“Suatu ketika bapak pernah mengatakan kalo buku itu akan bertahan dari generasi ke generasi. Maka pemikiran saya (HAR Tilaar) akan abadi meskipun saya telah berpulang.”

Cerita tersebut disampaikan oleh Wulan Tilaar sebagai perwakilan keluarga Tilaar. Dalam acara launching buku, Bunga Rampai Pendidikan Indonesia. Serta seminar pendidikan bertajuk Pedagogi Transformatif dalam Era Digital Education: Suatu Tantangan yang dilangsungkan secara telekonfrensi.


Wulan sapaan akrabnya, menyampaikan bapak tidak pernah malu mengatakan dirinya adalah seorang guru. Ia mengatakan, saat semua orang menganggap profesi tersebut tidak bisa dibanggakan, HAR Tilaar justru membanggakannya. “Saya belajar kesetiaan dari bapak mulai dari kesetian kepada istri, sebagai orangtua yang mendidik anak-anaknya, juga sebagai guru maka bapak sangat bangga dengan profesi dan setia semasa hidupnya,” tegasnya.


Buku tersebut hadir sebagai persembahan satu tahun meninggalnya HAR Tilaar dari murid-muridnya. Maka dirinya menyampaikan rasa terima kasih kepada kepada Edura UNJ serta Taman Pembelajar Rawamangun (TPR) yang akhirnya dapat menerbitkan buku tersebut. Ia memberikan semangat serta harapan, khususnya kepada kawan-kawan TPR agar meneruskan pemikiran Tilaar serta dapat menjadi Tilaar-Tilaar baru.


Selain itu, Henry Eryanto selaku ketua Edura UNJ dalam sambutannya mengatakan, Tilaar banyak menghasilkan tulisan terkait pendidikan semasa hidupnya. Terbukti semasa hidupnya telah menelurkan lebih dari 200 karya. “Bagi saya pemikiran HAR Tilaar sangat relevan untuk Indonesia. Karena dia menggagas sistem Pendidikan dengan tidak meninggalkan kebudayaan lokal,” ungkapnya.


Senada dengan hal tersebut, Komarudin, Rektor Universitas Negeri Jakarta, dalam sambutannya menyapaikan, pemikiran Tilaar dalam bidang pendidikan mengakar kepada pancasila, “hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari prinsip HAR Tilaar yang nasionalis.”


Ketika sesi diskusi, Edi Subkhan Dosen pada Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas IlmuPendidikan (FIP), Universitas Negeri Semarang dalam pemaparannya memberikan beberapa prinsip mengenai pedagogik transformatif Tilaar. Diantaranya menghormati HAM, perdamaian, humanistik, serta anti kekerasan. “ Gagasan Tilaar mengenai pedagogi transformatif masih sangat relevan hingga saat ini, karena mengandung prinsip-prinsip tersebut serta banyak terkandung nilai-nilai budaya lokal,” ujarnya.

Iklan


Pedagogi transformatif berasal dari filsafat manusia Indonesia (Pancasila). Aliran ini melihat proses Pendidikan sebagai proses individuasi yang partisipatif dalam konteks kehidupan sosial individu. (Sumber: buku Bunga Rampai Pendidikan Indonesia)


Perihal pedagogi transformatif, bagi Indra Gunawan, salah satu pembicara dari TPR mengatakan, Tilaar dengan pedagogi transformatifnya ingin menyempurnakan kekurangan pedagogik tradisional dan kritis. “Gagasan yang diperkenalkan pada 2002 ini diklaim Tilaar sebagai pendekatan yang paling cocok dengan konteks kebudayaan Indonesia,” tuturnya.


Menurut Indra hal tersebut tidak dapat dilepakan dari dinamika hidup HAR Tilaar. Indra melanjutkan, pasca orde baru tumbang tulisan-tulisan HAR Tilaar telah berubah, tidak seperti saat Orde Baru, Tilaar mengatakan pendidikan mendapat pengaruh dari ekologi. “Pasca orde baru Tilaar berani secara eksplisit jika Pendidikan merupakan bagian dari politik,” ujarnya.


Selai itu, pendidikan tentunya mebicarakan masa depan. Hendra Gunawan guru besar fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam ITB memaparkan generasi alpha dan z yang kini telah mengenal teknologi ponsel pintar. Hal tesebut baginya menjadi tantangan sendiri bagi pendidikan untuk beradaptasi dengan hal tersebut. “Saat ini semua orang bisa belajar dimanapun dia berada, karena memiliki gadget, maka fungsi guru dan orangtua untuk menjawab tantangan itu,” ucapnya.


Ia menambahkan bimbingan belajar (bimbel) yang diadakan di luar sekolah yang bisa diakses lewat gawai-gawai pintar murid. Terlebih lagi menurutnya, saat ini bimbel telah menyaingi sekolah yang ada. “Maka tugas pedagog ialah mengisi jagad maya dengan konten-konten yang dapat membuat anak berfikir kritis bukan hanya menghafal,” pungkasnya.

Penulis : Abdul

Editor : Uly Mega