Kongres Sumpah Pemuda dapat bersatu karena memiliki tujuan sama, yaitu menolak kolonialisme dan imperialisme. Kini, apakah organisasi pemuda dan mahasiswa perlu merumuskan tujuan serupa?
Komite Aksi Nasional Pemuda dan Mahasiswa Indonesia mengadakan diskusi publik bertema Memaknai Sumpah Pemuda sebagai Momen Persatuan Gerakan. Sebelas organisasi pemuda dan mahasiswa hadir dalam diskusi tersebut, diantaranya Front Perjuangan Pemuda Indonesia dan Pembebasan. Diskusi dimulai pukul 14.00 WIB di kantor Lembaga Badan Hukum Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat.
Menurut Ilhamsyah, Ketua Umum Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia, sumpah pemuda perlu dipahami sebagai perubahan nyata kaum muda. Sebab, mereka membawa cita-cita kemerdekaan bangsa dan menolak kolonialisme.
Gerakan pemuda dan mahasiswa pertama, dapat ditarik pada Kongres Pemuda 1926. Kongres pada saat itu tidak dipandang berbahaya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sebab, Pemerintah Hindia Belanda sibuk menghentikan aksi pemogokan kaum buruh di berbagai daerah.
Kesibukan itu dimanfaatkan pemuda melakukan konsolidasi bersama kaum tani dan buruh. Tujuannya, menimbulkan kesadaran mengenai bahaya kolonialisme dan imperialisme.
Oleh karena itu, perjuangan pemuda tidak dapat dilepaskan dari gerakan buruh. Bahkan, ketika buruh dan pemuda bersatu, gerakan buruh bukan saja menuntut kenaikan upah dan kelayakan jam kerja. Melainkan keinginan mereka untuk merdeka dari penjajah. “Bukan hanya bersifat ekonomi, tetapi juga politis,’’ kata Ilhamsyah.
Menurut Ilhamsyah, saat ini pemuda Indonesia hanya mengenal Sumpah Pemuda saja. Sedangkan, tidak mengenal semangat persatuan dari peristiwa itu. ‘’Padahal, yang penting itu semangatnya,’’ kata Ilhamsyah.
Ilhamsyag juga mengatakan gerakan pemuda dan mahasiswa saat ini seakan tenggelam. Ilhamsyah menghubungkan semangat sumpah pemuda dan gerakan mahasiswa hari ini. Kongres Sumpah Pemuda 1928, dapat bersatu karena kesamaan tujuan, yaitu menolak kolonialisme dan imperialisme. Begitu pun era Reformasi, memiliki cita-cita yang sama yaitu menjatuhkan rezim Soeharto. Kini, gerakan pemuda dan mahasiswa, memiliki perbedaan pandangan dan tujuan.
Ilhamsyah menyayangkan keadaan itu. Padahal pemuda dan mahasiswa mampu menimbulkan kesadaran kaum buruh mengenai ketertindasan. Buruh tidak dapat melakukanya sendiri. Sebab, kesibukan di tempat kerja dan di rumah berbeda dengan pemuda dan mahasiswa. Mereka memiliki waktu luang untuk membaca keadaaan melalui buku yang dibaca.
Maka dari itu, Ilhamsyah menyerukan agar semua organisasi bersatu. Tiap organisasi perlu menghilangkan kepentingan mereka. Mereka perlu mendeklarasikan kembali perjuangan bangsa Indonesia, yaitu bebas dari kapitalisme dan menghilangkan penindasan. Keyakinan itu akan mampu mengokohkan aliansi.
Pernyataan serupa diutarakan oleh Askar, Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jakarta Selatan. Menurutnya, perjuangan pemuda dan mahasiswa tidak terlepas dari perjuangan kaum buruh dan tani.
Deklarasi Komite Aksi Nasional Pemuda dan Mahasiswa Indonesia
Seusai diskusi umum, sebelas organisasi gerakan pemuda dan mahasiswa menyatakan sikap mengenai keadaan Indonesia. Di antara organisasi yang menyatakan sikap ialah Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Jakarta dan PEMBEBASAN.
Wisnu Adhi, anggota FPPI Jakarta, menyambut baik pembentukan aliansi ini. Menurutnya, organisasi gerakan pemuda dan mahaiswa perlu bersatu untuk melawan imperialisme yang ada di Indonesia. “Kita perlu memperkuat solidaritas bersama untuk melawan musuh bersama,” Kata Wisnu.
Selain itu, ia juga mendorong adanya demokrasi kampus. Sebab, mahasiswa tidak lagi mendapatkan kebebasan berpendapat dan kritik. Bahkan, kampus tidak segan-segan mengeluarkan mahasiswa yang melakukan kritik terhadap kampus.
Wisnu juga menolak adanya biaya uang kuliah mahal. Menurutnya, pendidikan seharusnya menjadi hak masyarakat. Uang kuliah mahal menutup akses masyarakat miskin untuk menempuh pendidikan tinggi.
Senada dengan Wisnu, Syam anggota PEMBEBASAN, mengatakan perjuangan organisasi pemuda dan mahasiswa di dalam kampus ialah meraih demokrasi kampus. Mahasiswa perlu merebut kembali haknya untuk berpendapat dan berkumpul. “Tahap pertama, merebut ruang demokrasi,” kata Syam.//Hendrik Y.
Editor: M. Rizky S.