Sejak 20 Desember 2018 hingga Sabtu (9/03) Sistem Informasi Akademik Universitas Negeri Jakarta (SIAKAD UNJ) masih dalam perbaikan akibat kerusakan server. Padahal kegiatan perkuliahan sudah berlangsung sejak 4 Maret. Akibatnya, banyak mahasiswa dan dosen yang mengalami kesulitan untuk menjalankan kegiatan akademik, seperti mengisi Kartu Rencana Studi (KRS).
Pada Senin (4/3), SIAKAD sudah bisa digunakan untuk mengisi KRS. Jihan Aulia Zahra, mahasiswi Sastra Indonesia 2016 mengatakan ia baru bisa mengakses SIAKAD pada tengah malam (4/3). “Sekitar pukul setengah 12,” ujarnya.
Ia menambahkan saat mengakses SIAKAD servernya masih lambat sekali. Dibutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup lama. “Saya isi KRS sekitar kurang lebih satu 1 jam,” terangnya.
Lalu, pada Selasa (5/3) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustikom) UNJ melalui akun instagram memaparkan pengisian KRS akan ditutup pada Jumat (8/3) pukul 07.59. Pengisian KRS akan dibuka lagi pada Senin (11/3). Dalam pemberitahuannya tersebut Pustikom mengatakan SIAKAD ditutup sementara karena adanya pengisian jadwal di Pustikom oleh admin program studi (prodi).
Achmad Ridwan, selaku Wakil Rektor (WR) IV bagian kerjasama yang kini merangkap menjadi WR I Bidang Akademik mengatakan SIAKAD belum bisa beroperasi secara optimal akibat adanya efek kerusakan turunan dari server yang lama. “Hari Senin InsyaAllah semuanya sudah beres,” tuturnya.
Ridwan juga mengatakan meskipun SIAKAD belum bisa beroprasi secara optimal berdasarkan rapat pimpinan bersama dekan-dekan kegiatan perkuliahan tetap dimulai dari 4 Maret. Dengan solusi mengisi KRS secara offline. “Beberapa prodi sudah melakukannya,” ucap Ridwan.
Namun, akibat SIAKAD rusak tersebut banyak mahasiswa mengeluh. Salah satunya adalah mahasiswa Psikologi, Fernando Novan, mengatakan sistem offline membuatnya tidak bisa memilih jadwal kuliah secara bebas. Karena sistem pengisian KRS offline sudah dipaketkan per kelas oleh koordinator prodi (koorprodi). “Kalau isi offline mahasiswa juga jadi kesusahan karena mengisi KRS harus datang ke kampus,” ucapnya.
Ia juga menambahkan secara teknis kerusakan SIAKAD merupakan kesalahan dari pihak UNJ sendiri. Namun menurutnya, mahasiswa jadi yang dirugikan.
Senada dengan Fernando, mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Nofal Zaki mengatakan bahwasannya mahasiswa UNJ sudah terbiasa mengisi data serta kegiatan akademik di SIAKAD. Menurutnya sistem offline jadi mempersulit mahasiswa, khususnya mahasiswa yang ingin mengulang mata kuliah. “Banyak mahasiswa yang ingin ngulang matkul tapi dengan sistem offline takunya full dan tidak ketahuan, karena sistemnya offline,” ujar mahasiswa angkatan 2015 tersebut.
Selain Fernando, Sitti Fatimah Lubis, mahasiswi Sastra Indonesia 2016 juga mengeluhkan mengenai SIAKAD yang sampai saat ini masih belum bisa beroperasi secara optimal padahal kegiatan perkuliahan sudah berlangsung.
Ia merasa kebingungan karena di jadwal yang dibagikan koorprodinya harusnya tanggal 4 Maret ia sudah berkuliah. Namun setelah dosennya dihubungi masih banyak yang tidak bisa mengajar karena belum tahu siapa saja mahasiswanya dan masih banyak jadwal-jadwal yang bentrok.
Selain itu, menurut Siti, masalah UNJ tiap awal semester adalah SIAKAD yang error. Ia mengatakan harusnya UNJ sudah banyak belajar dari tahun-tahun sebelumnya. “Jangan sampai terulang lagi di tahun selanjutnya,” tuturnya.
Selain mahasiswa dosen-dosen juga banyak yang terkendala mengajarnya akibat kerusakan SIAKAD. Salah satunya dosen Pendidikan Sejarah Nurzengky Ibrahim. Ia mengaku kesulitan untuk mengisi jadwal dan melihat jadwal mengajar akibar SIAKAD rusak. “Cukup ini yang terakhir kasus offline SIAKAD, semoga selanjutnya UNJ bisa lebih profesional lagi,” pungkasnya.
Penulis/Reporter: Uly Mega Septiani
Editor: M. Rizky Suryana