Judul Buku                 : Holy Mother

Penulis                         : Akiyoshi Rikako

Tebal Buku                  : 284 halaman

Cetaka Pertama          : Agustus 2016

Penerbit                       : Penerbit Haru

ISBN                             : 978-602-7742-96-3

Ibu adalah sosok yang luar biasa. Beliau adalah sosok yang penyayang dan melindungi anaknya dalam keadaan apapun. Banyak karya seni yang mengangkat besarnya cinta kasih seorang ibu, tak terkecuali ranah literatur. Beragam novel dengan berbagai genre mengangkat tema kasih sayang seorang ibu, termasuk novel Holy Mother.

Novel Holy Mother karya Akiyoshi Rikako, seorang penulis novel asal Jepang yang menceritakan kisah Honami, seorang ibu yang tengah cemas dengan adanya insiden pembunuhan anak laki-laki bernama Yukio di daerah tempat tinggalnya. Tak hanya dibunuh, jasad Yukio juga sempat diperkosa lalu dibuang di dalam sebuah kardus di bawah jembatan. Hal ini membuat Honami khawatir bukan kepalang atas keamanan putri satu-satunya yang ia miliki, terlebih ketika pihak polisi tak dapat ia andalkan. Ia bersedia melakukan apapun demi menjamin keselamatan putrinya.

Novel ini merupakan karya ketiga Rikako yang terbit pertama kali pada Agustus 2016, sekaligus menjadi novel pertama Rikako yang berlabelkan dewasa karena menyajikan penggambaran pembunuhan yang begitu detail dalam novel tersebut.

Rikako juga menggambarkan secara detail bagaimana sulitnya perjuangan seorang ibu yaitu Honami dalam mendapatkan keturunan. Berbagai macam terapi dan perawatan ia lalui demi keinginannya menimang buah hati juga demi membahagiakan mertua yang tak sabar ingin menimang cucu.

Selain sudut pandang Honami, cerita ini juga mengambil sudut pandang dua orang detektif yang tengah mengusut kasus pembunuhan Yukio tersebut yaitu detektif Sakaguchi dan detektif Tanizaki. Ada juga sudut pandang Makoto, seorang siswi SMA yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai kasir di sebuah mini market di kotanya juga sebagai pelatih Judo anak-anak, dan menggabungkan ketiga sudut pandang tersebut dan mengaitkannya menjadi suatu rangkaian cerita yang mengungkap siapa pembunuh anak laki-laki tersebut dan apa motifnya.

Di luar dugaan, trauma atas pemerkosaan yang dialaminya sewaktu SMP membuat Makoto memiliki rasa dendam terhadap anak laki-laki yang suka mengganggu anak perempuan. Ia membunuh Yukio setelah melihat bagaimana Yukiro menjahili salah satu anak perempuan yang menjadi murid kelas Judonya. Makoto yang dikuasai oleh rasa takut dan dendam terhadap laki-laki yang berbuat kasar tak ragu untuk mengajak Yukio ke apartemen tempat ia tinggal lalu membunuhnya dan memotong kemaluan anak laki-laki tersebut lalu menyimpannya. Tak hanya itu, Makoto kembali melakukan perbuatan kejinya ketika anaknya yang lahir dari kasus pemerkosaan yang dialaminya, Kaoru, dijahili oleh Satoshi, teman Kaoru di tempat penitipan anak. Dengan mengiming-imingi Satoshi itu dengan bermain game di apartemennya, Makoto membunuh anak tersebut dan juga memotong dan menyimpan kemaluannya. Setelahnya, jasad Satoshi ia buang di belakang bangunan bekas rumah sakit.

