Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Didaktika (9/5) melanjutkan rangkaian kegiatan  pelatihan dasar jurnalistik di Gedung Sertifikasi Guru lantai sembilan. Kali ini, materi yang disampaikan terkait dengan perencanaan dan tindakan yang dilakukan jurnalis agar proses pembuatan berita sesuai dengan kaidah jurnalistik. Salah satu tahapan pembuatan berita itu dengan cara melakukan pengumpulan data serta pengumpulan materi.

Tahapan tersebut dinamakan teknik reportase. Teknik reportase merupakan proses kedua setelah perencanaan. Tahap perencanaan terdiri dari news planning, pengumpulan angle, identifikasi sumber-sumber kunci, data-data wawancara serta menyusun outline. “Semua hal yang dilakukan dalam pembentukan berita tidak lepas dari perencanaan,” ujar Muhammad Irham.

Pria yang menjabat sebagai sekretaris Aliansi Jurnalistik Independen itu menambahkan bila bagian paling penting dalam perencanaan ialah penentuan angle. Angle diartikan sebagai sudut pandang jurnalis dalam memandang sebuah peristiwa. Penentuan angle yang unik dan berbeda dibutuhkan untuk bisa menangkal berita bohong yang sedang marak saat ini. Hal itu perlu agar pembaca tertarik dan berkeinginan membaca berita. “Nilai berita itu penting, tapi bagaimana membuat berita itu menjadi menarik,” tambah Irham.

Akan tetapi tanpa menguasai teknik reportase, isi berita tidak akan sesuai dengan tujuan penentuan angle. Untuk mengatasi masalah itu, Irham menjelaskan tentang cara menggunakan teknik reportase dalam proses peliputan berita. Pengamatan langsung, wawancara, pemilihan narasumber primer, narasumber sekunder serta riset data merupakan bagiannya. Semua tahapan tersebut untuk mencari informasi yang sesuai dengan angle berita.

Irham mencontohkan sebuah kasus dengan angle soal lingkungan. Ketika masyarakat melakukan demontrasi, ide dasar lingkungan tersebut dikaitkan. Jurnalis bisa turun ke lapangan dan mencari hal relavan yang bisa diangkat. Perhatikan mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan saat demontrasi tersebut. Seperti botol air berserakan atau rusaknya tumbuhan sekitar. “Hal itu berkaitan dengan angle yang kita buat, itu menjadi dasar observasi kita,” ungkap Irham.

Masih terkait teknik reportase, saat bertemu dengan narasumber untuk memperoleh informasi. Rasyid salah satu peserta diskusi mengatakan pemberi informasi seringkali memberikan keterangan tidak sesuai dengan kehendak jurnalis. Beberapa narasumber cenderung menutupi permasalahan. “Mereka, terkesan memberikan pernyataan mencari aman,” ungkap Rasyid salah satu anggota LPM Progress, Universitas Indraprasta PGRI.

Iklan

Irham menyarankan masalah tersebut dapat diatasi dengan memberikan data yang dikumpulkan. Riset data bisa diperoleh dari buku maupun hasil survei. Data berfungsi sebagai bahan bukti bila ada ketidaksesuaian dengan apa yang disampaikan narasumber. “Untuk mengonfirmasi dugaan atas kecurangan yang dilihat, ya dengan membawa data,” ungkap Irham.

Namun, Irham juga mendorong agar wartawan tetap menerapkan dasar-dasar jurnalistik dalam penulisan. Salah satunya tentang keberimbangan antara ke dua belah pihak dalam penulisan berita. Jurnalis harus dapat memberikan ruang berpendapat untuk pihak manapun.

Hendrik Yaputra