Semrawutnya parkiran mobil di bahu jalan lingkar Kampus A UNJ membuat pejalan kaki merasa tidak nyaman. Mahasiswa berharap agar pengaturan lahan parkir diperhatikan.
Berdasarkan UU Nomor 22/2009 Pasal 131, tertulis mengenai aturan hak yang diperoleh oleh pejalan kaki. Dimana salah satunya adalah ketersediaan trotoar yang cukup bagi pejalan kaki.
Namun, dalam prakteknya UNJ tidak memenuhi hak-hak pejalan kaki sebagaimana yang tertulis dalam undang-undang tersebut. Penggunaan bahu jalan untuk parkir kendaraan roda empat di sepanjang Jalan Prof. Dr. Conny R. Semiawan (Kampus A UNJ) mengganggu aktivitas mahasiswa. Selain di area tersebut, parkiran di sepanjang Fakultas Teknik (FT) yang tidak teratur juga menuai banyak keresahan dari mahasiswa.
Hak pejalan kaki telah telah dirampas dengan penggunaan trotoar sebagai lahan parkir. Akhirnya, pejalan kaki terpaksa untuk berjalan di tengah jalan dan kerap kali terganggu ketika ada mobil yang lewat. Lebih dari itu, keamanan pejalan kaki juga terancam.
Tim Didaktika melakukan survei pada para pejalan kaki di UNJ. Dari 193 responden survei dengan latar belakang fakultas berbeda, sebanyak 51,1 persen terganggu dengan banyaknya mobil yang terparkir di bahu jalan kampus. Sedangkan sebanyak 42,6 persen mahasiswa merasa terganggu akan parkiran di belakang FT.
Persentase antara kedua indikator tersebut menunjukkan angka hampir seimbang. Di mana hal tersebut membuktikan perampasan kenyamanan para pejalan kaki itu nyata terjadi di Kampus A UNJ.
Dalam survei kelayakan menunjukan bahwa 32,6 persen responden menyatakan bahwa parkir di UNJ sudah cukup layak. Angka ini mungkin perlu dikritisi lebih lanjut. Sebab, apabila persentase responden yang memilih kategori sangat tidak layak dan kategori tidak layak digabungkan, akan menunjukkan angka yang lebih tinggi yaitu 49,7 persen.
Namun, sebanyak 16,1 persen responden menganggap bahwa parkiran di UNJ sudah layak. sisanya sebanyak 1,6 persen beranggapan bahwa parkiran sudah sangat layak. Persentase dengan kategori sudah sangat layak sangat jauh apabila dibandingkan dengan indikator yang lain.
Salah satu responden, Rehzy, mahasiswa Prodi Sastra Indonesia merasa kesal sejak mengetahui bahwa mobil yang membuat jalanan ramai bukan hanya milik civitas akademika UNJ melainkan milik wali murid Labschool UNJ. Tidak jarang ia juga melihat bahwa para wali murid ini memarkirkan mobilnya di sepanjang bahu jalan kampus. Hal lainnya adalah ketika ia terburu-buru menuju kelas, mobil yang terparkir di sepanjang jalan lingkar Kampus A menghambat mobilitasnya.
“Banyak yang parkir mobil gak teratur dan mengganggu pejalan kaki,” ujar Rehzy.
Sementara Reza, mahasiswa Prodi Pendidikan Teknologi Informasi dan Komputer mengaku kesal pernah terserempet mobil orang tua murid dari Labschool di siang hari saat berjalan di area sekitar Fakultas Bahasaa dan Seni (FBS). Biasanya sekitar jam 12.00 – 14.00 jalanan di dalam kampus padat. Ini berbarengan dengan jam istirahat dan waktu makan siang.
“Itu warga Labschool yang nyerempet orang lagi jalan di kampus, buat kesal,” ungkap Reza.
Serupa dengan Reza, Muhammad Habiebie mahasiswa Prodi Fisika juga menyatakan bahwa mobil-mobil yang terparkir tidak teratur ini mengganggu mobilitasnya. Menurutnya, tempat parkir mobil di sepanjang proyek pembangunan gedung baru Fakultas Bahasa dan Seni semrawut. Saat ia berjalan, sering kali ada mobil yang kerap mengklakson. Dirinya mengatakan bahwa ketika akan pergi ke kantin belakang, ia merasa rawan tertabrak mobil.
Habiebie berharap, kalau pihak kampus dapat menyediakan lahan parkir yang cukup. Selain itu, ia juga berpendapat agar parkiran mobil di Gedung Parkir Spiral dapat digunakan untuk mahasiswa.
“Sebaiknya disiapkan tempat/lokasi baru untuk parkir baik mobil dan motor. Lebih diarahkan parkir nya ke spiral atau kalau tidak cukup jangan di tempat pejalan kaki,” ujar Habibie
Mayoritas responden merasa terganggu atas jalanan kampus yang padat dengan mobil. Persoalan ini tampaknya perlu ditindaklanjuti pihak kampus. Sehubungan dengan itu, Tim Didaktika sudah menghubungi Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan, Agus Dudung untuk dimintai keterangan mengenai isu ini. Namun, sampai berita ini terbit pihak tersebut belum dapat diwawancarai. Salah satu stafnya, Syaiful beralasan jadwal kegiatan beliau sangat padat.
Reporter: April
Editor: Sonia Renata