Jumat (16/8) suasana di sekitar gedung Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (DPR/MPR) diramaikan oleh sekelompok massa buruh lantaran Presiden terpilih, Joko Widodo melangsungkan pidato kenegaraan. Momentum itu, dimanfaatkan oleh buruh untuk menyampaikan pendapat. Di sana sudah bersiap pengamanan yang cukup ketat oleh aparatus negara TNI dan Polisi.
Barisan buruh yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Buruh Untuk Rakyat (GEBRAK) yang beberapa serikat, antara lain; Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Konfederasi Serikat Nasional (KSN), Sentral Gerakan Buruh Indonesia (SGBN), Federasi Pekerja Pelabuhan Indonesia (FPPI), Jaringan Komunikasi Serikat Pekerja Perbankan, Sekolah Mahasiswa Progresif, Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (SINDIKASI), Aksi Kaum Muda Indonesia (AKMI), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi-DN (LMND-DN), dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA).
Momen ini sebenarnya sudah disiapkan buruh semenjak tahun lalu ketika wacana Revisi Undang-Undang Ketenagakerjaan (UUK). Sesuai perencenaan terahir di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) pada Selasa (13/8) lalu, buruh mulai berkumpul untuk demonstrasi pada pukul 10.00 WIB di depan gedung DPR, Senayan, Jakarta. Massa aksi telah berkumpul di Jakarta sejak pukul 08.00 WIB.
Pada pukul 13.00 konsentrasi massa berkumpul di samping Parkir Timur Senayan, Jalan Gatot Subroto. Di depan mobil komando massa buruh dapat terlihat barisan polisi yang siaga, lengkap dengan atribut pengamanan. Disebelah massa buruh, dapat dilihat belasan personil berseragam tentara nasional Indonesia.
Massa menggelar orasi disana sampai membubarkan diri pukul 17.30 WIB. Orasi disampaikan oleh perwakilan buruh dan mahasiswa. Salah satunya adalah Jumisih, Persatuan Buruh Lintas Pabrik, menjelaskan revisi penghapusan Pasal 81 mengenai cuti haid merugikan buruh perempuan. ‘’Selain rentan terhadap pelecehan seksual, pemerintah berupaya menyingkirkan hak buruh perempuan.’’
Massa buruh mendapat tekanan aparat. Rombongan massa buruh tertahan blockade aparat setelah sampai di lapangan TVRI. Sementara massa buruh dari Bekasi dan Tangerang tertahan sebelum mereka sampai ke Jakarta.
Represi Aparat keamanan dinilai berlebihan
Nining Elitos dari KASBI, melihat mobil polisi mengangkuti massa buruh. Langsung ia protes penangkapan anggotanya. ‘’Ini daerah steril, tidak boleh,’’ ucap personil polisi yang dihadangnya. Saat ditanyain mengenai penangkapan, Nining mengaku sebelumnya telah berkoordinasi dengan kepolisian (Intelkam). ‘’Kami mendapat ruang di depan TVRI, tapi datang polisi baju putih dengan brutal,’’ ucapnya. Ia tambahkan salah satu anggotanya yang merekam kejadian itu dipaksa untuk menghapus video tersebut.
Nining menjelaskan massa aksi yang berkumpul seharusnya mencapai 5000 buruh, namun polisi menghalangi jalan buruh. ‘’Berbagai macam tempat, Bekasi, Batu Ceper, Tanggerang, Bitung, semua di blokade dengan mobil,’’ ucapnya. Sebelumnya, Ilhamsyah, KPBI, membenarkan ucapan Nining. GEBRAK bisa estimasi sekitar 5000, ujarnya pada konfrensi pers di Gedung LBH Jakarta.
Selain itu, beberapa buruh dari Federasi Serikat Buruh Karya Utama-Konfederasi Serikat Nasional (FSBKU-KSN) ditelanjangi oleh aparat di Bitung, Kabupaten Tangerang. Aparat pun juga melakukan penyisiran dan penyitaan terhadap atribut buruh. Sekitar tujuh orang massa buruh ditangkap pihak aparat. Tidak hanya buruh, beberapa mahasiswa juga ditangkapi aparat depan TVRI
“Kami mempertanyakan dasar tindakan dari aparat terhadap kawan-kawan kami. Tindakan yang dilakukan aparat jelas melanggar amanat Undang-Undang Dasar mengenai kebebasan berpendapat,” ujar Sekretaris Jenderal KASBI, Unang Sunarno dalam siaran pers di media sosial.
Pada pukul 17.00 WIB massa menuntut total 21 orang yang diseret polisi agar dikembalikan. Kemudian polisi mengikuti tuntutan tersebut dan mengembalikan 14 orang menggunakan mobil sekitar pukul 17.30. Sebelumnya jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi massa akan menuju Polda.
Novri Oov Auliansyah, Konfederasi Serikat Nasional (KSN), menyayangkan tindakan kepolisian. Saat ditanyai mengenai represi polisi, ia senada dengan Nining Elitos. ‘’Anggota kami dari Bandung satu bus, disuruh putar balik,’’ ucapnya. Selain itu, ia menilai tindakan kepolisian memecah buruh dari tuntutan awalnya.Sementara itu Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, diwawancarai oleh CNN, mengaku dirinya tidak mendapat informasi soal itu.
Penulis: Evan K. dan Faisal B.
Reporter: Evan K. dan Faisal B.
Editor: M. Muhtar