Pemuda mempelajari nilai perdamaian agama Kristen langsung di Gereja Sion bersama GPFI. Mereka diberi tempat untuk berdialog dengan Pendeta.

Sejak Agustus lalu, Global Peace Foundation Indonesia (GPFI) menyelenggarakan kegiatan Peace Project, yaitu kunjungan ke tempat-tempat ibadah. Tujuannya untuk mengenal berbagai nilai perdamaian dari agama Hindu, Buddha, Katolik, Konghucu, Islam, dan Kristen.

Kali ini, Gereja Sion menjadi tempat ibadah yang tepat untuk dikunjungi (4/3). Sebab, merupakan salah satu gereja tertua di Indonesia bagi umat Kristen di kawasan Jakarta Barat yang memiliki nilai historis.

Manager Program and Communication GPFI, Muhammad Mahmudi, yang akrab disapa Mudi mengatakan awalnya tahun 2016 kegiatan hanya berupa membersihkan satu tempat ibadah dengan mengumpulkan teman-teman lintas agama. Seiring berjalannya waktu, dibuatlah Peace Project. Sekarang terdapat dialog lintas agama, berkeliling tempat ibadah, juga kegiatan tambahan yang menyesuaikan tempatnya.

Mudi menambahkan, tujuan yang ingin dicapai tentunya supaya seluruh peserta yang mayoritas pemuda tidak mempunyai prasangka buruk terhadap sebuah agama tertentu. Harapan kedepannya semua anak muda memiliki anggapan bahwa semua agama mengajarkan perdamaian dan kebaikan.

“Hari ini kita berkesempatan untuk bertanya lebih kepada Pendeta Ellen, bagaimana agama Kristen mengajarkan perdamaian,” jelas Mudi.

Iklan

Selaku perwakilan Gereja Sion, Pendeta Ellen mengatakan bahwa pertemuan pemuda lintas agama seperti ini dapat mengantisipasi sikap intoleran. Sesuatu yang baik ketika anak muda dapat mencegah perpecahan untuk membangun ketahanan bangsa. Karena bagi Pendeta Ellen, bangsa yang baik tentu akan melahirkan pemikir-pemikir yang selalu termotivasi untuk menyebarkan misi perdamaian.

“Dengan cara-cara begini mungkin bisa membantu kami untuk mensosialisasikan secara nyata pemahaman-pemahaman yang keliru itu harus berubah,” tegas Pendeta Ellen.

Bahkan, Pendeta Ellen menjelaskan bahwa dalam Kristen pun nilai toleransi dapat diterapkan melalui kegiatan gereja pada saat hari-hari besar keagamaan. Mereka terkadang berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan atau jemaat gereja yang menjalin pertemanan dengan berbagai organisasi di luar gereja.

Selain itu, peserta berkeliling gereja bersama pendeta dan pengurus yang memberikan penjelasan mengenai sejarah dan apa saja yang berada di dalam Gereja Sion. Kemudian, kegiatan ditutup dengan membersihkan gereja yang dilakukan secara gotong-royong.

Sebagai peserta yang mengikuti kegiatan Peace Project, Rafli berbagi pengalamannya ketika bertemu dan berdiskusi dengan teman-teman lintas agama. Ia menyampaikan pemahaman tentang toleransi dan perdamaian dari setiap agama membuatnya semakin sadar jika ia hidup saling berdampingan dalam perbedaan.

“Penting untuk generasi anak muda sekarang belajar toleransi”, ucap Rafli.

Senada dengan Rafli, Anin yang sudah mengikuti kegiatan ini sejak bulan Agustus membagikan pengalamannya yang berawal dari iseng menjadi sesuatu yang bermanfaat. Ia merasakan manfaatnya setelah bertemu teman-teman lintas agama, terutama untuk pemuda dalam meningkatkan toleransi juga menghapus prasangka buruk terhadap agama lain dan menjadi tahu dari sumbernya tentang agama yang tempat ibadahnya tengah dikunjungi.

 

“Jadi, kita tidak menebak-nebak atau hanya membaca dari internet tapi langsung mendengar dari ahlinya (tokoh agama),” tutup Anin sambil tersenyum.

Iklan

 

Penulis: Fathin Riza

Editor: Ihsan Dwirahman