Mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tidak dapat membuat acara melebihi pukul enam sore

Kebijakan pembatasan acara tidak boleh melebihi pukul enam sore di FE UNJ  didasarkan atas evaluasi dari penutupan Management Event pada 25 Oktober 2019. Awalnya acara tersebut berjalan lancar.  Namun ketika guest star, The Panturas tampil, terjadilah kericuhan di sekitar panggung. Panitia penyelenggara pun pulang malam; panitia perempuan pulang sekitar jam sepuluh dan panita laki-laki pulang jam dua belas.

Hal itulah yang menyebabkan Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi (FE) Indra Pahala mengeluarkan kebijakan terbaru mengenai batas jam pada kegiatan atau acara besar seperti Grand Festival, Management Event, dan Gebyar Akuntansi. Konsekuensinya, acara yang diselenggarakan organisasi mahasiswa FE UNJ dibatasi hanya sampai pukul enam sore.

Indra menyatakan, pada mulanya ia hanya mengira acara tersebut sebatas kegiatan penutupan biasa. Seperti, penyerahan pemenang lomba dan penutupan simbolik. Namun, banyak keluhan yang masuk kepadanya lewat whatsapp dengan bentuk potongan video. Beberapa video yang ia terima adalah cuplikan saat kericuhan terjadi.  Maka dari itu, Indra menyampaikan teguran kepada panitia, tidak boleh lagi ada acara yang lebih dari pukul enam. “Itu aturan yang baru,  kecuali bulan puasa,” paparnya.

Ia menambahkan jika acara tersebut dilaksanakan di bulan puasa maka batas acara menjadi jam sembilan malam. Dengan alasan, jika mahasiswa mau buka bersama dan melakukan salat tarawih di Masjid Alumni, akan membutuhkan waktu lebih dari jam enam sore. Terakhir Indra juga menyampaikan jika butuh acara yang memakan waktu lama. Maka di luar hari kuliah bisa jadi solusinya yakni, Sabtu dan Minggu. ”Hanya kembali bahwa batasnya hanya sampai jam enam,” pungkasnya.

Menanggapi kebijakan tersebut Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Prodi Ekonomi Administrasi (EA) telah melakukan hal yang serupa. Luthfi Rachnady, ketua BEMP EA 2020  menyebutkan kegiatan pengurus di kampus sejak tahun 2019 dibatasi hingga jam enam saja. Maka, BEMP EA tidak keberatan dengan aturan itu. Ia menambahkan bahwa kebijakan ini supaya mahasiswa memiliki waktu seimbang antara akademik dan organisasi . ‘’Takutnya orang-orang yang totalitas di organisasi malah turun akademiknya,’’ tutur Luthfi.

Iklan

Senada dengan Lutfhi,  ketua BEM FE UNJ Muflih Hanif Iskandar, juga tidak mempermasalahkan hal ini. Namun, ia menambahkan seharusnya ada perizinan khusus.  Perizinan khusus menurutnya adalah izin untuk acara-acara besar yang dapat mengangkat nama baik Fakultas maupun Universitas,  seperti acara bertaraf nasional yang banyak melibatkan berbagai universitas.

Sebaliknya, Ketua BEMP Akuntansi, Dicky Bachtiar merasa keberatan atas kebijakan itu. Ia menyebutkan, batas jam enam tersebut dapat membuat acara tidak maksimal. Karena biasanya acara yang telah dilaksanakan sebelumnya, dilakukan setelah jam kuliah di hari kerja. Tak lupa ia membicarakan bahwa dalam sebuah acara pasti ada kendala yang memakan waktu. ’’Acara besar tidak cukup hanya hingga pukul enam sore,’’keluh Dicky.

Imbas langsung dari kebijakan pembatasan itu terjadi kepada acara Management Inauguration 2019. Acara tersebut dilakasankan seluruh mahasiswa baru prodi Manajemen serta mengundang alumni dan senior untuk hadir. Reyhan Widyanda Hendratno, salah satu panitia acara tersebut merasa kecewa dengan kebijakan pembatasan itu. Sebab tujuan dari acara tersebut adalah untuk menjalin kedekatan dengan alumni. Tapi dengan batas hanya sampai jam enam sore banyak alumni yang tidak dapat hadir. Karena mereka baru pulang kerja sekitar jam empat atau lima.  

Ia berusaha meminta negoisasi waktu berkali-kali kepada WD III FE, tetapi tetap saja tidak diperbolehkan. Padahal menurut  Reyhan acara tersebut hanya butuh waktu sampai jam delapan malam.

Karena itu acara yang seharunya diselenggarakan bulan Desember baru dapat terlaksana pada bulan Januari. Hal itu tersebut berpengaruh kepada jumlah alumni yang hadir sedikit. “Akhirnya acara ini pun melenceng dari tujuan awal,” tuturnya.

Reyhan juga menyinggung jika mahasiswa saja ditahan oleh waktu, bagaimana mahasiswa mengunakan pikiran untuk memikirkan inovasinya sendiri. ”Ini sangat mencegah inovasi mahasiswa,’’ pungkas Reyhan dengan nada kecewa.

Berbeda dengan dengan FE, Fakultas Ilmu Sosial (FIS) tidak memiliki kebijakan tentang batas kegiatan seperti di FE. Ketua BEMP Sejarah tahun 2019, Didit Handika menjelaskan, jika di FIS tidak ada batas waktu untuk kegiatan seperti itu. “Kalau di FIS bebas sebenarnya,’’ ungkap Didit.

Sejalan dengan statement Didit, Ketua BEM FIS 2020, Maulana Malik juga menyatakan hal serupa. Maulana merasa bahwa acara mahasiswa seharusnya tidak diperbolehkan ada pelarangan dari pihak pimpinan seperti wakil dekan. Menurutnya, jika ada pembatasan terhadap mahasiswa hanya akan mengurangi ruang-ruang yang dimiliki mahasiswa lewat waktu yang dibatasi.

Untuk acara besar Maulana  dan Didit sama-sama menegaskan tidak ada batasan baik dari dalam organisasi ataupun dari WD III FIS.Saat Tim Didaktika mencoba mengkonfirmasi kepada Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Abdul Sukur, perihal kebijakan pembatasan acara di fakultas. Ia hanya menyampaikan tidak ada standar baku yang dimilki universitas. ‘’Setiap fakultas punya kebijakan sendiri,‘’ pungkas Abdul Sukur.

Penulis/Reporter: Ihsan Dwirahman S.

Iklan

Editor: Uly Mega S.