Bagian dua
Baca juga bagian satu: https://lpmdidaktika.com/hancurkan-sarang-burung/
Malam menjelang ruangan sekretariat itu kembali ramai, rencananya mereka akan melaksanakan pertemuan rutin yang biasa dilakukan di hari selasa dan jumat. Sebenarnya tidak ada yang tahu pasti, apa yang sedang dilakukan oleh sekumpulan pemuda pemudi itu di malam hari, disertai temaram lampu kuning di atasnya.
Sambil merobek kertas di tangannya, Zidan kembali berteriak membuat orang di sekelilingnya ikut bersorak. Mereka bersorak bukan untuk Zidan yang mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi, bukan juga karena ocehannya yang sedari tadi meneriaki mereka yang tak ada disini. Teriakan itu terasa nyaring dan garang, terlalu aneh untuk organisasi dengan label klub Sastra Puisi.
Pukul tiga dini hari, Laut masih terjaga ditemani guyuran deras hujan yang turun sejak tengah malam tadi. Tangannya sibuk menulis untaian kata pada buku besarnya, sambil sesekali terbatuk terkena asap rokok milik Nian. “Keadannya mendesak Laut, katakanlah Zidan bodoh dengan keputusan tergesa-gesanya. Namun, dia sudah pertimbangkan itu dengan matang. Kemarin aku menemaninya berkeliling sekitar, keadannya kacau,“ ucap Nian, sambil menarik buku yang Laut pegang,
Sejenak lelaki itu berpikir, sambil teringat kembali perkataan Zee siang tadi mengenai organisasinya yang sedang tidak baik-baik saja. Laut merasa ini belum saatnya untuk bergerak, sebenarnya tadi ia ingin menanyakan lebih lanjut apa yang sedang dialami Zee. Namun, melihat wajah lesu kekasihnya Laut mengurungkan niatnya itu. “Malam ini rapat itu diadakan Nian, aku tidak menyebut Zidan tergesa-gesa. Aku yakin anak itu sudah tau lebih dulu. Hanya saja aku merasa kita masih buram, saat ini semua terasa tidak jelas serta tidak terprediksi.“ Ujar Laut sambil menutup buku besar merah bercoraknya itu.
Baca juga: https://lpmdidaktika.com/hancurkan-sarang-burung/
Keadaan kacau yang sempat disinggung Nian, merupakan hasil dari buruknya sistem regenerasi di kampus yang ditempati Laut. Pemilihan umum yang dilaksanakan tiap tahunnya, tak ayal hanya sebuah kegiatan turunan semata. Ditambah dengan masuknya pihak-pihak luar yang tak seharusnya ada, menjadikan organisasi mahasiswa beralih menjadi organisasi berbasis kepentingan pihak luar.
Bertempat di sebuah ruangan gedung sisi lain kampus, terlihat Zee sedang melakukan rapat organisasi yang sudah mulai sejak pukul sepuluh tadi. “Buat kandidat nomor satu gugur, setelah kucari tau, nilai masa pengkaderannya tahun lalu tidak cukup baik. Katakan saja, itu merupakan kegiatan penting yang dipertimbangkan untuk maju dalam pemilihan,“ suara serak yang keluar dari mulut Aid, menggema di tengah heningnya ruangan itu.
Di tengah sibuknya kegiatan Aid membaca laporan yang diterimanya sore tadi. Beberapa lainnya turut sibuk membuka-buka berkas para mahasiswa pada semester awal. Zee yang bertugas membuat notulensi pun dengan cekatan mencatat perintah yang dikeluarkan oleh ketuanya itu. Setelah mendengar kabar bahwa kandidat nomor dua usungan mereka mengundurkan diri dengan alasan tidak jelas, Aid beserta teman-temannya langsung memutuskan untuk melakukan rapat istimewa.
Rapat istimewa yang dilaksanakan Aid bersama keroconya, sudah dilaksanakan setidaknya dua kali dalam rentang lima tahun terakhir. Tidak ada pihak luar lain yang mengetahui rapat tersebut, karena memang hanya dilaksanakan ketika terjadi sesuatu mendesak seperti sekarang ini. Organisasi yang mereka jalani, terancam dipimpin oleh pihak luar yang tidak dikehendaki, katakan saja mereka melakukan pemilihan dengan dalih demokrasi, padahal selama ini kandidat yang maju dalam pemilihan, sudah diatur berdasarkan putusan pengurus.
