Judul : Barbie
Sutradara : Greta Gerwig
Penulis Skenario : Greta Gerwig, Noah Baumbach
Genre : Fantasi, Komedi
Waktu Tayang : 9 Juli 2023 (Los Angeles)
Rumah Produksi : Warner Bros Picture
Standar kecantikan telah menjadi acuan masyarakat untuk menilai penampilan orang lain. Padahal, setiap daerah memiliki kecantikan khas yang berbeda-beda. Tetapi, masyarakat terus menuntut perempuan untuk berkulit putih, berambut lurus, dan tubuh langsing.
Standar kecantikan seperti itu berakar dari rasisme, klasisme, dan colourism yang disebarkan bangsa Eropa lewat kolonisasi terhadap bangsa jajahannya, terutama negara-negara di Asia dan Afrika. Para penjajah berkulit terang menganggap rendah orang-orang berkulit gelap. Di Indonesia, akar standar kecantikan dikonstruksi bangsa belanda melalui politik etis (kebijakan berdasarkan golongan ras).
Standar kecantikan juga dilanggengkan oleh produk-produk kecantikan yang menampilkan model kulit putih dengan bibir pink. Produk itu menyediakan banyak shade berwarna terang untuk kulit, bahkan tak jarang ada yang menawarkan pemutihan instan dengan bahan mercury.
Pakta Integritas: Dilema Antara Solusi atau Masalah bagi Mahasiswa
Kini, lewat iklan-iklan di layar kaca dan majalah, propaganda tentang standar kecantikan itu menyebar dan mengakar ke alam pikiran perempuan. Akan tetapi, perempuan tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi korban. Akhirnya, mereka tanpa sadar terobsesi pada standar kecantikan demi mendapat pengakuan di masyarakat.
Standar kecantikan menciptakan dikotomi antara perempuan cantik dan tidak. Masalahnya, perempuan yang cantik akan lebih diapresiasi dalam segala aspek, begitupun sebaliknya. Hal ini biasa disebut beauty privilege. Contohnya banyak ditemui dari kriteria “berpenampilan menarik” untuk lowongan pekerjaan tertentu.
Beauty privilege juga menimbulkan persaingan antar perempuan. Biasanya, perempuan cantik merasa dirinya lebih baik dibandingkan perempuan lain. Akibatnya, para perempuan berlomba untuk mempercantik diri mereka. Meskipun harus menempuh cara ekstrem seperti operasi plastik, membeli skincare mahal, atau treatment kecantikan berbahaya.
Kiwari, banyak penolakan atas bentuk ketidakadilan lewat standar kecantikan tertentu. Film berjudul Barbie yang tayang 2023 lalu menjadi salah satu wujud dari penolakan tersebut. Disutradarai Greta Gerwig, film Barbie sarat akan pesan bahwasanya perempuan adalah manusia yang punya pikiran dan impian. Mereka berhak menjadi dirinya sendiri tanpa harus mengikuti standar kecantikan.
Barbie, Si Standar Kecantikan.
Barbie adalah boneka yang menggambarkan gadis remaja cantik dengan kaki jenjang, rambut pirang dan kulit putih. Kehadiran barbie menjadi populer setelah bertahun-tahun perempuan hanya berperan sebagai ibu untuk boneka bayi.
Kisah Barbie dimulai di sebuah tempat bernama Barbie Land. Di sana, semua pekerjaan dilakukan oleh barbie perempuan. Mereka bekerja sebagai presiden, pekerja konstruksi dan penulis yang memenangkan nobel. Sementara Ken, si barbie laki-laki tidak melakukan apapun. Mereka hanya menjadi seseorang yang haus akan perhatian Barbie perempuan.
Serangkai Kisah Dibalik Pembangunan LRT dan Kemacetan Jakarta
Suatu hari, Barbie biasa, tokoh utama dalam film mengalami cacat di kakinya. Ia khawatir dan meminta saran kepada kawan barbie lain. Barbie biasa mendapat saran agar dirinya menemui pemiliknya di dunia nyata. Melalui bantuan dari barbie aneh dan nyentrik, ia pergi ke dunia nyata bersama Ken.
Ternyata dunia nyata tak seperti yang Barbie biasa bayangkan. Di sana laki-laki dapat bekerja. Ada satu momen di mana dirinya terkejut ketika melihat perempuan tua yang duduk di sampingnya saat beristirahat. Ia berpikir perempuan tua itu tetap terlihat cantik meskipun memiliki kerutan dan tidak memakai heels seperti dirinya.
