Memenuhi semangat muda dengan menjadi relawan, Dedi (17) bergerak bersama komunitas ambulans menolong korban kecelakaan dan mengawal ambulans menerobos kemacetan.

Dering aplikasi penerima pesan berbunyi di gawainya. Dedi bergegas mempersiapkan P3K kecilnya, sebab pesan di gawainya menunjukkan foto korban kecelakaan di pinggiran Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur. Bersama seorang kawannya, Dedi beranjak dari Rumah Sakit Umum Persahabatan (RSUP).

Tak butuh waktu lama, Dedi sampai di tengah-tengah pelaku dan korban kecelakaan. Berbekal ilmu selama menjadi seorang relawan ambulans, luka-luka korban mulai diobati. Di tengah proses pengobatan, Dedi mempertanyakan kronologi kecelakaan kepada dua belah pihak.

“Kenapa kecelakaannya bisa terjadi? Siapa menabrak siapa?” tanya Dedi kepada dua pria di hadapannya.

Kedua jawaban dari pelaku dan korban disimaknya dengan baik. Tanpa nada menghakimi, Dedi berusaha menenangkan korban dan memberikan pemahaman kepada pelaku. Beruntung, perselisihan di pinggir jalan bisa reda. Usai memberikan pertolongan pertama, Dedi menanyakan ke mana korban ingin dibawa.

“Tolong antarkan saya menuju apotik di dekat rumah saya saja, bang. Setelah dari apotik, kita ke rumah untuk menyepakati penyelesaian kecelakaan malam hari ini,” ujar korban yang malam itu mengendarai CBR150R.

Iklan

Dedi dan pelaku kecelakaan sepakat untuk mengantar sampai kediamannya malam itu. Tiga motor bergerak perlahan menuju apotik di daerah Jakarta Utara. Satu motor mengangkut korban, satu motor lainnya mendorong CBR karena kerusakannya cukup parah.

Baca Juga: Nasib Pendidikan Pencari Suaka Tidak Jelas, Anak-Anak Khawatirkan Masa Depan

Kisah di atas adalah satu dari sekian kerja-kerja sosial Dedi. Selain sibuk bekerja sebagai pengendara ojek online, Dedi juga aktif di dunia kerelawanan. Rescue Ambulance Nusantara (RAN) adalah komunitas relawan pertamanya saat masih mengenyam Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Di tengah kehidupan sekolahnya, Dedi merasa dia harus melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Relawan ambulans lebih menarik baginya, ketimbang akhirnya Dedi dan kawan-kawannya melampiaskan semangat mudanya ke hal-hal tidak bermanfaat.

“Saya punya jiwa sosial dan jiwa kemanusiaan. Selain itu, saya ingin melihat temen-temen ngebantu orang lain. Daripada saya dan teman-teman main yang ngga bener,” kenangnya.

RAN bukanlah komunitasnya sampai hari ini, Dedi mengaku telah berpindah-pindah dari satu komunitas ke komunitas lainnya. “Dulu tergabung dalam Rescue Ambulance Nusantara (RAN). Setelah keluar saya tergabung di Relawan Ambulans Black Angle (RABA), kemudian di Relawan Ambulans Cipinang Muara (RACM). Saat ini saya single fighter, mengurus mobil (ambulans) saya sendiri,” kisah Dedi saat diwawancara Didaktika di depan RSUP Persahabatan.

Relawan ambulans di atas digerakkan oleh kepekaan sosialnya membantu orang lain. Dedi tidak pernah mengharapkan imbalan dari kerja-kerja sosialnya. Sesekali pasti ada yang merasa terbantu dengan kehadiran kami, tapi tidak ada pungutan apapun di komunitas relawan.

“Semua relawan pasti tergantung pada diri sendiri, karena kita pun ngga ada menerima uang. Paling hanya bantuan bantuan kecil dari korban yang terbantu,” Jelas Dedi.

Saat ini, Dedi mengelola ambulans miliknya sendiri. Ambulan tersebut merupakan hasil kerjanya selama menjadi petugas Tempat Pemakaman Umum (TPU). Tahun 2020 lalu, Dedi mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari perkerjaannya di TPU. Sampai akhirnya dia dapat mengajukan kredit mobil dan memodifikasinya menjadi ambulans.

