Album dari grup musik asal Korea Selatan, Red Velvet berjudul The ReVe Festival Final menjadi salah satu album terbaik di tahun lalu. Dengan menjadikan “Psycho” sebagai lagu utama dalam album ini, grup yang beranggotakan Irene, Joy, Seulgi, Wendy, dan Yeri ini berhasil menautkan hati para pendengarnya. “Psycho” menggunakan genre urban pop serta berisi lirik yang memberi satu pesan penting, soal toxic relationship.
Lagu “Psycho” memberi awalan yang penting soal penggambaran toxic relationship. Diawali dengan satu baris lirik yang dinyanyikan oleh Seulgi: Jojeori jakku jal andwae. Artinya adalah, “Aku tidak bisa mengontrol diriku.” Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan dari Seulgi lewat suara merdunya yang mempunyai arti “Aku tidak bisa mengikuti permainan ini.”
Dalam hubungan percintaan, toxic relationship terjadi karena salah satu pihak mendominasi pihak lainnya. Dominasi tersebut menjadi racun dalam hubungan. Pihak dominan berusaha mengontrol lewat permainan kata-kata serta tindakan. Intro yang bagus oleh Red Velvet dalam menggambarkan toxic relationship.
Kemudian di bagian Yeri dan Joy, pernyataan tersebut dikuatkan dalam lirik berbahasa Korea ini: Uri jinjja byeolladae, Geunyang naega neomu joahae. Artinya, hubungan beracun itu terus berlanjut, meski mereka tidak menyadari hal tersebut. Kemudian, lirik berlanjut ke penegasan bahwa toxic relationship ini dijalankan oleh kedua pihak. Hal tersebut dilakukan berulang kali, dengan pertengkaran dan perdamaian yang silih berganti.
Bagian chorus atau inti dari lirik lagu memberi sudut pandang penting dengan salah satu pihak mengalami kegilaan yang luar biasa akibat toxic relationship, namun memutuskan tetap bertahan. Dengan kalimat dalam lirik yang menegaskan hal itu, “Tanpamu, aku akan merasa lebih gila, lebih rendah diri,” Semakin dikuatkan juga dengan pendapat orang-orang tentang hubungannya, bahwa hubungan mereka sempurna yang menjadikan mereka bertahan atas hubungan asmara beracun ini.
Kalimat “Hey, now we’ll be okay,” yang diucapkan berulang kali dalam lagu ini semakin menguatkan bahwa hubungan beracun ini teromantisasi. Kalimat dalam lirik seperti “Jangan lihat ke belakang, terus maju dan pertahankan hubungan kita,” menandakan hubungan mereka diromantisasi sedemikian rupa agar orang-orang tahu bahwa hubungan asmara mereka sempurna.
Secara garis besar lagu Psycho, lagu ini melihat bahwa gender apapun, baik laki-laki maupun perempuan bisa menjadi yang dominan tertindas dalam hubungan asmara. Mula sifat dominan dari toxic relationship berasal dari pemujaan dan perhatian yang berlebihan saat pendekatan hubungan yang membentuk sebuah kepalsuan dalam diri pihak dominan. Seiring berjalannya hubungan, sifat asli yang tak pernah ditunjukkan sebelumnya saat pendekatan akan keluar dan tumbuh menjadi racun yang menekan pasangannya.
Dalam artikel yang dirilis oleh Healthline, ciri-ciri utama dari toxic relationship adalah kebohongan yang dilakukan secara terus-menerus oleh salah satu pihak. Kebohongan tersebut diciptakan secara “cantik” untuk meyakinkan pasangan agar setia dengannya. Selain itu, rasa ketidakpercayaan dan kecemburuan terhadap pasangan juga dilancarkan untuk mempertahankan hubungan, dan dilakukan dengan cara yang tidak menghormati privasi pasangan.
Selain itu, karena keyakinan bahwa pasangannya baik-baik saja, akhirnya pihak yang tertindas nantinya selalu mengikuti kemauan pasangannya, sehingga melupakan kesehatan dan kebutuhan diri sendiri. Inilah makna Psycho dalam lagu ini.
Secara teknis lagu, Psycho memberi standar tinggi bagi kualitas vokal para membernya. Kelimanya berhasil membawa lagu ini memiliki makna yang dalam bagi pendengarnya. Terutama bagian high note Wendy di pre-chorus yang menjadi bintang dalam penampilan lagu ini. Memang, lagu ini menjadi salah satu pembuka yang gelap sekaligus berkualitas bagi lagu-lagu lainnya di album The ReVe Festival Finale.
DATA LAGU
Judul Lagu: Psycho
Album: The ReVe Festival Finale
Durasi Lagu: 3:30
Rilis: 23 Desember 2019
Penulis Lagu: Kenzie, Andrew Scott, Cazzi Opeia, EJAE
Label: SM Entertainment
Penulis: Muhammad Rizky Suryana
Editor: Hastomo D. Putra