Apabila kita membicarakan ilmu maka kita akan membahas filsafat ilmu tetapi kita di sini akan membahas mengenai dikotomi ilmu pengetahun. Apabila kita membicarakan dikotomi ilmu pengetahuan maka akan terlintas pertanyaan apa dikotomi itu? Lalu apa contoh nyata dari dikotomi ilmu pengetahuan ? Kenapa dikotomi bisa terjadi? Sejak kapan dikotomi terjadi ?

Dikotomi menurut KBBI adalah pembagian atas dua kelompok yang bertentangan. Salah satu contoh dikotomi ilmu pengetahuan yaitu ilmu sains dan ilmu sosial. Dikotomi terjadi akibat perbedaan kerangka acuan bahasan, objek yang diamati, metodelogi, dan epistimologi. Timbulnya dikotomi menyebabkan terjadi suatu permasalahan yaitu ilmu mana yang lebih baik, ilmu mana yang membuat suatu bangsa maju, dan ilmu mana yang membuat rakyat menjadi makmur.

Menurut Ignas Kleden ilmu dibagi menjadi 3 berdasarkan sifat dan jenis ilmu yaitu ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora. Menurut Yuyun S. Suriasumantri ilmu dikelompokkan menjadi dua yaitu ilmu alam dan sosial. Penulis akan membahas dikotomi ilmu pengetahuan yaitu ilmu alam dan ilmu sosial.

Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari objek-objek empiris di alam semesta ini. Ilmu alam mempelajari berbagai gejala dan peristiwa yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia (Yuyun S, 1981: 7). Ilmu ini berdasarkan pandangan masyarakat termasuk ilmu yang ekslusif, sulit dipelajari, di beberapa daerah termasuk ilmu terfavorit, dan salah satu ilmu yang keren. Tidak sedikit pula anak yang berlabel sains dipandang istimewa karena termasuk ilmu yang membantu dan mempermudah kehidupan manusia dalam arti produk yang dihasilkan.

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidupnya, ciri khasnya, tingkah lakunya, baik perseorangan maupun bersama, dalam lingkup kecil maupun besar (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 49). Ilmu ini lebih dikenal ilmu yang merakyat karena objek yang mereka pelajari adalah manusia. Ilmu ini banyak mencetak para politisi, hukum, aktivis, psikologi, dan sejarahwan. Ilmu ini juga dikatakan ilmu yang memanusiakan dan dimanusiakan.

Dari kedua ilmu tersebut banyak perbedaan dari segi objek yang diamati dan bahasan. Apabila kita kupas berdasarkan filsafat, kedua ilmu tersebut tercipta dari filsafat dan pembentukan ilmu tersebut untuk mempermudah menyelesaikan suatu permasalahan. Perbedaan ilmu tersebut dimanfaatkan untuk alat pembodohan dan pengekslusifan suatu ilmu.

Iklan

Ilmu sains digunakan untuk mempermudah kehidupan manusia, dari konteks tersebut jangan salah kalau banyak ilmuwan yang dimanfaatkan oleh pemilik modal untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan kepentingan masyarakat. Ilmu ini juga dijadikan budak oleh kepentingan politik salah satu contohnya pembuatan bom atom yang diciptakan oleh Albert Einstein yang kemudian dia menyesali karena tujuan pembuatan bom tersebut tidak untuk kepentingan rakyat. Mungkin banyak orang berpendapat ilmu ini adalah ilmu yang istimewa tetapi dari istimewa tersebut ilmuwan hanya dijadikan sapi perah oleh para kaum pemilik modal. Ilmu sosial juga dijadikan tipu daya oleh para sainstis dalam bentuk produk. Produk yang dihasilkan oleh para ilmuwan banyak yang mengandung zat-zat yang berbahaya apabila orang ilmu sosial tidak mempelajari ilmu sains maka akan tertipu.

Dari permasalahan tersebut perlu adanya saling tukar ilmu bukan malah menjadi peng-ekslusif-an ilmu yang tidak mendapatkan keuntungan apapun justru menimbulkan permasalahan yang kompleks. Di universitas sendiri kita mengenal namanya jurusan dan prodi dinsini terlihat sekali pengotak-kotakan suatu ilmu bukan pemfokuskan suatu ilmu. Apabila itu menjadi suatu fokus ilmu maka permasalahan kompleks tersebut dapat diselesaikan tapi kenapa masih seperti ini?

Dalam permasalahan ini perlukah kita mempertanyakan untuk apa kita menjadi mahasiswa? Perlukah kita menanyakan apa peran dari institusi? Perlukah kita bertanya kepada rektorat beserta jajarannya dimana peran mereka?

Annisa Nur Istiqomah

Fisika-FMIPA