Insan Teater Jakarta mengadakan acara guna mengenang W.S. Rendra, dalam acara tersebut, Rawamangun Concept membawakan salah satu karya fenomenal milik almarhum.
Insan Teater Jakarta mengadakan acara Tribute to W.S. Rendra guna mengenang sosok seniman tersebut pada Jumat (5/11/2021) kemarin. Acara yang digelar sejak Minggu (1/11/2021) itu menyajikan berbagai pameran lukisan hingga pentas teater.
Acara Tribute to W.S Rendra sendiri akan digelar hingga Minggu (7/11/2021) sesuai dengan tanggal kelahiran W.S. Rendra. Namun pagelaran pameran lukisan akan terus dibuka hingga Selasa (9/11/2021).
Dalam acara yang bertempat di Balai Budaja Jakarta itu, Rawamangun Concept menyajikan karya fenomenal milik W.S. Rendra, yaitu Orang-Orang di Tikungan Jalan.
Karya yang ditulis oleh W.S. Rendra itu menceritakan tentang beragam permasalahan yang dialami para tokoh. Mereka semua bertemu di tikungan jalan. Karakter utama yang ditonjolkan disini adalah Botak si seniman jalanan, Djoko yang selalu tertarik akan orang baru, Sri yang merupakan seorang pelacur, serta orang-orang yang lalu lalang dengan masalah dan konflik hidupnya masing-masing.
Baca Juga: Festival Teater Kampus Jakarta, Teater Zat Tampilkan Drama Satire Politik
Mereka saling cerita tentang masalah dan konflik hidupnya, setiap pemeran memiliki ceritanya masing-masing dan mereka saling mendengar satu sama lain. Uniknya, satu persatu masalah mereka terselesaikan malam itu juga
“Di tikungan itu mereka berhak memilih jalan yang mana yang mereka putuskan, setiap karakter memiliki ending masing-masing sesuai tujuan dan perenungannya”, ujar Fajrin Yuristian selaku sutradara pementasan ini.
Fajrin juga mengungkapkan bahwa orang-orang di tikungan jalan ini semuanya tanpa status dan stereotip sosial, sama ketika mereka lahir. Mereka bercerita murni melalui naluri, jiwa, dan pikirannya.
“Maka dari itu ketika Sri yang merupakan seorang pelacur menceritakan hidup dan problematikanya. Dia disan berbicara sebagai seorang manusia, bukan seorang pelacur”, lanjutnya.
Dalam cerita ini, Sri digambarkan sebagai seorang pelacur yang rindu akan kasih sayang. Orang tuanya meninggal saat Revolusi Kemerdekaan. Dirinya sejak kecil sudah mengalami berbagai pengalaman pahit, dari mulai kematian sanak keluarganya hingga kekerasan seksual yang dialaminya.
Malam itu, dirinya dan Djoko sudah berjanji untuk bercinta. Namun, di malam yang panjang itu, Sri memutuskan untuk hidup berbahagia dan menikah dengan Tarjo, seorang penguasaha paruh baya yang sepenuhnya mencintainya.
Selain itu, berbagai konflik juga disajikan, seperti seorang pemabuk dan anaknya yang akhirnya membuat dirinya bunuh diri karena siksaan batin yang dialaminya, dua orang sejoli yang bertengkar perihal uang, dan Djoko sendiri yang tersiksa karena kedatangan kekasihnya yang dahulu. Namun, seluruh konflik tersebut terselesaikan malam itu juga.
Hal seperti inilah yang membuat Fajrin pun turut menyukai naskah ini, bagaimana penggambaran kehidupan kaum minor dan kelas bawah dapat diangkat dalam kesenian seorang W.S Rendra.
Sosoknya sendiri sangat inspiratif menurutnya, bagaimana Rendra dapat menyuarakan ketidakadilan lewat karya seninya. Rendra juga memiliki gairah kesenian yang tinggi, ini juga yang Fajrin ambil dari semangatnya untuk terus berkarya.
“Harapannya seni teater mampu memberi perenungan mendalam terhada masalah hidup kekinian, hingga mampu memberikan jalan terang dan kewarasan bagi para manusianya, sebab kesenian mampu memberikan kewarasan itu”, tegasnya.
Penulis : Izam Komaruzaman
Editor : Hastomo Dwi P.