Membangun peradaban dan menciptakan perubahan merupakan inti dari sekolah kebangsaan dan peradaban
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengadakan seminar bertajuk Sekolah Kebangsaan & Peradaban dengan tema Filsafat, Saintek, dan Moralitas pada Rabu, (30/11/22) yang dilaksanakan di Ruang Pertemuan Lantai 3, GOR Kampus B UNJ. Seminar ini juga ditampilkan melalui kanal YouTube Kemahasiswaan UNJ.
Sebagai pembuka, Komarudin selaku Rektor UNJ mengatakan bahwa seminar ini penting karena bangsa Indonesia terdiri dari masyarakat majemuk yang mudah terpecah belah. Selain itu, menurutnya kita harus membangun peradaban agar bangsa kita dapat bermartabat, berdaulat, dan memberikan manfaat bagi dunia.
Menyambut pernyataan Komarudin, Rokhim Dahuri selaku Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan menegaskan bahwa saat ini Indonesia masih jauh untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Karena menurut Rokhim Indonesia masih menghadapi 10 permasalahan, yaitu; rendahnya pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan, ketimpangan ekonomi, ketimpangan pembangunan antar wilayah, fragmentasi sosial, deindustrialisasi, kedaulatan pangan, farmasi, energi rendah, daya saing dan IPM rendah, kerusakan lingkungan, dan volatilitas global (perubahan iklim, perang, dan kemajuan industri).
Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut, Rokhmin menganjurkan presiden membenahi kebijakan-kebijakan pada empat bidang terlebih dahulu; ekonomi, polhukam (politik, hukum, dan keamanan), sosial budaya, dan lingkungan. Menurutnya, keempat bidang tersebut masih terjadi ketimpangan, contohnya dalam bidang ekonomi yang sebagian besar dikuasai masyarakat menengah ke atas.
“80% perekonomian Indonesia masih dikuasai oleh masyarakat kelas menengah. Sedangkan masyarakat kelas bawah hanya mendapat 20% saja,” ungkap Rohkmin
Pada sesi berikutnya, Haidar Bagir selaku dosen dan CEO Mizan Group menuturkan, bahwa Indonesia masih tertinggal dari negara lain di berbagai bidang. Ia menjelaskan, ketertinggalan ini harus ditemukan solusinya.
Baca Juga: Masih Adakah Oemar Bakri?
Bagi Haidar, meningkatkan gross national income memang merupakan solusi untuk kemakmuran negara. Namun, bagi Haidar peningkatan itu tidak hanya sekadar angka, tetapi harus dibarengi kebahagiaan. Karena menurutnya, jika hanya terfokus pada peningkatan mungkin hanya mendapat bitter succes, di mana tercapai kesuksesan tetapi tidak mendapat kebahagiaan. Ia percaya bahwa demi mencapai kesuksesan, kita harus mencapai kebahagiaan.
“Jadi jangan menganggap jika ekonomi maju itu sama dengan kebahagiaan,” tuturnya.
Untuk menjadi negara maju, sumber daya manusia juga butuh ditingkatkan. Oleh karena itu, Haidar menyatakan bahwa Integral Education harus dilaksanakan bagi para tenaga pendidik sebagai pencetak generasi bangsa. Dalam Integral Education terdapat dua unsur penting di dalamnya, yaitu pengajaran dengan menggarap segala aspek manusia dan melibatkan pengalaman hidup. Aspek manusia di sini merupakan aspek fisik, aspek spiritual, aspek imajinatif, serta aspek intelektualitas.
Haidar pun turut mengingatkan mahasiswa UNJ sebagai calon guru untuk mengubah pemikiran bahwa guru hanya sekadar memasukan informasi kepada murid. Tenaga pendidik harus membuat para murid tenggelam dalam pengajaran. Baginya, pembelajaran tidak hanya mengubah kognitif, tetapi harus mengubah diri seseorang secara keseluruhan hingga kerohanian karena ilmu yang didapat.
Selain itu, Haidar menjelaskan bahwa banyak guru salah dalam melaksanakan praktik mengajar. Ia melihat kebanyakan dari pengajar membayangkan praktik pembelajaran seakan sedang menyimpan uang di celengan “Inilah yang Paulo Freire katakan sebagai pendidikan gaya bank, ini harus kita hindari,” pungkasanya.
Penulis: Adinda Rizky
Editor: Asbabur Riyasy