Sejumlah 400.000 orang hadir di Lapangan Chicago Amerika Serikat pada 1 Mei 1886 melakukan demonstrasi selama empat hari. Mereka adalah para buruh yang menuntut kelayakan hidup sebagai manusia. Peristiwa yang banyak menyimpan kisah kelam itu, dengan memakan ratusan korban jiwa diperingati sebagai hari buruh sedunia yang dikenal sebagai May Day.

Rabu, (1/5) 2019, momentum memperingati Hari Buruh Nasional barisan buruh berkumpul di Jakarta. Salah satunya Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) sekitar pukul 10.00 WIB telah memadati area kawasan Kuningan, Jakarta. Massa yang  tergabung dalam 34 organisasi buruh, mahasiswa dan kepemudaan  sepakat berpakaian merah dan membawa serta bendera dan poster-poster tuntutan.

Dalam rilisnya, aksi itu memperhatikan isu soal kesejahteraan buruh yang belum terlaksana. Seperti perampasan ruang hidup rakyat, pengangguran yang semakin meningkat, serta status kerja yang makin rentan di PHK. Hal itu tidak lepas dari kebijakan yang tidak memperhatikan kepentingan buruh.

Nining Elitos, juru bicara Aliansi Gerakan Buruh untuk Rakyat (GEBRAK) sekaligus Ketua Umum Konfederasi Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) mengatakan May Day adalah satu bentuk peringatan kemenangan kaum buruh sedunia yang tetap berkelanjutan.

Ia menambahkan, aksi-aksi dan tuntutan adalah upaya pengawasan serta perbaikan terhadap arah dan politik perburuhan. “Tidak hanya memihak kepada penguasa modal, yang terus menerus difasilitasi negara, ataupun pemerintah yang berkuasa,” tuturnya.

Disisi lain, dorongan pencabutan (Peraturan Pemerintah) PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan menjadi sentral. Lantaran peraturan tersebut secara substansial, tidak menjamin hak-hak buruh.

Iklan

Mengusung tema “Memperkuat Persatuan, dan Merebut Kedaulatan Rakyat”, GEBRAK  memulai aksi long march-nya dari Bundaran HI hingga menuju titik akhir di Istana Merdeka, Jakarta.

Long march berlangsung damai. Meskipun sempat terjadi ketegangan ketika massa dihentikan oleh blokade aparat keamanan dari unsur Brimob Polri dan TNI berpakaian lengkap, di Sekitar titik awal longmarch, Bundaran HI, Jakarta.

Aksi akhirnya bisa dilanjutkan setelah perwakilan dari GEBRAK bersama dengan penanggung jawab keamanan melakukan negosiasi. Akhirnya, aparat keamanan membuka blokade jalan dan mendapat perizinan untuk melakukan aksi melewati Jalan M.H. Thamrin menuju Istana Merdeka, Jakarta.

Sesampainya disekitar Patung Arjuna Wijaya, area kawasan Gambir, massa aksi tidak dapat melanjutkan long march, Karena pihak keamanan kembali memblokade jalan dengan menaruh separator busway di tengah jalan. Polisi pun sudah membentuk pagar manusia. Akhirnya, massa aksi hanya dapat berorasi menyampaikan pendapat di sekitar Patung Arjuna Wijaya.

Sesuai dengan rencana, aksi selesai sebelum 17.00 WIB, lalu massa aksi secara damai membubarkan diri menuju lapangan IRTI Monas, untuk kembali ke bus rombongannya masing-masing.

Sepuluh Tuntutan Rakyat

Sebagai penutup, GEBRAK melalui Perwakilan KASBI dalam orasinya membacakan Sepuluh Tuntutan Rakyat yang kemudian disebut dengan SEPULTURA, yaitu:

Pertama, hapus sistem kerja kontrak, outsourching, dan sistem kerja magang. Kedua, tolak politik upah murah dan berlakukan upah layak nasional. Ketiga, tolak PHK, union busting, & kriminalisasi aktivis buruh. Keempat, laksanakan hak buruh perempuan & lindungi buruh migran.

Tuntutan kelima adalah tangkap, adili & penjarakan pengusaha nakal. Keenam, berlakukan jaminan sosial, bukan asuransi sosial. Ketujuh, turunkan harga bahan bakar minyak dan kebutuhan pokok rakyat. Kedelapan, pendidikan gratis dan kesehatan gratis untuk rakyat.

Lalu tuntutan kesembilan, menolak privatisasi dan bangun industri nasional untuk kesejahteraan rakyat. Serta poin terakhir adalah menuntut tanah dan air untuk kesejahteraan rakyat.

Iklan

Penulis: Misael Evan F.K.

Reporter: Bimo Andrianto dan Misael Evan F.K.

Editor: Annisa Nurul H.S.