Fakulatas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Jakarta (UNJ) kini telah memiliki program studi (prodi) baru yaitu pendidikan bahasa Mandarin. Hal itu ditujukan dengan dibukanya pendaftaran calon mahasiswa baru utnuk prodi pendidikan bahasa mandarin.

Dua puluh empat orang telah terseleksi dan menyandang status sebagai mahasiswa baru di jurusan tersebut. Angkatan pertama prodi pendidikan bahasa mandarin akhirya dibuka setelah melewati proses yang cukup lama. Padahal hal tersebut telah dirintis sejak 2006 oleh Ilza Mayuni Dekan FBS kala itu. Namun, pembukaan penerimaan mahasiswa baru direalisasikan pada 2014 ini.

Dibentuknya prodi tersebut bertujuan untuk mencetak guru- guru bahasa mandarin yang memiliki dasar pendidikan yang kuat sebagai seorang pengajar. Sebab, selama ini guru- guru bahasa mandarin yang ada rata- rata bukan berasal dari sarjana kependidikan. Kebanyakan guru disekolah berasal dari studi ilmu murni atau didatangkan langsung dari negeri tirai bambu.

Karena banyaknya kebutuhan akan guru bahasa mandarin di sekolah- sekolah, Dinas kependidikan Tinggi (Dikti) memberi mandat pada beberepa perguuran tinggi untuk membuka prodi pendidikan bahasa mandarin. Contonya di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Universitas Negeri Malang (UM) yang telah membuka prodi tersebut walaupun masih keterbatasan tenaga pengajar.

Berbeda dengan UNESA dan UM, UNJ justru sengaja mengajukan diri ke Dikti untuk pembukaan prodi baru. Sayangnya, ketersedian pengajar kala itu belum cukup memadai. Ditahun kedua setelah pengajuan, UNJ baru memiliki dua orang dosen yang masih bergelar sarjana starata satu. Sedangkan standar pembukaan prodi yang ditetapkan Dikti yaitu, dosen minimal berjumlah enam orang dan bergelar S2. “Jadi kami sekolah dulu. Lama itu karena memenuhi tuntutan dikti,” tutur Susi Andriani Ketua Jurusan Bahasa Mandarin.

Iklan

Akreditasi yang diberi Dikti pun hanya sebatas akreditasi minimal untuk prodi baru. Maka UNJ masih harus mnegurus akreditasi kembali setelah prodi ini berjalan dua tahun.

Selain mempersiapkan tenaga pengajar, kurikulum dan bahan ajar juga telah dipersiapkan dan siap di uji coba. Dalam memersiapakan bahan ajar dan kurikulum jurusan ini telah melakukan studi banding ke sejumlah jurusan dan Universitas. “Ada kerjasama dalam perencanaan kurikulum dengan jurusan lain dan studi banding namun tetap kami ramu kembali,”jelas Susi Andriani.

Namun semua kurikulum yang ditetapkan diakui masih merupakan uji coba dan belum dapat disimpulkan kekurangan ataupun kelebihannya. “Karena masih angkatan pertama, bagaimana kualitasnya belum tahu karena baru pertama dicoba,” Aku Susi.

Chintya salah seorang mahasiswa jurusan bahasa mandarin mengungkapkan motifnya masuk UNJ. Walaupun awalnya ia telah diterima di salah satu perguruan tinggi negeri, namun Chintya justru memilih mengikuti test penmaba UNJ kembali untuk studi pendidikan bahasa mandarin. “Tadinya sudah diterima di UNS, tapi disana jurusan bahasa mandarin hanya samapi D3,” ungkapnya.

Ketika ditanya kesannya sebagai mahasiswa angkatan pertama dirinya tak ambil pusing.  “Cuman sepi aja sih kalo liat jurusan lain waktu MPA (Masa Pengenalan Akademik) kan rame tuh,” kata Chintya.