Teater Zat Universitas Negeri Jakarta tampilkan drama penuh satire politik berjudul Sisa Kotak Pandora dalam Festival Teater Kampus Jakarta. Mereka akui sebagai bentuk kritik melalui seni teater.
Festival Teater Kampus Jakarta merupakan suatu acara yang mewadahi teater-teater tingkat kampus di seluruh Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Teater Camuss Universitas Islam Asyafi’iyah, bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta pada 6 Agustus sampai 15 Oktober 2021. Melibatkan sebelas kampus peserta, diantaranya adalah Universitas Negeri Jakarta, dengan Teater Zat sebagai perwakilannya.
Pementasan ini digelar pada Jumat (10/9), di Aula Bung Hatta, Universitas Negeri Jakarta, dengan menampilkan suatu drama teatrikal satire politik berjudul Sisa Kotak Pandora. Tokoh utama dalam drama ini, digambarkan sebagai seorang sundal simpanan pejabat bernama Yuni. Dirinya berusaha mengungkap kebusukan yang terjadi dalam dunia politik kepada media. Namun, dalam usahanya itu, Yuni mendapat berbagai ancaman.
Dalam pentas ini, dipaparkan bagaimana jelasnya para politisi melakukan kongkalikong dengan pengusaha, guna melancarkan proyek berkeuntungan ratusan miliar. Mereka yang awalnya menolak pun, akhirnya menerimaya karena tergiur uang ratusan miliar. Yuni sebagai sundal simpanan presiden sekaligus simpanan pengusaha, akhirnya terjebak intrik politik dan kepentingan.
Muhammad Raafi, selaku sutradara dari pementasan mengakui bahwa memang alasan pemilihan naskah ini pun, sebagai satire dari keadaan yang ada, terutama di Indonesia. Beberapa adegan berusaha menggambarkan bagaimana praktik oligarki terjadi, sementara yang lainnya menyoroti praktik kotor yang terjadi.
Raafi juga mengatakan, poin penting dalam pementasan ini adalah bagaimana elit penguasa berusaha membungkam media. “Kami mencoba menggambarkan pembungkaman yang terjadi oleh elit penguasa kepada media. Sehingga, suara yang coba disampaikan Yuni ini tidak dapat tersampaikan,” jelasnya.
Pembungkaman yang dimaksud Raafi terlihat dari adegan bagaimana wartawan mendapatkan ancaman pembunuhan setelah mewawancarai Yuni, yang saat itu diibaratkan memegang “kotak pandora”.
Tidak hanya berhenti disitu, pada adegan terakhir, bos wartawan pun terdengar mendapat ancaman dari elite penguasa. Menurut Raafi, inilah realitas yang terjadi saat ini, bagaimana media dibungkam oleh kepentingan.
Sementara itu, saat ditanya mengenai tujuannya dalam Festival Teater Kampus Jakarta, Raafi mengatakan bahwa Teater Zat hanya ingin berkarya, kemenangan hanya nilai lebih baginya. “Bagi saya, apa yang penting disini adalah bagaimana kita bisa menyampaikan apa yang mau kita sampaikan, mau sampai kapan juga mahasiswa diam aja,” ucapnya.
Dirinya juga mengapresiasi para aktor, beberapa adegan menurut Raafi adalah hasil improvisasi sendiri dari para aktor. “Dengan waktu latihan yang sedikit, dan berbagai kendala selama pandemi ini, saya sangat apresiasi kerja keras aktor yang membawakan pentas ini,” ucapnya.
Selain itu, dirinya juga berharap adanya perkembangan dari aktor setelah mengikuti Festival Teater Kampus Jakarta ini. “Harapannya sih, dari Zat sendiri bisa menjadi pelajaran apalagi buat anak-anak baru, sementara untuk Festival Teater Kampus Jakarta semoga tahun depan bisa lebih banyak lagi yang berpartisipasi, karena ini wadah kita untuk berkarya,” tandasnya.
Penulis : Izam Komaruzzaman
Editor : Ahmad Qori H.