Mahasiswa mengeluhkan pengelolaan sampah yang semrawut di sekitaran jalanan kampus A UNJ.  

Minimnya ketersediaan tempat sampah di UNJ membuat beberapa sampah berserakan di sekitar kampus. Mahasiswa prodi Sastra Indonesia, Alya Rachmadilla mengeluhkan beberapa tempat sampah yang overload. Hal ini mengganggu baginya, sebab menimbulkan bau yang tidak sedap. 

Ia juga memandang ukuran tempat sampah di UNJ masih belum memadai. Baginya, pihak kampus juga harus rutin memeriksa setiap tempat sampah, agar tidak terjadi overload. 

“Lebih baik pengelola sampah menyediakan tempat yang ukurannya lebih besar agar kapasitas sampah tercukupi, namun mahasiswa juga harus turut memperhatikan kebersihan tempat sampah,” tegas Alya. 

Biasanya, sampah diangkut 2 sampai 3 hari sekali ke tempat pembuangan sementara (TPS) UNJ di dekat Kantin Blok M. Sebelum diangkut menuju tempat pembuangan akhir (TPA) Bantargebang.

Hal yang sama juga dirasakan mahasiswa prodi Sastra Indonesia lainnya, Ikrima menganggap tempat sampah di UNJ sangat terbatas jumlahnya. Bahkan, jarak antara tempat sampah ia nilai terlalu jauh. Ini membuat dirinya sering kesulitan untuk membuang sampah. 

Iklan

Selain itu, bagi Ikrima UNJ tidak menyediakan pembedaan tempat sampah berdasarkan jenisnya, yaitu organik, non organik, dan bahan berbahaya (B3). Lebih lanjut, Ikrima menyinggung mengenai pemilahan sampah. Menurutnya, tempat sampah tersebut dapat memudahkan para pengelola untuk memilah sampah-sampah. Kemudian, sampah akan lebih mudah untuk didaur ulang sesuai jenisnya. 

“Idealnya sih ada tempat sampah yang 3 jenis itu ya, biar para pekerja sampah juga mudah untuk mengolah dan mendaur ulang sampah-sampahnya,” ungkapnya. 

Padahal, kebijakan terkait hal tersebut telah tertulis dalam Surat Keputusan Rektor tentang Pedoman Pengelolaan Kampus Sehat Ramah Lingkungan tahun 2020. Dalam Bab 2 tentang Kriteria dan Pengelolaan Kampus Sehat Ramah Lingkungan, disebutkan di poin pertama dan kedua mengenai sistem daur ulang dan pengelolaan limbah serta pemilahan sampah organik, non organik, serta bahan bahaya, berbahaya, dan beracun (B3). 

Namun nyatanya proses pemilahan sampah belum terdapat di UNJ. Pendaurulangan juga tidak terjadi, sebab semua sampah dikumpulkan menjadi satu di tempat pembuangan sementara UNJ.  

Sementara itu, Koordinator Lapangan Administrasi Umum, Muhtasin berdalih masalah sampah ini disebabkan oleh keterbatasan lahan di UNJ. Menurutnya, hal tersebut  mengakibatkan UNJ hanya memiliki satu TPS. 

Muhtasin juga mengakui bahwa UNJ memang belum menyediakan tempat sampah yang mencukupi. Sehingga sering terjadi masalah overload di beberapa titik. Masalah tersebut juga dibarengi dengan keterlambatan pengangkutan sampah ke TPA.

“Kalau hari minggu sampah memang banyak yang numpuk karena diangkutnya hanya saat hari senin,” jelasnya pada Rabu (18/10). 

Perihal pemilahan sampah, Muhtasin mengatakan bahwa UNJ pernah menyediakan tempat sampah tersebut. Namun, dirasa kurang efektif karena banyak warga kampus yang kurang memperhatikan jenis sampahnya saat membuang sampah. Selain itu, kendala biaya juga menjadi alasan mengapa UNJ belum menyediakan lagi tempat sampah seperti itu. 

“Kami pernah menyediakan tempat sampah seperti itu, tapi kayanya kurang efektif juga karena yang buang sampah asal taruh aja. Beberapa tahun ini kami ga pasang lagi karena i perlu biaya buat masang tempat sampah seperti itu,” terang Muhtasin. 

Lebih lanjut, Muhtasin juga meminta agar para mahasiswa turut andil dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus. Selanjutnya, ia juga berharap agar tidak ada lagi mahasiswa yang buang sampah sembarangan. 

Iklan

“Kami juga minta kerjasamanya lah untuk mahasiswa atau siapapun untuk membuang sampah pada tempatnya,” tegasnya. 

Baca juga: Bosnia, Palestina, dan Kegagalan PBB Mengatasi Genosida

Penulis: Chika

Editor: Izam