Wish i was like you, blue-eyed, blondies, perfect body. 

Kalimat di atas merupakan penggalan lirik dari lagu Prom Queen karya Beach Bunny. Lagu itu menceritakan tentang seorang perempuan yang insecure dengan penampilannya yang tidak sesuai dengan standar kecantikan ala Barat. 

Dalam video klipnya, Lili Trifilio yang merupakan penyanyi di band tersebut merasa gelisah dengan penampilan wajahnya. Ia menganggap akan lebih mudah menjadi prom queen bila tubuhnya seksi, matanya biru, dan berambut pirang. 

Kegelisahan akan penampilannya pun dituangkan dalam sebuah pertanyaan dalam potongan lirik lagu itu. If I get more pretty, do you think he will like me?

Secara implisit, penggalan lirik tersebut bermakna bahwa laki-laki telah terkonstruksi untuk menyukai gadis cantik sesuai standar masyarakat. Hal inilah yang membuat perempuan berbondong-bondong melakukan apapun untuk mencapai standar tersebut. 

Dalam lanjutan liriknya misal, disect my insecurities, I’m a defect, surgical project. Secara maknawi, dalam masyarakat dirinya merasa sebagai seorang yang cacat sebab tidak dapat memenuhi ekspektasi itu. Lirik ini dilanjutkan dengan lirik yang menerangkan usaha tidak sehat perempuan dalam mencapai standar itu. It’s getting hard to breathe there’s plastic wrap in my cheeks. 

Iklan

Terdapat dua penafsiran terhadap lirik di atas. Pertama, plastic wrap merupakan sebuah metafora dari operasi plastik yang dijalankan perempuan untuk mencapai standar kecantikan. Dikutip dari Kata Data, sepanjang 2020 terdapat 1,5 juta prosedur operasi plastik di Amerika Serikat. Kebanyakan diantaranya adalah sedot lemak dan pembesaran payudara. 

Tafsir kedua, plastic wrap yang dimaksud berkaitan dengan gejala bulimia; sebuah gejala di mana penderitanya memuntahkan kembali apa yang telah ia makan. Sehingga mengharuskan dia memakai bungkus plastik di mulutnya. Bulimia umumnya dialami oleh wanita dewasa dan remaja yang tidak puas dengan berat badan atau bentuk tubuhnya. Penderita bulimia biasanya akan menuju ke penyakit yang lebih akut, anoreksia.

Kedua pemaknaan tersebut sebenarnya memiliki benang merah. Yaitu membicarakan tentang seorang perempuan yang merasa tubuhnya tidak sempurna. Bahkan perempuan sampai harus menanggung beban mental yang besar untuk memenuhi standar kecantikan di masyarakat. 

Komodifikasi Kecantikan ala Kapitalisme

Dalam buku Naomi Wolf yang berjudul Mitos Kecantikan, dia menyebut perempuan dalam serangan standar kecantikan. Buku yang terbit pertama pada 1990 itu mengkritik konstruksi masyarakat tentang kecantikan perempuan pada akhirnya secara politis menjinakkan perempuan. Menjinakkan di sini berarti mereduksi perempuan hanya dari apa yang tampak saja. 

Dunia modern telah membuat mitos kecantikan yang tidak masuk akal. Semisal di dalam standar kecantikan ala Barat, seorang perempuan harus tinggi, putih, langsing, dan pirang. Naomi menganggap mitos kecantikan tersebut tidak lepas dari faktor kepentingan ekonomi politik yang melingkupinya.

Secara ekonomi, mitos tersebut dikomodifikasi dan dilanggengkan oleh industri dan media. Industri kecantikan meraup keuntungan besar-besaran dengan menjual “solusi palsu” kepada perempuan yang tidak berada dalam standar kecantikan. Yaitu dengan memakai produk mereka. 

Naomi Wolf seorang penulis feminis dan jurnalis.

Industri kecantikan dengan sengaja membuat perempuan terus merasa insecure dengan dirinya. Caranya adalah dengan menggaungkan standar kecantikan yang tidak masuk akal di media dan iklan, seperti boneka barbie yang dijadikan standar acuan perempuan cantik. Atau iklan krim kecantikan yang dapat memutihkan wajah, melupakan peran genetik di dalamnya.

Secara politik, peran perempuan dapat terhambat akibat mitos kecantikan. Sebab, perempuan terlalu sibuk dengan apa yang dipikirkan masyarakat. Pada kasus Lili, ia sampai menderita gangguan mental akibat merasa harus memenuhi ekspektasi masyarakat. Di Amerika Serikat satu diantara 200 perempuannya menderita anoreksia. Naomi sebut mitos kecantikan tersebut menjadi penyumbang terbesar kematian remaja perempuan di Amerika. 

Begitu pula dengan lirik lagu Prom Queen mengajak perempuan untuk tidak terlalu memusingkan standar kecantikan yang ada. I’m no quick-curl barbie, I was never cut out for prom queen. Bahwa perempuan tidak harus menjadi prom queen seperti yang diidamkan. 

Iklan

“Apakah kita (perempuan) cantik? Tentu kita cantik, tapi kita tidak akan mempercayainya sampai kita dapat melewati batas-batas mitos kecantikan,” tulis Naomi dalam buku Mitos Kecantikan halaman 271.

Sementara itu, Lili dalam pernyataan resminya meminta perempuan lain hidup tanpa harus memenuhi ekspektasi tinggi masyarakat akan kecantikan perempuan. “You are already a Prom Queen, you are already enough,” tulisnya dalam komentar yang dipin dalam video klipnya.

 

Data Lagu

Judul: Prom Queen

Durasi: 2:16

Rilis: 10 Agustus 2018

Penulis: Lili Trifilio

Label: Indie

 

Penulis: Izam

Editor: Sonia