Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni), Forum Tunanetra, dan Disabilitas Reaksi melakukukan aksi di Jalan Padjajaran, Bandung. Mereka menuntut dan memberi sikap penolakan terhadap perkataan yang dilontarkan Ma’ruf Amin pada acara deklarasi Barisan Nusantara (10/11/18).

Saat deklarasi Barisan Nusantara, Ma’ruf menyebut beberapa pencapaian yang diraih oleh kepemimpinan Jokowi—Jusuf Kalla. “Pak Jokowi telah berhasil membangun fasilitas dan infrastruktur, seperti pelabuhan dan lapangan terbang.”

Lalu ia melanjutkan, “orang sehat dapat melihat jelas prestasi yang ditorehkan Joko Widodo. Kecuali orang budek saja tidak mau mendengar informasi dan orang buta saja tidak bisa melihat realitas kenyataan,” sambungnya, ketika memberi sambutan.

Baca: Beda Tafsir Budek dan Buta yang Diucapkan Ma’ruf Amin

Tak lama, setelah ada aksi beberapa solidaritas difabel di Bandung, Ma’ruf Amin mengklarifikasi pernyataannya. Ma’ruf meluruskan bahwa yang dimaksud budek dan buta bagi mereka yang masa bodo dengan kinerja Joko Widodo-Jusuf Kalla.

“Kalau mengingkari itu semua ‘kan sama kaya orang budek. Gak melihat kaya orang buta, jadi saya tidak menuduh,” tudingnya, kepada wartawan CNN Indonesia, Senin, di kediamannya, Jalan Situbondo, Jakarta Pusat (12/11).

Iklan

Klarifikasi Ma’ruf Amin tersebut disambut protes oleh Persatuan Aksi Sosial Tunanetra Indonesia (PASTI). Mereka melakukan aksi serupa di depan kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta (14/11/18) .

Menurut Arif, klarifikasi itu belum cukup mempertanggungjawabkan perkataannya. “Seperti klarifikasi terhadap lawan politik saja,” tuturnya.

“Ma’ruf Amin harus segera meminta maaf kepada kami (difabel) khususnya tunanetra dan tunarungu,” ungkapnya ditemani 10 difabel netra lain.

Tak jauh berbeda dengan Arif, Heti Sumiyati, seorang wiraswasta berani ambil peran dalam aksi kali ini dengan menaruh sikap kecewa akibat statement yang di keluarkan Ma’ruf Amin. “Tidak suka, bukan karena alasan politik, tapi karena dia menyudutkan kami seperti difabel tidak mampu untuk hidup,” ucapnya.

Yogi Matsuni, salah satu anggota PASTI, menegaskan aksi kali ini tidak ada sangkut pautnya dengan situasi politik. “Ini adalah gerakan moral, gerakan solidaritas, gerakan lanjutan yang telah di jalani oleh Forum Tunanetra atau forum difabel lainnya di kota berbeda sebelumnya,” jelasnya.

Ia menambahkan jika, Ma’ruf Amin tak ada niat baik meminta maaf dalam waktu 8 hari, terhitung setelah aksi, maka kami akan terus membuat aksi dan membawa ke jalur hukum.

“Semangat politik boleh, tapi harus ada batasan-batasan yang tidak menyinggung minoritas seperti kami,” terang Yogi.//Ilham Abdullah

 

Editor: Yulia Adiningsih