Ternyata pemilik yang ia cari bernama Sasha. Ketika barbie biasa menemuinya, Sasha menolak dan membencinya. Menurut Sasha, Barbie adalah boneka perempuan yang menjadi bentuk standar kecantikan. Barbie biasa pun merasa terkejut karena Sasha berpikiran seperti itu tentangnya.
Saat sedang merenungkan hal itu, para pekerja Mattel, perusahaan yang memproduksi boneka barbie mencuri kesempatan untuk menangkap Barbie biasa. Sementara itu, barbie Ken menghilang dan telah kembali ke Barbie Land. Sesampainya di sana, Ken menyebarkan paham-paham patriarki pada barbie-barbie lain.
Barbie biasa merasakan niat buruk Mattel dan berusaha kabur darinya. Kemudian, ibunda Sasha, Gloria menawarkan tumpangan padanya. Ternyata Gloria menjadi penyebab kecacatan Barbie biasa, sebab ia memainkan Barbie biasa dengan perasaan sedih dan cemas. Emosi yang Gloria rasakan saat memainkannya bisa membuatnya cacat.
Demi menyelesaikan semuanya, Barbie biasa pun membawa Gloria dan Sasha pergi ke Barbie Land. Setibanya di sana, semua hal telah berubah karena Ken sudah mencuci otak para Barbie dan jatuh pada pemikiran patriarki.
Melihat hal itu, Barbie biasa merasakan putus asa dan kecewa. Barbie hanyalah seorang barbie stereotipikal, ia tidak bisa melakukan apapun selain menjadi anggun dan cantik. Namun di Barbie Land, kecantikan itu hanya untuk dirinya sendiri, bukan untuk memikat Ken seperti sekarang. Baginya, kecantikan seperti itu tidak ada harganya jika untuk mengemis perhatian.
“Wanita tidak harus menjadi cantik yang serba bisa. Barbie memang diciptakan untuk menjadi cantik, tapi dia tetap wanita bukan pahlawan super. Wajar jika Barbie merasa kecewa, wajar jika wanita merasa sedih dan tidak adil. Karena pada akhirnya selalu banyak yang diinginkan dari seorang wanita, mustahil semuanya tercapai. Barbie hanya perlu menjadi dirinya sendiri dan mengikuti keinginannya, jangan terpaku pada sistem bahwa Barbie stereotipikal harus bersolek cantik tanpa mempunyai perasaan”. (Gloria)
Ucapan Gloria membuat para Barbie sadar akan pentingnya menjadi diri sendiri. Akhirnya, Barbie Land berhasil direbut kembali oleh para Barbie perempuan. Di samping itu, para Barbie laki-laki kembali mengharapkan perhatian Barbie perempuan. Meskipun demikian, Barbie biasa mengatakan bahwa Ken pun berhak menjadi dirinya sendiri tanpa mengemis perhatian. Tetapi, Ken merasa ia hanya sebuah boneka yang diciptakan untuk mengejar perhatian Barbie perempuan.
Setelahnya, Barbie biasa dilanda kebingungan. Ia tidak mau menetap di Barbie Land dan ingin menjadi seperti Gloria. Baginya, dengan begitu ia dapat menjadi seseorang yang berguna dan apa adanya. Walaupun, dunia nyata tak semudah ketika di Barbie Land, barbie biasa tetap ingin menjadi seorang manusia dan memiliki tujuan hidup.
Meskipun diisi oleh komedi dan berbagai adegan ambigu, Barbie berhasil menyampaikan isi filmnya dengan sangat baik. Film Barbie juga sangat menunjukkan keberpihakannya pada perempuan dan menyindir keras praktik-praktik patriarki. Selain itu, Unsur Pink yang identik dengan Barbie menambah daya tarik feminim tersendiri untuk film ini.
Namun beberapa adegan musikal sangat membosankan untuk ditonton. Adegan-adegan tersebut hanya terlihat memenuhi durasi film. Banyaknya adegan komedi yang dibumbui dengan musikal, bisa jadi membuat orang tidak menangkap jelas maksud percakapan.
Penulis: Hanum Alkhansaa R
Editor: Machika Salsabilla