Para pemuda lintas agama berkumpul untuk mengikuti Deklarasi Pemilu Damai di Ciputra Artpreanur Lotte Shopping Avenue Ciputra World, Kuningan Jakarta Pusat (17/11/2018). Selain para pemuda, deklarasi tersebut juga dihadiri oleh Inaya Wahid, Ernest Prakasa, Bonita And The Hus Band, serta Tari Nusantara dan Paduan Suara SMAN 48 Jakarta. Deklarasi tersebut diselenggarakan oleh Forum Temu kebangsaan dan Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).

Padot Naibaho selaku ketua panitiaan acara menjelaskan bahwa deklarasi ini berawal dari berbagai permasalahan yang ada di Indonesia setiap menjelang pemilihan umum (pemilu). Mengingat, politik identitas dan politisasi isu agama terus digunakan untuk kampanye. Masalah  intoleransi, kekerasan, sikap diskriminatif banyak terjadi. Menurutnya, masalah tersebut sangat serius. Padot optimis dengan adanya deklarasi pemilu damai ketegangan jadi berkurang. Ia ingin menyerukan pada masyarakat bahwa pilihan politik boleh berbeda, tetapi menjaga keutuhan Indonesia adalah tugas utama.

Tepat pukul 21.00, para pemuda itu membacakan poin-poin sumpah pemilu damai. ‘’Kami Pemuda Pemudi Lintas Iman, bertekad menjaga persaudaraan, Pancasila, dan Undang-undang dasar 1945’’ucap para pemuda itu bersamaan. Kemudian, mereka menyebutkan satu persatu isi sumpah pemilu damai tersebut, yaitu :

  1. Mewujudkan pemilu damai sesuai prinsip,Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia.
  2. Menghentikan ujaran kebencian yang memicu sentimen suku, agama, ras, dan antar golongan dalam mengampanyekan dan menggalang dukungan.
  3. Berkomitmen aktif mewujudkan pemilu yang berkualitas, berintegritas, dan berbasis program kerja.
  4. Mendukung Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia, Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Republik Indonesia menjadi Penyelenggara Pemilu yang adil dan terbuka.
  5. Mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia, dalam upaya mewujudkan pemilu Indonesia bebas korupsi.

Para pemuda itu optimis bisa membangun kesadaran damai di masyarakat dengan membacakan deklarasi pemilu damai. Fatma Ayu, salah satu pembaca  deklarasi tersebut mengaku ingin pemilu damai itu benar-benar terwujud. ‘’Pilihan politik tidaklah penting jika dibanding kesatuan dan kebhinekaan,’’ ucap dia yang juga perwakilan pemuda penganut islam.

Sependapat dengan Fatma, Giring yang juga membacakan deklarasi sebagai perwakilan penganut kepercayaan Parmalim menjelaskan bahwa poin paling penting adalah yang isinya melawan ujaran kebencian. ‘’Saya pikir kita harus lebih banyak mengajak masyarakat untuk berdamai,’’ jelasnya.

Di akhir pembacaan deklarasi, para perwakilan pemuka agama diminta untuk menandatangani deklarasi ke atas panggung. Lalu, deklarasi tersebut diserahkan pada KPU dan KPK sebagai bentuk kerjasama untuk mengawal pemilu yang lebih damai.// Faisal Bachri

Iklan

 

Editor : Yulia A