90% mahasiswa UNJ masih menganggap pemilihan rektor penting, meski nyatanya hanya 50,74% saja yang merasakan dampaknya.

UNJ akan melaksanakan pemilihan rektor pada Senin (17/7) mendatang. Terdapat tiga calon rektor terpilih untuk maju dalam pemilihan tahun ini. Ketiga calon tersebut merupakan Prof. Dr. Komarudin, M.Si., Prof. Dr. Ucu Cahyana, M.Si, serta  Dr. Muhammad Yusro, M.Pd., MT., Ph.D.

Tim Didaktika melaksanakan survei kepada 270 mahasiswa UNJ untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap pemilihan rektor.

Survei dilaksanakan pada 13 Juni – 1 Juli 2023 itu menunjukan sebanyak 79,63% responden mengetahui informasi tentang pemilihan rektor. Sementara, 20,37% sisanya mengaku tidak tahu tentang pemilihan rektor.

Iklan

Salah seorang responden dari Prodi Pendidikan Biologi, Rahmadiva Pradesti mengaku ia mengetahui informasi tentang pemilihan rektor hanya lewat publikasi sosial media saja. Meski begitu, Diva tidak berniat mencari tahu lebih dalam, sebab tidak banyak pihak yang membicarakan pemilihan rektor baik dari mahasiswa maupun para dosen.

“Mungkin karena tidak disebarluaskan dengan baik jadi banyak yang tidak tahu atau sekedar tahu saja,” terang Diva.

Selain informasi yang tidak disebarluaskan dengan baik, Diva juga merasa minimnya pengetahuan mahasiswa terhadap pemilihan rektor bisa disebabkan oleh tidak adanya keterlibatan mahasiswa. Menurut Diva partisipasi aktif mahasiswa penting agar mereka bisa ikut mengetahui dan mengawal rangkaian kegiatan empat tahunan tersebut.

“Mahasiswa juga bagian dari kampus, turut merasakan dampak kebijakan rektor. Harusnya bisa dilibatkan secara aktif, didengar aspirasinya sehingga ketika calon rektor membuat program kerja bisa menyesuaikan kebutuhan mahasiswa,” ujar Diva.

Baca juga: Menaja Jalan UNJ menuju Ekosistem Digital ala Muhammad Yusro 

Dalam survei yang sama, Tim Didaktika juga menemukan sebanyak 80,74% mahasiswa masih peduli dengan pemilihan rektor. Sementara hanya 19,26% saja yang menyatakan tidak peduli.

Salah satu mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi, Farhan Ananda Pratama menyatakan peduli terhadap pemilihan rektor sebab keberadaan rektor merupakan hal yang penting di universitas. Baginya pemilihan dapat memberikan pembaharuan untuk masa depan UNJ. 

Lain halnya dengan Farhan, Mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Elektro Wahyu Ilham Baihaqi mengaku tidak peduli dengan pemilihan rektor. Menurutnya pemilihan rektor tidak memberikan dampak langsung yang bisa ia rasakan.

“Saya memilih untuk tidak peduli karena sejauh ini SK yang dikeluarkan oleh rektor hanya perihal keringanan UKT saja. Sementara saya sendiri mahasiswa bidikmisi, jadi mahasiswa lain mungkin yang merasakan,” tuturnya.

Iklan

Banyaknya mahasiswa yang peduli dengan pemilihan rektor juga selaras dengan urgensi pemilihan rektor. Sebanyak 90% mahasiswa masih menganggap bahwa pemilihan rektor penting, hanya 10% yang menganggap tidak penting.

Mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi, Atika Prabandari mengatakan pemilihan rektor masih penting karena setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh rektor akan memengaruhi kehidupan perkuliahan. Selain itu, ia juga menilai setelah pemilihan rektor usai, jajaran staf akan turut berubah yang nantinya akan berdampak pada kegiatan administrasi mahasiswa.

Kendati demikian, meskipun 90% mahasiswa menganggap penting pemilihan rektor. Nyatanya hanya 50,74% saja mahasiswa yang merasakan perubahan dalam kehidupan kampus, sedangkan 49,26% lainnya tidak merasakan.

Mahasiswa Prodi Statistika, Bambang Rizky Ibrahim justru merasa perubahan buruk dalam kehidupan kampus. Ketua BEM Prodi Statistika itu mengeluhkan perihal pemotongan dana organisasi. Baginya, kebijakan pendanaan opmawa yang bermasalah menghambat kegiatan organisasinya.

“Kalau dari sisi organisasi mahasiswa, dampak yang dirasakan buruk, contohnya saja masalah dana pengkaderan organisasi malah ditiadakan. Selain itu, sistem pendanaan dengan mekanisme 0:100, hal tersebut sangat memberatkan mahasiswa.” jelas Rizky.

Menurut Rizky, pendanaan yang memakai mekanisme 0:100 membuat anggota opmawa seolah-olah melakukan kerja rodi. Sebab, mereka terpaksa mencari dana untuk kegiatan karena dari universitas sendiri tidak memberikan dana sama sekali, padahal kegiatan tersebut juga merupakan tekanan dari universitas untuk menambah poin dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) universitas. 

Lebih lanjut, Rizky berharap para calon rektor boleh saja berambisi menuju World Class University. Akan tetapi, mereka tidak boleh melupakan kesejahteraan mahasiswa, terutamanya perihal UKT.

Sejalan dengan Rizky, Ketua BEM Fakultas Ilmu Sosial, Luthfi Ridzki Fakhrian juga mengaku banyak hal yang perlu diperbaiki dalam tata kelola kampus. Luthfi mencontohkan masih sering terjadi pungutan liar ketika mahasiswa melakukan peminjaman sarana dan prasarana dengan iming-iming uang kebersihan. Selain itu, ia juga menyinggung bahwa sistem pemilihan rektor perlu diperbaiki agar dampak yang diberikan bisa dirasakan oleh seluruh mahasiswa.

“Partisipasi mahasiswa perlu ditingkatkan karena masih banyak kebijakan kampus yang tidak dirasakan mayoritas (mahasiswa), sebab kebijakan tersebut berpusat pada keputusan pihak tertentu saja,” pungkas Luthfi.

 

Penulis/ Reporter: Zahra dan Devita

Editor: Izam Komaruzaman