Mahasiswa baru kecewa ukuran almamater yang mereka dapatkan tidak sesuai ukuran. Pihak Bakhum akui sejak awal memang tidak melakukan pendataan.
Pendistribusian almamater kepada mahasiswa baru telah dilakukan sejak tanggal 12 September lalu oleh pihak Biro Akademik, Kemahasiswaan, dan Hubungan Masyarakat (Bakhum). Pendistribusian almamater tersebut menimbulkan kekisruhan, lantaran banyak mahasiswa tidak mendapatkan ukuran yang sesuai.
Keresahan terkait almamater ini menjadi perbincangan ramai para mahasiswa di media sosial, seperti di Twitter. Akun twitter @unjsecret menampilkan banyak tweet yang dikirim oleh mahasiswa terkait pendistribusian almamater, salah satunya balasan tweet yang diposting oleh @mnzilysr pada Jumat (15/09/2023), memuat caption “Permasalahan peralmetan ini memang sudah bertahun-tahun kayak gini terus. Tapi masih terjadi lagi dan lagi.”
Tim Didaktika melakukan survei kepada mahasiswa baru terkait kesesuain ukuran almamater yang diselenggarakan pada 21-25 September 2023. Dengan responden sebanyak 269 mahasiswa, terdapat 57,2 persen responden menyatakan tidak mendapatkan almamater yang sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Hanya 42,8 persen saja yang merasa sesuai.
Mayoritas responden berasal dari FBS sebanyak 50 persen, kemudian mahasiswa FE 41 persen dan mahasiswa FIS 6 persen. Dari 269 responden, sebanyak 154 responden mendapatkan almamater yang tidak sesuai ukuran.
Baca juga: Di Balik Perubahan Kebijakan Busana Wisuda
Salah satu responden, mahasiswa prodi Bisnis Digital, Jihan Alya Rahma mengaku kebingungan terkait pendistribusian almamater yang dilakukan pihak kampus. Baginya, pengisian formulir almamater seperti tidak ada gunanya, karena ukuran almamater yang diterimanya jauh lebih besar dari yang ia isi di formulir.
“Aku bingung aja, almet yang kita terima gak sesuai sama yang kita isi. Jadi pengisian formulir untuk apa,” tuturnya.
Selaras, mahasiswa prodi Pemasaran Digital, Miftahul Jannah juga mengalami hal yang serupa. Ia merasa kecewa dengan ukuran yang didapatnya, seharusnya pihak kampus memperbanyak ukuran-ukuran almamater yang lebih umum, tidak oversize.
“Semoga hal-hal kayak gini gak terulang lagi, pihak kampus juga harusnya memperbanyak ukuran-ukuran yang umum,” ungkap Miftah.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Advokasi BEM FE, Bachryan mengatakan terkait pembuatan almamater memang sudah dilakukan Bakhum sebelum mahasiswa baru masuk. Terkait pendistribusian almamater ke tiap-tiap fakultas juga sudah diatur oleh pihak Bakhum.
“Bakhum sudah stock almet sebelum mahasiswa masuk, dan sudah diploting terkait pembagiannya,” tutur Bachryan.
Bachryan juga mengungkapkan kalau pendataan ukuran almamater lewat formulir yang dilakukan BEM bertujuan agar almamater yang dibagikan ke tiap-tiap prodi bisa merata. Pihak BEM juga sudah melakukan perhitungan untuk pendistribusian almamater.
Hal tersebut turut dibenarkan oleh Ketua Advokasi BEM FBS, Fara Vahira. Peran BEM hanya sebatas distributor, sementara pembagian ukuran sudah diatur oleh BAKHUM.
“Untuk keluhan Maba yang meminta untuk dilaporkan ke BAKHUM, kami sudah memberitahukannya pada Bakhum, dan akan dijadikan pembelajaran oleh Bakhum,” ucap Fara.
Sementara itu, Koordinator Administrasi, Akademik dan Hubungan Masyarakat, Bagus Muda Irawan mengaku kalau Bakhum tidak pernah melakukan pendataan perihal ukuran almamater. Biasanya pihak Bakhum berkaca dari tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, ia mengungkapkan kalau Bakhum tidak pernah menerima data ukuran almamater mahasiswa dari pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
“Jadi kita pakai perkiraan aja, ukuran S berapa dan M berapa. Prinsip kita lebih baik kebesaran daripada kekecilan,” ucap Bagus.
Bagus juga mengklaim tidak pernah ada koordinasi antara Bakhum dan BEM terkait pendataan ukuran almamater mahasiswa. Katanya, jika Bakhum tahu perihal pendataan tersebut, mungkin pembuatan almamater bisa lebih disesuaikan.
“Bisa lebih disesuaikan dan mungkin memang akan ada yang tidak sesuai, tapi tidak akan separah yang sekarang,” pungkasnya.
Melihat permasalahan almamater dari tahun-tahun sebelumnya, Jihan mengatakan Bakhum seharusnya bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan yang meresahkan sejumlah mahasiswa. Ia juga berharap, setidaknya pihak kampus mau mendengar kritik dan saran yang disuarakan oleh mahasiswa.
“Semoga pihak kampus bisa berkaca dari pembuatan almamater tahun ini, dan kedepannya bisa lebih baik,” pungkas Jihan.
Reporter/ Penulis: Anna Abellina
Editor: Izam