Maka dari itu ketika pihak luar mengajukan diri dalam pemilihan, hal yang biasa mereka lakukan adalah membatalkan pencalonan kandidat tersebut. Tidak hanya itu, suara-suara yang masuk pun tidak jauh dari angka-angka yang sudah diatur. Keputusan sudah ditetapkan, pemilihan diundur sampai waktu yang belum ditentukan. Alasannya, tidak ada kandidat yang lolos tes administrasi, ucap mereka kepada seluruh penghuni kampus.
Berselang tiga hari setelah rapat diadakan, secara tiba-tiba muncul kandidat ketua yang maju dalam pemilihan. Kabarnya, ia maju karena mendengar tidak ada lagi kandidat yang lolos tes administrasi, mahasiswa saat ini memang memiliki semangat organisasi yang tinggi. Tanpa yang lain ketahui, kandidat tersebut merupakan keponakan dari petinggi kampus yang selama ini tidak pernah menampakan diri.
Akhirnya, pemilihan diadakan tujuh hari berselang dari pengumuman penundaan. Kegiatan itu dimulai dengan pembukaan di pagi hari dan pemungutan suara di siang harinya. Pemilihan diadakan di gedung Patimura, rencananya kotak suara serta perangkat lain akan dibawa tepat pukul 10.00 pagi itu, Satu jam sebelum pembukaan pemungutan dimulai. Kotak suara beserta perangkat lain berada di ruang organisasi mahasiswa sekaligus ruang panitia pemilihan.
Tepat di jam 09.00 pagi, Zaid berjalan menuju ruang sekretariatnya untuk mengambil perangkat pemilihan. Saat berada di depan ruang sekretariat, lelaki itu mencium sedikit bau yang asing, namun karena sudah semakin dikejar waktu, memilih abai dengan keanehan yang dirasakannya.
Zaid sudah sampai tepat di depan ruang sekretariat, bersiap untuk membuka kunci gembok didepannya. Saat pintu itu sudah terbuka, tiba-tiba saja terjadi ledakan yang cukup besar berasal dari dalam ruangan, tubuh Zaid terpental cukup jauh dari posisi awal laki-laki itu berdiri. Skala ledakan tersebut hanya beradius beberapa meter dari sumber ledakan, sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada lingkungan sekelilingnya.
Meskipun ledakannya tidak terlalu besar, namun suara yang dihasilkan berhasil menarik perhatian penghuni kampus. Dengan tergesa mereka menuju tempat suara ledakan tersebut. Beberapa orang terkejut melihat ruang sekretariat yang sudah hancur karena ledakan yang terjadi, bahkan kotak besi yang akan digunakan untuk pemungutan pun ikut hancur berkeping-keping.
Beberapa lainnya histeris melihat keadaan Zaid yang bersimbah darah karena terkena efek ledakan. Pakaian yang digunakan laki-laki itu dipenuhi noda merah dengan luka bakar yang cukup serius. Tidak lama berselang, Zee datang bersama rekan panitia lain, mereka panik melihat keadaan Zaid yang terkapar tak beradaya. Akhirnya, setelah mobil ambulan datang tubuh Zaid dibawa ke rumah sakit terdekat untuk menerima pertolongan, Ditemani beberapa rekan organisasi yang ikut serta di dalam mobil ambulan.
Pemilihan ditunda karena ketakutan yang disebabkan oleh ledakan yang terjadi, selain itu perangkat pemilihan ikut hancur bersama ruang sekretariat. Lingkungan kampus mendadak sepi karena penghuninya banyak yang memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing karena takut akan kembali terjadi ledakan. Proses penyelidikan langsung dilakukan di tempat perkara kejadian, pihak kepolisian yang datang tak lama setelah ambulan pergi menemukan adanya bahan peledak serta rakitan yang diduga merupakan bom sederhana.
Tidak jauh dari lokasi kejadian, terlihat Laut bersama Nian dan Zidan sedang menyiapkan persiapan pentas puisi yang sudah disiapkan dari dua bulan yang lalu. Poster-poster pentas puisi bertebaran di sekitar Gedung Student Center, meskipun terdapat himbauan untuk menunda semua kegiatan yang dilakukan di lingkungan kampus. Namun, Laut bersama teman-temannya memilih tetap melaksanakan pentas puisi tersebut sesuai jadwal.
Pada poster yang bertebaran, tema pentas puisi yang diusung klub sastra puisi tahun ini berjudul “Hancurkan Sarang Burung“.
Penulis: Zahra Pramuningtyas