Tengah hutan, di Lithuania tahun 1900, menjelang musim dingin. Terdapat rumah kecil tempat satu keluarga yang sedang menjamu tamu tak dikenal.
Setelah tamu yang nampak kaya itu tidur, Ivan, kepala keluarga di rumah itu pergi dengan sisa uangnya untuk mabuk dengan dalih menenangkan diri. Pria miskin itu nampak tidak berdaya memenuhi tuntutan anak dan istrinya.
Anna, anaknya, semakin menggila setelah meyakini bahwa ayahnya tidak bisa memenuhi tuntutannya, membunuh si tamu kaya. Anna pun mengambil inisiatif untuk membunuh si tamu dengan alasan yang dibuat-buat, “tamu itu adalah pencuri yang sembunyi di rumah kita,” ungkap Anna dalam dialognya.
Kisah itu merupakan penggalan adegan teater yang berjudul Lithuania. Diselenggarakan oleh Bengkel Sastra (Bengsas) di Aula Gedung S Universitas Negeri Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Dalam kondisi lampu dipadamkan, para penonton nampak tenang memperhatikan jalannya pentas tersebut. Apresiasi pun dicurahkan oleh penonton. Tisyan Fadel, salah satunya. Ia mengungkapkan, pentas itu, secara keseluruhan bagus. Mulai dari pembawaan hingga konsepnya menarik. “Pentas itu, utuh dalam setiap aspeknya, dan ceritanya pun dapat dinikmati oleh segala umur,” ucapnya setelah menonton acara tersebut.
Anisa Yuli Cahyani pun demikian. Ia mengungkapkan apresiasinya pada pentas tersebut. Menurutnya, mulai dari properti, suasana musim dingin, dan kedalaman emosi para tokohnya begitu terasa. Hanya saja, pada adegan pembunuhannya, menurut Anisa, kurang eksplisit. Seperti penayangan darahnya yang kurang begitu ditonjolkan. Namun, secara keseluruhan menarik. Jalan cerita dan klimaksnya memuaskan.
Natalia Anwar, salah satu pemeran dalam teater itu, bersyukur mendapatkan respon positif dari penonton. Padahal, menurutnya, itu bukan karakter yang betul ia inginkan pada awalnya. Karena, yang diperankan cukup sulit dilakoni, lantaran peran itu begitu bertolak belakang dengan kepribadiannya sesungguhnya.
Perannya sebagai Anna, tokoh remaja usia sekitar tujuh belas tahun, dalam cerita itu, mempunyai kepribadian layaknya “psikopat”. Di akhir cerita, ia menjadi pembunuh tamu tanpa merasa bersalah, yang ternyata adalah kakak kandungnya yang sudah lama pergi.
Anna, di dalam teater adalah hasil latihan intensif Natalia dalam kurun waktu dua bulan. Ketika latihan, ia mengaku harus bersikap kasar, jutek, ketus, dan tidak sabaran. Awalnya sulit, namun karena bimbingan dari rekan-rekanya, ia pun berhasil memahami kepribadian Anna.
Selain Natalia, Muhammad Hafizh, yang berperan sebagai Ivan, menceritakan karakter yang ia perankan. Ivan, seorang pria paruh baya yang frustasi karena ketidakmampuannya dalam memenuhi tuntutan anak dan istrinya.
Dalam beberapa adegan, Ivan adalah seorang pribadi yang inkonsisten. Hafiz menuturkan, dalam risetnya, memang orang Lithuania adalah orang yang cendrung punya sifat itu. Meski begitu, ia merasa menikmati perannya. “Peran terenak, itu,” kelakarnya.
Rasa puas pun, nampak pada raut Trisda Yulia Hilman, sutradara teater tersebut. Ia menuturkan, naskah dari teater ini adalah kisah menarik. Pertemuannya dengan naskah yang ia sutradarai ini merupakan hasil dari beberapa minggu yang ia habiskan untuk mencari referensi, namun tidak kunjung menemukan naskah yang ia sukai. “Saya mencari naskah berdasarkan yang saya sukai. Karena kalau suka, menjalaninya enak,” ujarnya.
Beberapa tempat pun ia kunjungi. Namun, di Taman Ismail Marzuki lah ia menemukan naskah yang menjadi cikal dari kisah teater tersebut. Awalnya, naskah dari D. Djajakususma, berjudul “orang asing” berlatar belakang Jawa, menarik perhatianya.
Setelah menelusuri lebih lanjut, ia menemukan bahwa naskah itu merupakan saduran dari naskahnya Rupert Brooke. Akhirnya, ia dan teman-teman Bengsasnya memutuskan memilih naskah orisinil dari Rupert Brooke karena setelah dipertimbangkan, ternyata lebih menarik.
Naik turun semangat selama menyutradarai teater tersebut pun sempat ia alami. Sutradara, menurutnya, adalah beban berat. Namun, dukungan dari teman-teman Bengkel sastra, membangkitkan semangatnya. “Sempat drop, tetap jalanin aja untungnya teman-teman terus mendukung,” ucapnya disusul senyum.
Penulis: M. Muhtar
Editor: Annisa Nurul H.S.