Judul Buku: Cantik itu Luka

Penulis Buku: Eka Kurniawan

Penerbit Buku: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman: 516

“It’s not man’s job to think about whether God exists or not, especially when you know that right in front of your eyes one person is stepping on another’s neck.” Almarhum Salim.

Meskipun dalam barisan halaman novel, membaca narasi yang menceritakan bahwa seorang wanita bangkit dari kubur rasanya bertentangan dengan akal nalar, konteks sejarah yang diceritakan bisa menjadi perangsang keingintahuan akan sejarah karena cerita yang tersaji dalam Cantik Itu Luka terbagi jadi beberapa bagian tergantung fokus cerita yang saling berkaitan.

Sosok yang bangkit dari kubur itu ialah Dewi Ayu, karakter utama yang menggerakkan cerita dalam novel Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan. Kesan pertama yang ditampilkan Dewi Ayu telah terkubur di bawah tanah sejak belasan tahun memang bertentangan dengan akal nalar, bukan karena ada kejadian supranatural seperti sebelumnya, tapi melalui bagaimana narator menjelaskan Dewi Ayu dan kehidupannya.

Cerita bermula dari bangkitnya Dewi Ayu, seperti yang disebutkan sebelumnya. Kemudian untuk menjelaskan peristiwa itu cerita ditarik mundur hingga masa Dewi Ayu masih gadis yang berada pada beberapa tahun sebelum perang dunia kedua, sebelum kedatangan Dai Nippon ke Indonesia. Kehidupannya yang merupakan noni-noni Belanda sejahtera hidupnya. Hanya saja pikirannya yang kadang unik dalam lingkunganya. Masa bahagia berakhir setelah kedatangan tentara Jepang dari timur.

Alih-alih langsung menjelaskan bahwa suatu bagian cerita adalah bagian dari masa kemerdekaan, kekuasaan Sukarno dalam Orde Lama, atau Suharto yang menguasai Orde Baru. Ia menjelaskan kejadian melalui kacamata tokoh yang berkaitan. Seperti Shodancho, mantan milisi yang dilatih oleh tentara Jepang. Sejak masa jepang sudah gemar berontak. Tokoh ini sendiri pun tidak memangku semacam gagasan nasionalisme seperti yang jadi bahan bakar perjuangan pada umumnya, hanya kecenderungan dirinya demi kesenangannya.

Cerita dilanjutkan dengan masa pergerakan yang digambarkan oleh Partai Komunis Indonsia dan agendanya yang terlampau revolusioner. Hingga kemudian terjadilah peristiwa yang disebut oleh buku pelajaran anak sekolah “Tragedi 1965” atau sebutan lainya “pembantaian kontra revolusioner” dalam Unfinished Nation oleh Max Lane.

Iklan

Memang di masa lalu tidak terdapat bukti ada seorang pelacur yang bangkit dari kubur, hantu-hantu komunis yang tidak tenang, bahkan nama Halimunda, yang merupakan latar cerita pun tidak bisa ditemukan dalam peta dunia karena memang ini adalah buah kreativitas penulis. Tapi setidaknya kejadian sejarah yang ditulis Eka Kurniawan bisa mendorong kita menggali pengetahuan kita sendiri terhadap sejarah.

Kemudian penuh dengan simbolisme, salah satu contoh kuat adalah penggunaan anjing di bagian akhir. Salah satu karakter terobsesi menjadi anjing, kemudian pembantaian anjing yang terjadi yang berujung pada pembunuhan masal.

Penggambaran anjing pada bagian akhir novel ini, adalah satu simbolis yang nampak paling menonjol. Konflik besar dalam babak akhir dipicu oleh anjing, perseteruan antara Maman Gendeng, tokoh preman yang menyuruh anak buahnya untuk melakukan pembantaian anjing dilanjutkan dengan upaya pembasmian preman dibawah masa orde baru.

Konflik yang kira-kira terjadi belasan tahun setelah kejadian di tahun 1965, diceritakan mengakibatkan jatuhnya banyak korban seakan menyimpulkan bagaimana negara Halimunda bisa kacau balau hanya karena anjing bak negara yang didalamnya terciptakan konflik bodoh diantara penduduknya hingga mengalihkan pandangannya terhadap masalah lain yang lebih dan nyata.