Iklan

Membunuh Satoshi tidak langsung membuat Makoto tenang. Rasa cemas menghantuinya ketika keesokan harinya jasad Satoshi ditemukan dengan keadaan jari tangan yang terpotong. Makoto sama sekali tidak melakukannya. Begitu pula dengan jasad Yukio yang diperkosa, Makoto tidak mungkin melakukannya. Ia takut seseorang mengetahui bahwa dirinya adalah pelaku pembunuhan kedua anak tersebut. Namun di saat yang sama, ia merasa lega karena siapapun yang menyentuh jasad yang ia buang, membuat polisi sulit menentukan siapa pelaku dan apa motifnya. Makoto bahkan menganggap orang tersebut adalah bantuan dari Tuhan yang membuktikan bahwa pembunuhan yang ia lakukan adalah hal yang benar.

Namun sayangnya, seseorang yang ‘menolong’ Makoto bukanlah malaikat yang dikirim oleh Tuhan. Orang tersebut adalah Honami, ibu Makoto. Honami telah mengetahui apa yang dilakukan Makoto sejak pertama kali ia membunuh. Honami yang mengerti akan trauma yang dialami Makoto pun memaklumi apa yang diperbuat oleh putrinya dan melakukan apapun yang ia bisa agar identitas Makoto sebagai pembunuh tidak terkuak. Honami yang membuat jasad Yukio memiliki bekas pemerkosaan dan ia pula yang memotong jari jasad Satoshi. Semua ia lakukan demi anak yang ia dapatkan melalui perjuangan kerasnya, Makoto.

Bahkan saat pelaku pemerkosaan Makoto muncul di dekat apartemen tempat mereka tinggal, Honami tidak ragu untuk membalaskan dendam anaknya. Honami membuntuti Tateshina yang telah memperkosa anaknya dan menemukan hal mengerikan di apartemen tempat pemuda itu tinggal. Tateshina menyimpan berbagai video tindak asusila yang ia lakukan pada gadis-gadis muda yang ia simpan di dalam lemari di bawah wastafel. Honami yang mengkhawatirkan keselamatan Makoto pun mencoba menghubungi polisi namun tak membuahkan hasil. Akhirnya ia memilih untuk membunuh Tateshina dan membuatnya seperti bunuh diri. Tak hanya itu, ia pun membawa kemaluan Yukio dan Satoshi yang Makoto simpan untuk ditinggal di apartemen Tateshina. Honami memastikan bahwa semua peralatan dan bukti yang Makoto tinggalkan kini menjadi ‘milik’ Tateshina. Semua yang ia lakukan tanpa sepengetahuan Makoto pun akhirnya ia ungkap ketika akhirnya detektif Sakaguchi dan detektif Tanizaki mendatangi apartemen mereka untuk meminta keterangan mengenai segala kasus pembunuhan yang terjadi.

Cerita yang sungguh kompleks dan menyentuh, namun berakhir dengan kurang baik. Rikako terkesan terlalu fokus dengan proses kehamilan Honami dibanding dengan proses penyelidikan yang dilakukan oleh detektif Sakaguchi dan detektif Tanizaki. Selain itu, akhir dari novel tersebut juga terkesan terburu-buru karena tidak terdapat penjelasan mengenai wawancara dari kedua detektif dan juga bagaimana polisi mengungkap bagaimana Tateshina ‘membunuh’ Yukio dan Satoshi. Bahkan tidak ada kejelasan mengenai nasib Makoto dan Honami selanjutnya karena novel ini berakhir tepat setelah Honami mengakui semua bantuan yang ia berikan pada Makoto.

Namun, bukan berarti tidak ada hikmah yang bisa kita ambil dari novel ini. Tokoh Honami yang rela melakukan apapun untuk melindungi Makoto menggambarkan secara jelas sosok ibu yang akan melakukan apa saja demi anaknya. Membunuh seakan menjadi perkara gampang asal keselamatan buah hati terjamin. Novel ini menggambarkan realita cinta seorang ibu kepada anaknya tanpa memandang baik buruknya apa yang ia atau anaknya lakukan, persis seperti pepatah yang berbunyi, “Kasih ibu sepanjang masa.”

 

Penulis : Novita Aura Insani