Pengenalan kehidupan kampus mahasiswa baru (PKKMB) Universitas Negeri Jakarta dilaksanakan secara daring mengingat Jakarta sedang memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali. Mahasiswa baru diimbau untuk mengikuti PKKMB yang dapat diakses melalui Zoom ataupun live streaming YouTube. Live chat yang ada di YouTube diramaikan oleh komentar dan tagar sebagai bentuk antusias oleh mahasiswa baru dari berbagai program studi.

Opening PKKMB 2020 diawali dengan pemutaran ulang secara singkat flash mob pada PKKMB tahun-tahun sebelumnya dimana di dalam video terlihat mahasiswa dan mahasiswi baru secara serempak menggunakan kemeja putih dengan rok atau celana hitam, dan atribut tambahan berupa slayer yang berfungsi sebagai pembeda mahasiswa antar fakultas.

Setelah menampilkan pengenalan singkat kehidupan kampus, Komarudin, selaku rektor Universitas Negeri Jakarta memberikan sambutan kepada mahasiswa baru, “Selamat Anda telah diterima menjadi bagian dari kampus ini.” Selain itu, Komarudin juga menyarankan agar mahasiswa baru untuk berkenalan dengan organisasi kemahasiswaan sebagai wadah melatih softskill.

Pelatihan minat dan bakat untuk mengembangkan softskill ini menjadi tugas pokok Abdul Sukur sebagai Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaaan, Mahasiswa dan Alumni. Abdul Sukur menjelaskan, jika pembinaan minat bakat ini meliputi keagamaan, seni, bakti sosial, olahraga, bela negara, dan lain-lain.

Lebih lanjut dalam pidatonya saat menjadi pembuka kuliah umum, Komarudin menyampaikan bahwa kemajuan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari manusia yang unggul sebagai kuncinya. Lebih lanjut lagi, Komarudin berharap bahwa para mahasiswa tidak hanya terfokus untuk mengikuti perkuliahan saja, namun juga memiliki kecintaan untuk membangun bangsa dan negaranya sesuai bidang masing-masing.

Raudah Majid Yulistia dari program studi Sastra Indonesia 2019 mengaku memiliki pendapat yang sama dengan Komarudin soal organisasi kemahasiswaan. Baginya, selain melatih softskill dan mencari ilmu tambahan lain, organisasi bahkan dapat menjadi tempat bersosialisasi yang lebih besar karena bisa menjumpai bermacam orang yang berbeda keterampilan dan bakat. “Tapi tergantung tiap orang sih, kayak gue aja, masuk organisasi bukan karena bakat atau ilmu yang udah dimiliki, tetapi karena ada ilmu yang ingin dicari,” lanjutnya. Sedangkan soal kecintaan untuk membangun bangsa, Raudah menyatakan ketidaktahuannya. Baginya hal ini tidak dapat dijawab.

Iklan

Pendapat berbeda datang dari Vadilla Rachmasari mahasiswi Tata Boga 2019. Secara keseluruhan sebenarnya Vadilla setuju dengan statement yang disampaikan oleh rektor, namun baginya setiap orang memiliki alasan tersendiri untuk tidak mengikuti organisasi kemahasiswaan.

Penulis: Renisa Anjarwati

Editor: M. Rizky Suryana