Pemadaman listrik yang kerap terjadi pada 2017 lalu, mengganggu proses belajar mengajar mahasiswa.

Keluhan datang dari mahasiswa yang merasa terganggu jam belajarnya akibat padam listrik. Hal ini diungkap oleh Amalia, mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni. Sewaktu ia hendak presentasi materi pelajaran menggunakan media proyekror, tiba-tiba listrik padam. Ia melanjutkan presentasi materi pelajaran tanpa proyektor. “Lumayan menggangu, apalagi sempat terhenti,” ujarnya.

Seperti halnya dengan Amalia, Rahmad Sudaryanto, mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Elektro 2016, juga menuturkan pengalamannya tentang padam listrik. Ketika sedang melakukan proses belajar, terpaksa mata kuliah harus diberhentikan oleh dosen, karena tak ada cahaya yang memadai untuk melanjutkan proses belajar mengajar. Sebab jendela kelas di gedung Teknik Elektro ditutup oleh cat. “Teman yang lain sampai menggunakan flash handphone untuk menerangi papan tulis,” tuturnya.

Masih dengan permasalahan kelistrikan, pada 13 Juli 2017 lalu, sempat terjadi ledakan akibat konsleting listrik yang berpusat di tiang listrik depan gedung Fakultas Ilmu Sosial (FIS). “Sempat membuat panik mahasiswa yang ada di situ (sekitar gedung FIS),” ungkap Liman, mahasiswa FIS yang berada di sekitar tiang listrik. Belum berangsur padam, konsleting listrik pun menyambar ke tiang listrik di sekitar area FIS, lalu sempat meledak juga di area gedung Pascasarjana. Ini membuat suplai listrik di sekitar gedung tersebut terhenti sementara.

Namun, tidak langsung ada teknisi yang memperbaiki konsleting tersebut, hingga menjadi tontonan civitas Universitas Negeri Jakarta. “Memang untuk memperbaiki masalah itu harus dengan orang PLN (Perusahaan Listrik Negara –red) langsung,” ujar Irzan Zakir, dosen Prodi Teknik Elektro.

Setidaknya, lanjut Irzan, harus dilakukan pengecekan rutin maupun berkala untuk mencegah terjadinya masalah seperti ini kembali, “Kalo udah ada masalah aja baru di benerin,” ujarnya.

Irzan juga menjelaskan sebab timbulnya ledakan, ia menjelaskan faktor yang menyebabkan konsleting listrik, yaitu akibat beban listrik yang berlebih. Lalu percikan listrik menyambar ranting pohon dan menimbulkan api. Beban listrik yang berlebih itu, menyebabkan tiang listrik di sekitar area FIS maupun di depan gedung Pascasarjana ikut terkena dampak ledakan.

Iklan

Pada dasarnya pemadaman listrik bisa digantikan dengan suplai sementara dari genset. Irzan mengeluhkan, sayangnya genset yang ada belum dapat menjangkau tiap prodi. Seperti di Fakultas Teknik, genset hanya dapat menyuplai ruang kerja dekan Fakultas Teknik, sedangkan gedung-gedung prodi tidak terjangkau. “Apalagi genset yang ada masih menggunakan sistem manual, perlu waktu untuk mulai menyuplai, tidak otomatis mengalir pas listrik padam,” paparnya.

Ia juga berharap agar genset bisa hadir menyeluruh ke setiap gedung prodi, “biar proses belajar aman saat mati listrik,” tuturnya.

Dalam pertemuan dengan Komarudin, Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, ia menyampaikan bahwa setiap fakultas sudah ada anggaran sendiri untuk memenuhi fasilitas, termasuk genset. Selain itu, ia juga sudah membagi teknisi ke tiap-tiap fakultas untuk mengontrol kelistrikan. “Untuk teknisi atau operator sudah dibagi tiap-tiap fakultas, jadi tidak ada perbedaan,” ujarnya.

 

Penulis: Ilham Abdullah

Editor: Hendrik Yaputra