Beberapa waktu yang lalu, dunia dikejutkan dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) antara Amber Heard dan Johnny Depp. KDRT ini pertama kali diketahui lewat rekaman audio yang dilansir dari Daily Mail, dan diteruskan oleh akun twitter bernama Sienna (@winonasrider) pada 1 Februari 2020.
Rekaman audio tersebut berisi pertengkaran antara Amber dan Johnny yang membahas masalah KDRT pada 2015. Sepanjang rekaman, mereka berdebat satu sama lain.
Amber yang merupakan bintang dalam film Aquaman ini mengatakan bahwa dirinya pernah memukul Johnny. “Sayang, kau tidak ditinju… Aku tidak tahu apa gerakan tanganku yang sebenarnya, tapi kau baik-baik saja. Aku tidak menyakitimu, aku tidak meninjumu, aku memukulmu,” ucap Amber dalam rekaman tersebut.
Johnny pun menjawab dengan menyatakan perceraian harus dilakukan jika terjadi kekerasan fisik. Setelah itu, perceraian antara Amber dan Johnny terjadi pada 2016. Hubungan pernikahan mereka berlangsung relatif singkat, hanya 18 bulan sejak Februari 2015.
Fakta yang terjadi, seperti yang dilansir dari New Musical Express, Amber melakukan serangkaian kekerasan fisik terhadap Johnny satu bulan setelah pernikahannya. Amber melakukan pelemparan botol vodka ke arah Johnny, bahkan menganiaya Johnny dengan cara meninjunya.
Kemudian, Amber menganggap kepada media bahwa dirinya tidak pernah menganiaya Johnny, dan malah memanipulasi kejadian dengan mengatakan bahwa Johnny sering menganiaya dirinya. Pernyataan manipulatif Amber ini bisa ditemui di kolom opini Washington Post pada 2018.
Hal ini menimbulkan respon negatif dari publik terhadap Johnny. Bahkan, Johnny mengalami defamasi atau kehilangan nama baiknya sebagai figur publik. Ironisnya, pada 2018 Amber didaulat sebagai figur yang merepresentasikan perlawanan terhadap KDRT setelah menulis opini di Washington Post. Padahal, dalam kenyataannya ia sendiri melakukan KDRT terhadap Johnny.
Ini menunjukkan bagaimana gaslight bekerja dalam diri Amber. Amber berusaha memanipulasi publik untuk mendapat kembali citra baiknya sebagai figur publik dan menjatuhkan nama baik Johnny. Pada akhirnya, Amber dinyatakan bersalah setelah beberapa foto bekas penganiayaan Johnny dan rekaman audio terbuka secara publik. Tagar #JusticeForJohnnyDepp berkumandang di media sosial.
Apa itu Gaslighting dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Sebelum saya menjelaskan gaslighting untuk menjawab kasus di atas, ada kalanya saya berbicara terlebih dahulu asal mula kata ini.
Gaslighting adalah kata sifat yang diambil dari nama film Inggris karya Thorold Dickinson pada 1940, bertajuk Gaslight. Film ini menceritakan tentang seorang psikopat bernama Paul Mallen yang membuat istrinya gila.
Paul menuduh Bella Mallen, istrinya menyembunyikan gambar yang sebelumnya berada di ruang piano rumah mereka, Padahal bukan Bella yang menyembunyikannya. Setelah kejadian itu, Paul tidak sekali-dua kali menyalahkan Bella atas kemalangan yang menimpa dirinya.
Ketika Paul kehilangan jam tangan saat konser piano, ia menyalahkan Bella atas hilangnya jam tangan. Tentu hal ini mengganggu konsentrasi pianis yang sedang memainkan musik. Paul kemudian mengajak Bella keluar dari ruangan dan meminta maaf kepada seluruh pengunjung atas kelakuan istrinya.
Nyatanya, Paul memang berniat membodohi Bella. Sebelum pertunjukan dimulai, Paul menawarkan dirinya untuk membawakan kantong milik sang istri. Paul melepas dan menyimpan jam tangannya di kantong tersebut.
Film yang diadaptasi dari naskah Patrick Hamilton pada 1938 kemudian menjadi dasar dari watak gaslighting. Bisa diambil kesimpulan, gaslighting adalah sebuah teknik menipu dan manipulasi psikologis yang rumit dan berbahaya. Gaslighting bisa terjadi dalam hubungan keluarga, pertemanan, dan juga sering terjadi dalam hubungan percintaan.
