum dan proses pembelajaran itu tidak terpisah dengan perkembangan yang ada di luar tetapi menyatu. Maka dalam pikiran kami harus ada semacam kurikulum terintegrasi antara kepentingan, katakanlah sekarang akademik ataupun vokasi dengan perkembangan di luar jadi tidak terpisah.

Kedua, kami berharap selain kurikulum itu ada fasilitas pembelajaran, termasuk laboratorium yang itu ada integrasi juga ada dukungan dari dunia usaha atau industri untuk hadir bersama-sama. Katakanlah sekolah vokasi kita yang mau dikembangkan tentang transportasi perkeretaapian, ada pihak luar yang ingin kerja sama dengan kita akan membangunkan gedung, peralatannya, laboratoriumnya, dan fasilitas lainnya itu sangat luar biasa. Sehingga dengan dibangun secara terintegrasi dan utuh, maka si mahasiswa ini bukan belajar teori saja, tapi juga dari awal dia sudah praktik. Kemudian ke dunia perkeretaapian, apa itu kereta cepat dll itu bisa langsung belajar praktik sehingga lulus itu tidak ada kesenjangan lagi dan bisa langsung dipakai karena dia sudah tahu dunia kerja yang di sana seperti itu. Maka, ketika belajar di dunia kampus pun menghadirkan dunia kerja di dalam kampus. Laboratoriumnya itu adalah miniatur dari dunia kerja, teknologi, perangkat, mesin, sistem, manajemen sebagainya itu hadir di dalam kampus. Itu yang kita inginkan, nah itu yang saya sebut istilahnya hybrid curriculum. Kurikulum hybrid yang mencampur antara dunia akademik di kampus dengan dunia kerja melalui laboratorium tadi, dan proses-proses pembelajaran seperti itu. 

Seiring dengan itu juga kita ada riset-riset dan inovasi-inovasinya, bagaimana bisa mengembangakan kebutuhan di luar itu. Sehingga harapan kita, inovasi-inovasi melalui riset itu bukan hanya semata-mata untuk kepentingan naik pangkat atau publikasi, tetapi meningkatkan, misalnya layanan perkeretaapian, kemudian permesinan perkeretaapian, dan segala macam yang dibutuhkan untuk pengembangan itu dihasilkan oleh kita. Seperti juga di beberapa PT di luar negeri kan seperti itu. Harapan kita itu ya kampus adalah menjadi pusat pengembangan peradaban dan kebudayaan, terutama ilmu pengetahuan dan teknologi. Itulah yang saya sebut pendidikan atau akademik yang unggul, kalau sudah seperti itu orang akan mengakui.

Apa harapan bapak seandainya terpilih kembali menjadi rektor UNJ untuk masa jabatan 2023 – 2027?

Kalau saya terpilih kembali, pertama, hubungan internal dan eksternal itu harus terbangun lebih baik lagi. Hubungan internal itu maksudnya kebersamaan seluruh lapisan atau elemen yang ada di UNJ semakin kuat berkomitmen untuk membangun dan membesarkan UNJ. Lalu yang kedua tentu dengan Pemerintah dan pihak-pihak lainnya itu juga harus terjalin hubungan yang harmoni, saling mendukung dan tentu menguntungkan. Kalau dengan Pemerintah sudah otomatis karena kami adalah bagian dari Pemerintah, kita harus mendukung semua program yang luar biasa bagus untuk bisa berkontribusi. Dengan kementerian lain, instansi lain, dan dunia kerja itu kita harus jalin kerja sama yang lebih hebat lagi sehingga kemudian ada dukungan dari pihak luar untuk kemajuan universitas.

Kedua, tata kelola harus ditingkatkan lagi, termasuk sistem. Otomatisasi itu harus dilakukan, modernisasi itu harus dilakukan. Tanpa itu mustahil kita bisa lebih maju, karena dengan cara begitu akan terjadi efektivitas dan efisiensi. SDM atau tenaga manusianya tidak mesti terlalu banyak, karena semua by system sehingga yang biasa dikerjakan lima orang jadi dua orang cukup. Terutama di administrasi ketatausahaan semua bisa berjalan secara efisien, sehingga dana atau pendapatan yang kita dapatkan bisa untuk pengembangan-pengembangan yang lain.

Jadi itu yang kita harapkan, dan tentu kita harus senantiasa kedepannya melakukan pembangunan dan perbaikan berkelanjutan, termasuk evaluasi berkelanjutan. Saya kira itu, dan harapan kami ini bisa mendapat dukungan dari pihak internal maupun eksternal, terutama mahasiswa. Karena kami ingin mahasiswa itu menjadi lulusan yang katakanlah unggul dan berdaya saing tinggi.

 

Reporter/Penulis: Abdul

Editor: Izam