Mata Diri berbinar-binar saat melihat menjamurnya bunga bermekaran di padang rumput.
Waktu demi waktu dihabiskan Diri bersama bunga-bunga itu.
Diri sungguh bahagia.
Hingga kemudian badai datang.
Diri lari terbirit-birit menyelamatkan diri.
Sesekali ia melihat ke belakang, tampak bunga-bunga berjatuhan.
Esoknya Diri datang ke padang rumput.
Dilihatnya masih banyak bunga yang tidak jatuh.
Diri memutuskan menjaga bunga-bunga itu.
Hingga badai datang kembali.
Diri berusaha menyelamatkan bunga, tapi terjangan badai begitu kuat sampai Diri terhempas dan dipenuhi luka.
Bunga-bunga kembali berjatuhan.
Dengan rasa marah, Diri memutar otak untuk menyelamatkan bunga yang tersisa.
Bermodalkan ilmu pengetahuan dan bantuan dari kawan-kawannya, Diri menjaga bunga dari terjangan badai.
Namun badai datang lagi, terjangannya sangat kuat.
Bunga-bunga kembali berjatuhan.
Merasa putus asa, Diri menjauhkan isi kepalanya dari bunga.
Diri pun berkegiatan selayaknya manusia biasa.
Diri berusaha melupakan bunga.
Namun semakin coba dihapus, ingatan kepada bunga semakin memenuhi kepala Diri.
Rasa bersalah karena berusaha melupakan bunga menggerayangi Diri.
Kekalutan menimpa Diri, hingga akhirnya ia kembali datang ke padang rumput.
Di sana, Diri bukanlah Diri.
Diri menghilangkan kediriannya.
Diri kini hanyalah penjaga bunga.
Penjaga bunga yang berusaha memahami bunga.
Penjaga bunga yang bahagia karena bunga.
Penjaga bunga yang berusaha terus bertahan untuk mempertahankan bunga.
Penulis: Andreas Handy