Namun pada dasarnya penggunaan simbolisme atau metafora yang terkandung dalam karya sastra mungkin tidak akan terungkap. Karena pada dasarnya penggunaan simbolisme dan metafora ini merupakan upaya penulis menyampaikan suatu pesan kepada pembaca, namun tentunya penulis tidak ingin sesederhana buku sejarah yang memberitakan langsung mengenai realita yang terjadi atau sesederhana orang yang mabuk cinta lalu mengatakan “aku cinta padamu”

Metafora manifestasi dialektika, atau hubungan pertentangan dalam mencari jawaban, yang terjalin antara penulis dengan realita. Dalam proses dialektika ini dibutuhkan proses thesis, keadaan awal yang diadu dengan antitesis, pertentangannya kemudian melahirkan síntesis, jawabannya.

Pesan yang ingin disampaikan penulis menjadi thesis dalam dialektika, namun ia ingin lebih dari sekedar pesan sederhana namun bahasa manusia membatasi penulis menyampaikan pesan tersebut. Maka metafora muncul sebagai antihesis. Alih-alih menyampaikan pesan tersebut secara langsung dipilih diksi puitis untuk mewujudkan gagasan-gagasan tersebut. Menjadilah síntesis tulisan yang di interprestasi oleh pembaca.

Kuasa Supranatural

Pada dasarnya seluruh cerita kehidupan tokoh yang eksis dalam Cantik Itu Luka hidup dikendalikan oleh kekuatan supranatural seperti yang digambarkan di akhir cerita. Dengan ini Eka mengambarkan narasi cerita ini dengan gaya penulisan realisme magis. Nampak jelas dengan awal cerita, Bangkitnya Dewi Ayu setelah lama meninggal kemudian kembali menguat saat munculnya hantu-hantu di sekitar Halimunda dan pada bab akhir cerita terungkapnya penybab keburukan yang terjadi di dunia Cantik itu Luka merupakan ulah kuasa gaib.

Namun tema magis atau mistik tersebut seakan tersembunyi dipertengahan cerita khususnya saat memberikan penggambaran kejadian pasca kemerdekaan kemudian yang dilanjutkan dengan mencuatnya tokoh Kliwon yang merupakan aktivis-aktivis komunisme yang masih berjaya (dalam konteks sejarah, terjadi sekitar tahun 1955). Bagian-bagan ini menampilkan kesan realisme sosialis yang kerap ditemukan novel-novel Pramudya Ananta Toer.

Iklan

Aroma dan nuansa mistik nan magis ini juga bisa ditemukan dalam karya sastra yang telah lama muncul di tanah jauh. Aliran gothic, yang telah muncul dan menjadi tema dalam novel-novel Eropa yang beredar sejak abad 18 -kebetulan, menjadi bahan ajar dosen Sastra Inggris Universitas Negeri Jakarta yaitu Wuthering Height.

Sama seperti dalam Wuthering Height yang berfokus pada kisah tragedi yang diakibatkan kebencian dan balas dendam, unsur supernatural dan kepercayaan terhadap hal irasioanal. Unsur tragedi dapat ditemukan dalam dua  judul dengan latar belakang yang sama sekali tidak berhubungan. Cantik itu luka yang berlatar pada dinamika sejarah Indonesia sedangkan Wuthering Height yang berlatar Inggris abad ke-18.

Pada akhirnya ada tawaran dari membaca buku ini, bahwa percaya manusia adalah titik dalam alam semesta dalam artian titik itu selalu digerakan oleh kekuatan dalam alam semesta yang kuat namun kasat mata. Meski begitu, manusia tetap menggerakan sejarah didalamnya. Tinggal sisanya manusia mau percaya kekuatan magis tersebut atau percaya manusia sendirilah yang menggerakan alur sejarah, karena itulah yang bakal menjadi dialektika realita baginya.

Penulis: Faisal Bahri
Editor: Muhammad Muhtar