Kafe-kafe penuh
setiap detiknya
riuh, menyandarkan keluh
diterangi temaram malam.

Lampu-lampu kafe itu
menggantikan cahaya bulan, kini
jatuh disetiap lembaran,
kerut dan kusutnya wajah,
gawai membuat lelah.

Meja dan bangku
adalah saksi bisu yang terpilih, bertaruh
jawara kebisingan manusia
sulit untuk dihentikan.

Senyum mereka
menyimpan kehangatan cerita duka
cukup pada secangkir kopi, hanya
sisanya, larut dalam setiap tegukan.

Lusuh dan tak menentu
menjadi pakaian yang tak terganti
datang dan pergi,
dentuman demi dentuman,
kehidupan tak terberi.

Pulangnya, menyisakan
sedikit kesepian tanpa usai
kesanggupan hanya sebatas kecupan
dari kelapangan, luas dan dalamnya hati.

Iklan

O, menderitalah!
begitu sungguh hidup menyatakan.
Sebagian beruntung, menyadarinya
perihal waktu atau momen
di kafe yang terus hidup.

Oleh Wishnu D. Anggoro- Kelompok Mahasiswa Pecinta Demokrasi (KMPD)