6 September 2004, Munir meninggalkan Indonesia menuju Belanda

Ia diantar oleh keluarga menuju Bandara Soekarno-Hatta

Menggunakan pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA-974 dirinya mantap menuju barat benua Eropa

Nilai-nilai kemanusiaan mengiringi langkah perjuangannya

Namun nahas, belum sempat mendaratkan kakinya di Belanda, Munir merenggut nyawa di langit Rumania

Ia dibunuh.. diracun arsenik oleh pihak yang tidak menginginkan dirinya bersuara

Iklan

Sebuah tragedi kelam yang dialami bangsa Indonesia

Preseden buruk bagi Hak Asasi Manusia

//

Tidak semua kematian dapat meraibkan kehidupan di dunia

Yang pernah hidup akan tetap hidup bersama perjuangannya

Inilah sebuah dunia paradigma.. atau memoar yang membuat kita masih tetap bisa “hidup bersama”

Mengenang mereka yang menjadi saripati di dunia

Seperti sepenggal lirik lagu “Di Udara” dari Efek Rumah Kaca

Munir tidak mati, ia akan selalu ada dan terus berlipat ganda di dalam jiwa manusia yang merdeka

Jasadnya boleh saja tiada, namun semangat moralitas, idealisme dan nilai-nilai kemanusiaan yang diperjuangkannya akan terus beranak pinak diantara kita semua

Iklan

//

Munir adalah kita

Munir adalah simbol perjuangan melawan lupa

Munir adalah nilai kemanusiaan yang berwujud manusia

Representasi dari keberanian yang berlipat ganda

Warisan perjuangannya harus terus kita jaga

Mengapa kita harus melawan lupa? Agar negara tidak terus menerus amnesia

//

Nestapa di langit Rumania

Pahlawan itu kini telah tiada

Meninggalkan berjuta makna

Mewariskan nilai humanisme ke seluruh penjuru Nusantara

Munir… damailah di surga

Biarkan selimut kerinduan alam semesta bekerja semestinya

Tidurlah bersama iringan doa-doa…

*Tulisan ini dibuat untuk mengenang 15 tahun kepergian alm.Munir dan untuk para mereka yang berada di barisan melawan lupa

Bogor, 4 September 2019

Ketoprak Basi*

*kontributor merupakan mahasiswa Sosiologi angkatan 2014