Penyerahan simbolik oleh Rektor UNJ Djaali kepada Juri Ardiantoro ketua baru Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta (IKA UNJ) menandai pelantikan pengurus IKA UNJ 2017-2020 (8/9) yang dilaksanakan di Gedung Bung Hatta Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Pelantikan dilanjutkan dengan kuliah umum bersama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto dengan tema “Pendidikan dan Bela Negara”.
Juri mengatakan IKA UNJ mempunyai komitmen sebagai pengurus. IKA UNJ akan menjadi tempat atau fasilitator berkiprah lebih nyata (kerja). “Karena itulah IKA UNJ membuat departemen khusus. Sehingga bisa mengidentifikasi alumni kita (UNJ),”ungkapnya . ia juga menambahkan bahwa IKA UNJ mendata alumni UNJ mulai tingkat fakultas dan prodi bahkan alumni UNJ di daerah.
Mantan KPU Jakarta ini meminta kerjasama semua pihak agar bersinergi dengan IKA UNJ. “Sebelum pengurusan ini dilantik misalnya UNJ sudah bisa bicara teknologi otomotif. Banyak sekali mahasiswa yang diundang namun mereka memiliki banyak kesulitan prihal pendanaan. UNJ mempunyai potensi dalam hal prestasi namun belum terkonsolidasi. IKA UNJ bisa mengkonsolidasikannya,” ungkapnya.
IKA UNJ mengharapkan peran serta alumni kepada mahasiswa untuk memberikan gambaran antara dunia kerja dengan dunia kampus. IKA UNJ membentuk Dewan Pakar untuk mengumpulkan pemikiran-pemikiran tentang pendidikan di Indonesia dari para akademika UNJ. Pemikiran-pemikiran tersebut akan dikumpulkan dalam bentuk buku.
Djaali dalam pidato sambutan membahas mengenai peringkat UNJ yang dikeluarkan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kementerianristek-dikti). Pada 2014 UNJ berada di peringkat 81, 2015 peringkat 60. 2016 ranking 24 dan 2017 UNJ mengalami penurunan menjadi peringkat 26 dari seluruh universitas yang ada di Indonesia. Ada 4 komponen yang menjadi pertimbangan peringkat itu, yaitu, Sumber Daya Manusia (SDM), akreditasi perguruan tinggi, riset publikasi ilmiah, dan
Djaali mengucapkan terima kasih dan apresiasi pada almamater UNJ. ” Dari Sabang sampai Marauke harus ada IKA UNJ yang mengurus. Harus ada yang bergerak mendukung kemajuan UNJ maupun bangsa dan negara. Kalau sudah kumpul harus ada motor penggerak. Inilah peran dari pengurus berkontribusi dengan masyarakat dan Negara,” ujarnya.
Setelah sambutan dari Djaali, Wiranto memberikan stadium general dengan tema Pendidikan dan Bela Negara. Menurutnya perilaku masyarakat sulit diprediksi. Internet, telepon genggam, memiliki fitur sangat banyak masyarakat yang lebih modern. Indonesia telah mengikuti teknologi maju. Namun, teknologi informasi juga digunakan oleh teroris dalam merakit bom. Mereka mempelajarinya lewat video kirim lewat internet. Contohnya, dua bom terakhir bukan dari kelompok tapi perorangan.
Ancaman lebih nyata ialah narkoba, terorisme, human traficking, korupsi, dan radikalisme. Menurut Wiranto, masyarakat Indonesia banyak yang sudah tertanam nilai-nilai radikalisme yang berasal dari luar. “Simbol pertahanan tergerus yaitu, Pancasila, UU 1995, perasaan memiliki NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika,” papar Wiranto.
Wiranto berpendapat meskipun peraturan bela Negara mendapatkan pro dan kontra, Bela Negara bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap Indonesia. “Membela itu menunjukkan rasa cinta. Misalnya, kampus dijelek-jelekan, kita juga harus membela,”ungkapnya.
Naswati