Dedi menggunakan ambulans itu untuk mengantarkan korban kecelakaan ke rumah sakit atau mengantar jenazah ke rumah duka. Tak tanggung-tanggung, Dedi pernah mengantarkan seorang jenazah ke Surakarta. Dengan modal uang pas-pasan yang dimilikinya saat itu, Dedi memberanikan diri untuk mengantar jenazah ke Jawa Tengah.

Iklan

Berbagai komunitas relawan yang pernah diikutinya membuat Dedi dibantu oleh komunitas relawan ambulans yang berada di Karanganyar. Melalui grup Whatsapp, Dedi mencari-cari relawan di Surakarta untuk mengawal ambulans sampai di rumah duka.

“Terakhir saya ke Karanganyar, sebelum berangkat koordinasi dulu sama anak sana. Saya chat, ‘Bang izin, ada ngga relawan Karanganyar?’ di grup relawan ambulans,” ujarnya bersemangat di pelataran RSUP.

Setelah menanyakan informasi seperti itu, Dedi akan ditanyai tentang keperluannya berangkat ke Karanganyar. Tuntas membicarakan keperluannya dan informasi tentang jenazah, Dedi hanya perlu meluncur menuju kota tujuannya. Sesaat setelah keluar pintu tol, relawan akan mengawalnya menuju kediaman korban.

“Begitu keluar tol pasti ada anak relawannya, nanti setelah keluar tol langsung diarahkan ke rumah duka,” terang Dedi mengisahkan pengalamannya.

Sigap Tanggap di Lokasi Kecelakaan

Walaupun bergerak sebagai seorang single fighter, Dedi beberapa kali ditemani oleh kawannya yang tergabung di komunitas lain. Biasanya Dedi bersama kawannya bergerak menuju lokasi kecelakaan bila dia menerima laporan di grup Whatsapp.

Keberadaan grup tersebut sangat penting untuk Dedi dan komunitas relawan lainnya. Pasalnya penyebaran informasi lebih cepat didapatkan melalui grup tersebut. Di dalamnya terdapat pihak Satlantas dan masyarakat sipil yang tergabung dalam berbagai macam komunitas. Umumnya komunitas sipil tersebut diisi oleh pekerja ojek online.

Dedi langsung meluncur menuju TKP kecelakaan bila dekat dengan lokasinya. Setelah sampai di TKP, Dedi akan menanyakan kondisi korban sembari memberikan pertolongan pertama. Namun pertolongan pertama saja tidak cukup, relawan juga harus memperhitungkan seberapa parah luka korban. Hal itu penting dilakukan untuk beralih ke fase selanjutnya. Perlu dilarikan ke rumah sakit atau tempat tinggal korban kecelakaan.

Resiko fraktur tertutup dan terbuka bisa saja menimpa korban. Fraktur tertutup adalah patah tulang yang tidak merobek kulit. Sebaliknya fraktur terbuka adalah kondisi patah tulang yang keluar dan merobek kulit. Bila fraktur tertutup atau terbuka dialami oleh korban, Dedi harus melarikan korban menuju rumah sakit terdekat karena keterbatasan alat.

Sebelum membawa korban ke rumah sakit, Dedi harus mendapatkan persetujuan dari korban dan pelaku kecelakaan. Seringkali Dedi juga berperan sebagai penengah saat terjadi perselisihan. Perselisihan tersebut bisa berujung pada dua hal, bila pelaku dapat menanggung biaya kerusakan dan luka, maka korban akan dilarikan ke rumah sakit dan ditanggung biayanya oleh pelaku. Namun bila pelaku tidak dapat menanggung beban biayanya, Dedi akan membantunya untuk mendapatkan bantuan dari instansi terkait.

“Kalau orang yang kecelakaan itu tidak mampu, kita bantu untuk menggunakan Jasa Raharja. Syaratnya SIM, STNK, foto luka, dan foto lokasi kejadian,” ujar Dedi sembari menghisap rokok kreteknya.

Dedi tidak pernah mengharapkan imbalan dari dunia kerelawanan. Karena dia yakin bahwa pertolongannya tidak akan sia-sia, kelak bisa jadi dia dibantu oleh masyarakat dan orang-orang yang ditolongnya. Bahkan kalaupun Dedi tidak dibantu oleh siapapun, harapannya hanyalah mendapatkan pahala. “Walaupun tidak dibayar yang penting kita dapet pahala,”

Penulis: Ragil Firdaus

Editor: Mukhtar Abdullah