Peserta Gen Sindo mengikuti pelatihan jurnalistik di Pusdiklat Indofood (25-27 Agustus 2016). Acara bertujuan untuk mengedukasi kalangan muda. (Isra Triansyah/Fotografer Sindo)
Koran Sindo kembali menggelar Gen Sindo Jounalism Camp dengan tema Lets Explore Journalism untuk yang kedua kalinya. Acara ini diadakan di Pusdiklat Indofood, Cibodas, Jawa Barat pada 25-27 Agustus 2016. Acara ini diikuti oleh 50 orang peserta dari 18 perguruan tinggi di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi kalangan muda.
Para peserta diajak secara utuh mengenal jurnalistik dalam materi maupun praktek. Dimana selama tiga hari peserta mendapatkan materi jurnalistik. Materinya yaitu : jurnalisme online, kode etik jurnalistik, materi dasar jurnalistik dan menembus narasumber, fotografi dan desain tata letak. Pemateri adalah wartawan profesional Koran Sindo.
Pada materi pertama, pemateri jurnalistik online adalah Puguh Hariyanto. Ia menjabat sebagai redaktur pelaksana sindonews.com. Online mengandalkan kecepatan namun validasi itu perlu. “Kalau ingin mengambil kecepatan paling gampang dari sosmed (sosial media) atau akun resmi lembaga di Indonesia”sarannya.
Ketika terjadi gempa kita dapat mengambil situs Badan Meteoreologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Karena situs resmi ini merupakan milik publik. Biasanya memastikan kebenarannya dengan menelpon pejabat yang berwenang. Sumber verifikasi ini dapat dilihat dari akun resmi lalu sumber terpercaya.
Hal ini begitu relevan dengan materi dari Zen Teguh, tentang kode etik jurnalistik. Jurnalis Koran Sindo ini mengatakan jika kode etik adalah aturan yang mengikat dan membatasi. Zen menceritakan tentang Janet Cooke wartawan yang mendapatkan pulitzer, atas tulisan Jimmy World. Menceritakan tentang seorang anak yang berumur 8 tahun yang kecanduan heroin dan obat bius. Berita ini sungguh mengguncang keingintahuan pembaca untuk membantu Jimmy. Namun setelah ditelusuri ternyata Jimmy hanya tokoh fiktif yang dibuat Cooke.
Kejadian ini membuat Cooke harus mengembalikan pulitzer sekaligus dipecat dari pekerjaannya. Bagaimana dengan Indonesia? Kebohongan ini ternyata pernah dilakukan oleh wartawan Jawa Pos. Terdapat dua artikel yaitu Kasihan Warga Tak berdosa Jadi Korban (3/10/2005) dan Istri Doakan Azhari Mati Syahid (10/11/2015). “Kebohongan adalah salah satu yang sangat dilarang pada jurnalistik”tegas Zen.
Materi selanjutnya diisi oleh Hana Farhana, redaktur olahraga dan Hatim Varaby, redaktur ekonomi Koran Sindo. Materi tentang dasar jurnalistik dan menembus narasumber. Terdapat 7 faktor penentu nilai berita yaitu berdampak luas, jadi perhatian, kebaruan, kedekatan, ketenaran, emosional dan konflik. Dalam berita harus selalu ada 5W + 1H dan faktor penentunya.
Dalam mewawancarai narasumber terdapat beberapa teknik wawancara seperti wawancara perjanjian dan door stop. “Harus ada planning dengan narasumber dengan jadwal padat”saran Hatim. Menurut Hana cara lainnya dengan door stop, namun harus melakukan persiapan. Jangan sampai lupa apa yang ingin ditanya, karena kejadian itu bisa hilang.
Pendukung lainnya berita adalah foto jurnalistik. Materi dibawakan oleh Isra Triansyah, fotografer Sindo. Materi berisikan teknik pengambilan foto, penulisan caption, dan etika foto jurnalistik. “Foto jurnalistik itu kombinasi visual (foto)dengan kata-kata”ungkap Isra. Setiap foto harus terdapat caption, elemen yang mendukung foto.
Terakhir materi desain tata letak melangkapi materi di atas. Win Cahyono, desain grafis Koran Sindo menjelaskan tentang desain dan tata letak (layout). Elemen desain berupa pemilihan garis, height dan width, ukuran, tekstur dan space. Dalam elemen layout ada 3 hal yaitu: teks, visual dan invisible elemen.
Prinsip-prinsip layout yaitu urutan, penekanan, keseimbangan dan keserasian. Urutan berfungsi membuat alur bagian urutan yang dibaca. Penekanan untuk memperlihatkan pentingnya sebuah peristiwa. Keseimbangan bagian layout antara teks, visual, dan invible elemen. Keserasian, layout dituntut mampu menggambarkan kesatuan berita dari elemen desain dan layout.
Naswati