Ensiklopedia Britannica menuturkan bahwa efek dari gaslighting secara bertahap bisa membuat korban tak percaya diri membedakan kebenaran dan kebohongan. Korban akhirnya memiliki ketergantungan terhadap pelaku, baik dalam hal pemikiran maupun perasaan. Bisa dibilang, peribahasa serigala berbulu domba ada pada diri pelaku gaslighting.
Alasan dari munculnya sifat gaslighting pada pelakunya didasarkan oleh suatu hal yang sederhana: narsistik dan arogan. Kedua sifat ini mendukung upaya yang dilakukan oleh pelaku gaslighting, yaitu mampu menjatuhkan harga diri korban dan membuat mereka menganggap pelaku sebagai satu-satunya penyemangat dalam hidup.
Pelaku gaslighting (selanjutnya akan saya sebut dengan gaslighter) melakukan beberapa tahapan untuk mengontrol pikiran dan merusak psikologi korban. Apa yang dilakukan oleh Amber Heard dan Paul Mallen dalam penjelasan sebelumnya merupakan cara-cara seorang gaslighter.
Dilansir dari Psychology Today, Gaslighter mempunyai sebuah senjata yang digunakan untuk memerangkap korban, yaitu kebohongan yang dipercayai. Maksudnya? Gaslighter berusaha untuk sering melakukan kebohongan dan itu akan menimbulkan hubungan saling ketergantungan. Ia juga berusaha memberikan harapan palsu untuk korban, sampai akhirnya Gaslighter bisa mendominasi pikiran korban.
Gaslighter juga berusaha memanipulasi dirinya agar bisa dipercayai oleh orang-orang terdekat korban, seperti keluarga dan teman-teman dekat korban. Posisi korban gaslighting akan menjadi semakin lemah akibat tekanan psikologis yang dilakukan oleh Gaslighter. Bahkan, berakibat hilangnya sikap skeptis orang-orang terdekat korban gaslighting terhadap pelaku, dan berpotensi untuk menyudutkan sang korban.
Pelaku gaslighting pada akhirnya akan berusaha merusak reputasi korban. Ini yang dilakukan oleh Amber kepada Johnny lewat opininya di media massa. Gaslighter akan membuat korban tidak dipercaya oleh lingkungan sosialnya, dan ia nantinya memanipulasi dirinya seakan-akan menjadi korban (playing victim).
Ciri-ciri dari seorang Gaslighter, dilansir dari Psychology Today adalah mereka membuat korbannya menjadi serba salah tanpa memberikan solusi apapun. Kemudian, korban akan menjadi takut mengekspresikan diri akibat tekanan yang dilakukan oleh Gaslighter.
Seorang gaslighter jarang mengakui kelemahannya. Mereka menganggap korban sebagai orang yang lemah dan patut untuk disalahkan. Mereka akan menyerang balik jika disalahkan oleh korban dan sampai pada kesimpulan bahwa korban nantinya menyalahkan dirinya sendiri. Gaslighter akan membuat korban bergantung terhadapnya dan memaafkan segala perilakunya.
Bagaimana sikap kita dalam menghadapi gaslighter? Memang sulit untuk memutuskan hubungan dengan gaslighter, karena ia mengontrol pikiran sang korban. Gaslighter akan membuatmu tidak berdaya dalam sebuah perdebatan, sampai akhirnya ia akan menuduhmu bahkan membuatmu membenci diri sendiri atas kesalahan yang terjadi.
Ingatlah bahwa semakin dalam tipuannya, korban hanya akan bisa bergantung padanya dan hanya mau mendengarkan perintah dan kemauan Gaslighter. Cara untuk menyelamatkan diri dari Gaslighter sebelum terlambat yang efektif adalah percaya kepada diri sendiri. Karena percaya dan menghargai diri sendiri bisa mengurangi kepercayaan terhadap Gaslighter.
Kekerasan tidak hanya berupa fisik dan verbal. Kekerasan bisa terjadi secara emosional, bahkan dalam bentuk yang halus dan melumpuhkan seperti gaslighting ini. Sekali lagi, waspada terhadap sikap orang lain dan percaya kepada diri sendiri.
Penulis: M. Rizky Suryana
Editor: Annisa Nurul H.S.