Pemprov DKI bekerja sama dengan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), akan membangun wisma atlet. Pembangunannya dilakukan di kampus timur UNJ (kampus B-red), karena disana ada Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) dan gelanggang olahraga (GOR). “Jakarta pada tahun 2018 akan menjadi tuan rumah asean games. Itu adalah kebijakan nasional. Maka salah satu kebutuhannya adalah wisma atlet,” ucap Pembantu Rektor II, Komarudin. Dan Komarudin menambahkan, setelah Asean Games berakhir, wisma atlet itu dihibahkan sepenuhnya ke UNJ.
Konsekuensi dari pembangunan itu adalah dipindahkannya FMIPA ke kampus A. Menurut Komarudin, hal itu dikarenakan saran dari konsultan pengembang. “Konsultan pengembang yang bekerja sama dengan DKI mempertimbangkan untuk keleluasaan pekerjaan. Dan pengembangan master plan kedepan,” jelasnya.
Sebelumnya terjadi kesimpangsiuran perihal kapan FMIPA dipindahkan ke kampus A. Saat ditemui di kampus B, Ketua Program Studi Fisika, Esmar Budi menjelaskan, “akhir desember ada berita mau pindah dipercepat. Menurut saya, ya, kita memang harus pindah.”
Pemindahan FMIPA ke kampus A akan dilaksanakan saat pergantian semester 103 ke 104. “Jika kepindahan dilakukan pada pergantian semester 104 ke 105 dikhawatirkan proses pembangunan di kampus B sudah mulai berjalan dan akan terganggu karena proses pembangunan di kampus B akan mulai dilakukan pada tahun 2016,” ucap Dekan FMIPA, Suyono..
Hal serupa juga diucapkan oleh Komarudin. Menurutnya, daripada ditengah jalan pindah, nantinya akan lebih repot lagi. “Pertama karena menunggu koordinasi dengan DKI, dan yang kedua sebelum dilakukan pembangunan harus ada penghapusan dulu. Gedung utama MIPA harus dirobohkan, dan itu dapat dilakukan setelah ada persetujuan prinsip dan formil dari senat universitas dan senat fakultas,” ujarnya.
Mengenai sarana yang akan didapatkan FMIPA di kampus A, Suyono menjelaskan,,ruang kelas yang tersedia di kampus A untuk kepindahan FMIPA sampai hari ini (pertengahan Januari) sudah mencapai 12 ruangan. Untuk pemindahan Laboratorium juga sudah disiapkan ruangannya secara bertahap.
Namun menurut Komarudin, untuk perkantoran belum bisa pindah, hanya perkuliahan yang bisa pindah. Maka dari itu, penyelesaian eks-Sarwahita lantai 1-2 harus dipercepat. Sehingga bisa digunakan untuk perkantoran dekanat dan program studi. “Jika memungkinkan untuk sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) langsung kita carikan tempatnya,” katanya.
Wakil ketua BEM FMIPA 2016-2017, Muhamad Zidni Rizky Ardani, mengeluhkan lingkungan yang berbeda di kampus B dan kampus A. “Disini, di kampus B suasananya kondusif, sepi, dan adem. Kalau Sholat di Masjid Ulul Albab tidak terlalu ramai, kalau shalat di Masjid Nurul Irfan sholat ada gelombang-gelombangnya,” tuturnya. Vita Sariani, mahasiswa fisika 2014, juga mengeluhkan kepindahan ke kampus A. Menurutnya, di kampus A sulit menemukan tempat untuk ruang diskusi, karena disana terlalu ramai.
Sementara itu, kebingungan juga dialami oleh Esmar Budi. Hal itu dikarenakan banyak pertanyaan dari mahasiswa. “Saya juga memiliki banyak pertanyaan yang saya sendiri tidak bisa menjawab,” keluhnya.
Nickyta Annisa dan Rahayu Febriyani