Tahun 2018 Universitas Negeri Jakarta (UNJ) membuka dua program studi (prodi) baru, yaitu S1 Ilmu Komunikasi (Ilkom) dan S1 Rekayasa Keselamatan Kebakaran (RKK). Jalur masuk kedua prodi tersebut dapat melalui SNMPTN, SBMPTN, dan Seleksi Mandiri. Surat Keputusan (SK) pendirian kedua prodi tersebut sudah dikeluarkan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) sejak 2017.
Pembukaan prodi baru ini melalui beberapa prosedur, yaitu:
- Pemimpin Perguruan Tinggi (PT) meminta rekomendasi dari Lembaga Layanan Perguruan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PT yang akan menambah prodi apabila L2 dikti telah ada
- Pemimpin PT membuat dokumen sesuai persyaratan dan dikirim secara daring ke Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
- Ditjen menugaskan tim evaluator untuk melakukan evaluasi dan verifikasi dokumen
- Dirjen dengan mempertimbangkan rekomendasi tim evaluator, mengajukan penerbitan izin pembukaan program studi kepada menteri, dilampiri dengan surat keputusan akreditasi minimum dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) atau Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM)
- Menteri menetapkan izin program studi pada Perguruan Tinggi Negri (PTN) bersangkutan yang akan diberitahukan kepada pengusul secara daring.
Mahasiswa di fakultas masing-masing sudah mengetahui pembukaan kedua prodi baru tersebut. Beberapa mahasiswa yang diwawancarai oleh Didaktika beranggapan bahwa UNJ memang membutuhkan pembukaan kedua prodi ini.
Menurut Fikri Azhar, mahasiswa Prodi Teknik Mesin 2015, prodi RKK perlu dibuat karena ilmu yang dipelajari di prodi tersebut sangat berguna untuk dunia industri dan kehidupan sehari-hari.
“Mungkin menurut saya karena prodi ini kan masih jarang ya. Walau masih jarang, tapi ilmu yang dipelajari di prodi ini sangat berguna di dunia industri atau sehari-hari,” ujar Fikri Azhar, Mahasiswa Prodi Teknik Mesin 2015.
Sementara menurut Nanda, mahasiswi Prodi Hubungan Masyarakat (Humas) 2015, pembuatan prodi Ilmu Komunikasi sangat dibutuhkan untuk perluasan prodi di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan untuk program ekstensi Prodi Humas yang ingin lanjut S1 tetap di UNJ mengingat Humas termasuk cabang ilmu dari Ilmu Komunikasi.
Prodi Rekayasa Keselamatan Kebakaran
Fakultas Teknik (FT) UNJ sudah merintis pembuatan prodi ini sejak 2011. Mulanya FT membuat Nota Kesepahaman dengan pihak Pemadam Kebakaran Daerah Khusus Ibu Kota (Damkar DKI) pada 2010. Kemudian lahirlah konsentrasi teknik keselamatan dan proteksi kebakaran (fire protection and safety engineering) di Prodi Teknik Mesin. Konsentrasi tersebut yang menjadi cikal bakal Prodi Rekayasa Keselamatan Kebakaran (RKK). Di Indonesia, prodi tersebut terbilang baru karena belum ada lulusan RKK di Indonesia. UNJ menjadi universitas pertama yang mendirikan prodi ini.
Catur Setiawan selaku Dosen Prodi RKK mengatakan bahwa pembuatan prodi baru ini memakan waktu yang cukup lama karena nama dari prodi tersebut belum ada di situs daring Menristekdikti. Pihak UNJ harus mengajukan nama prodi terlebih dahulu kepada pihak Menristekdikti. Pengajuan pembuatan prodi ini juga sempat terhambat oleh moratorium pembukaan prodi oleh Menristekdikti pada 2014 yang kemudian dibuka kembali pada 2015. Dikti mengeluarkan Surat Keputusan (SK) pembukaan Prodi RKK pada 2017.
Di beberapa kampus, terdapat juga prodi yang mirip dengan RKK, yaitu Jurusan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Perbedaannya, jika K3 merupakan rumpun ilmu yang membahas tentang keselamatan kerja, sedangkan RKK lebih spesifik membahas tentang keselamatan kebakaran. Selain itu, RKK juga memberikan penyuluhan tentang keselamatan pertama pada kebakaran. Dengan kegiatan tersebut diharapkan pula RKK dapat dikenal di lingkungan masyarakat.
Prodi tersebut sudah memenuhi kelengkapan syarat pembentukan prodi baru yang sudah ditetapkan dari Menristekdikti. RKK memiliki enam dosen yang berasal dari lintas prodi, misalnya Kimia, Material Bangunan, Teknik Sipil, Manajemen, dan lain-lain mengingat belum adanya lulusan khusus rekayasa keselamatan kebakaran di Indonesia. Prodi RKK sudah memiliki laboratorium fire di UNJ. Kelas yang akan dipakai oleh prodi baru ini adalah ruang-ruang kelas yang berada di FT dan ruang kelas bersama seperti GDS dan GRK.
Karena baru menginjak tahun pertama pembukaan prodi, RKK hanya akan menerima mahasiswa sekitar 30-40 orang yang akan ditampung dalam satu kelas. Gelar yang akan diperoleh oleh lulusan RKK adalah ST karena prodi ini adalah prodi S1 ilmu murni.
Prodi Ilmu Komunikasi
FIS UNJ sudah mewacanakan pendirian Prodi Ilmu Komunikasi (Ilkom) pada 2015. Tahun 2016 tim pembuatan prodi bekerja sama dengan pihak fakultas mengusulkan pembuatan Prodi tersebut. Pada 2017 Menristekdikti mengeluarkan SK nomor 355/KPT/1/2017 tentang izin pembukaan Prodi Ilkom di UNJ.
“Tahun 2016 saat kita mengusulkan prodi baru, Dikti juga menerima 1.322 usulan prodi baru, yang disetujui hanya 176, termasuk kita,” ujar Muhammad Zid, Dekan FIS UNJ.
Menurut keterangan Muhammad Zid, alasan Prodi Ilkom dibuka karena tuntutan pasar yang masih memberikan peluang besar kepada lulusan Ilkom. Selain merespon kebutuhan pasar, pembukaan prodi ini juga merupakan kebutuhan UNJ untuk berkembang. “Masa kita kalah dengan perguruan tinggi swasta yang sudah membuka prodi Ilkom,” ujar Muhammad Zid.
Sebelum prodi tersebut dibuka, UNJ memiliki Prodi Humas yang merupakan salah satu cabang dari Ilmu Komunikasi. Ada perbedaan antara prodi Ilkom dan Humas, yaitu Prodi Humas mencetak tenaga kehumasan karena latar belakang prodi ini adalah D3, sementara Ilkom mencetak saintis di bidang komunikasi.
Alat kelengkapan penunjang kuliah prodi baru ini sudah disiapkan, seperti dosen, kurikulum, ruang kuliah, dan ruang baca yang masih berbagi dengan prodi D3 humas. Hal-hal tersebut sudah memenuhi persyaratan pembentukan prodi baru. Fakultas hanya tinggal menyiapkan kesekretariatan prodi dan struktur organisasi prodi.
Penulis: Jihan Dzahabiyyah
Editor: Yulia Adiningsih