Pemerintah Kota Bogor telah menyelesaikan revitalisasi jalur pedestrian di Jalan Suryakencana, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Sebagai upaya dalam mewujudkan label “Bogor Surga Bagi Pejalan Kaki”.
Revitalisasi pedestrian ini dilakukan dengan memangkas bahu jalan selebar dua setengah meter, guna mewujudkan trotoar yang ramah bagi para pejalan kaki. Selain itu, pemerintah setempat juga melakukan relokasi pedagang kaki lima (PKL) yang sebelumnya biasa berjualan di sepanjang jalan tersebut. Diantaranya pedagang siang dipindahkan ke Plaza Bogor, sedangkan pedagang malam ke Pasar Gembong, Sukasari.
Namun, pedagang kaki lima yang memilih “hijrah kembali” dari tempat relokasi mesti gigit jari. Nyatanya selain sepi karena penertiban, pemberlakuan jalan satu arah disepanjang Jalan Suryakencana juga membuat jalanan jadi tidak seramai seperti sedia kala.
Firdaus, salah seorang penjual kopi di Jalan Suryakencana mengaku, pukul 10 malam jalan tersebut sudah terasa sepi. Hal itu berdampak pada pendapatanya yang berkurang seiring sepinya pelanggan, akibat dampak relokasi jalanan tersebut. “Jalanan bagus tapi kok begini, orang kecil seperti saya mau kemana?” Keluhnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa pemerintah setempat melalui kebijakan relokasinya masih belum memberikan pemecahan masalah terbaik bagi PKL yang menggantungkan hidupnya di Jalan Suryakencana, ditandai dari beberapa pedagang yang lebih memilih kembali ke jalan Suryakencana, karena pendapatan di tempat relokasi tidak sebanding dari sebelumnya.
Jalan Suryakencana kini menampakan rupa yang berbeda seperti yang dikatakan Haris, warga sekitar Jalan Suryakencana, “Suryakencana dulu dikenal kota tidak pernah tidur, kini malah menjadi kota nyaris mati,” katanya.
Salah seorang satpam gereja di bilangan Jalan Suryakencana pun merasakan sudah beberapa bulan terakhir mengalami perubahan suasana yang kontras. Sebelumnya jalan tersebut ramai, kini sepi. “Kalau dulu ya banyak kuliner jalanan, kalau sekarang sudah tidak diperbolehkan sama walikota,” ucap Endang mengamati.
Program yang dinilai bakal mempercantik ikon Kota Bogor ini justru membuat jalanan sepi dan menyebabkan pendapatan pedagang di Jalan Suryakencana semakin berangsur menurun.
Hal itu pun dirasakan Aot, penjual gorengan di kawasan tersebut. Ia mengeluhkan pendapatanya kini menurun hingga sekitar 50 persen dari sebelum pemberlakuan penertiban di kawasan tersebut.
Ia melanjutkan, ada alternatif untuk tetap berjualan di Jalan Suryakencana yaitu dengan menyewa kios di sepanjang kawasan. Namun, harga yang ditawarkan masing-masing kios sangat tidak ramah terhadap PKL, yakni kisaran puluhan juta pertahun.
“Untuk makan sendiri saja susah, anak saya sampai nangis karena saya tidak bisa bayar sekolahnya dikampung. Masa saya dipaksa kontrak?” keluhnya.
Suherman, ketua Rukun Tetangga (RT) 03, Jalan Roda 7, Suryakencana berkomentar, ia menyayangkan nasib perekonomian PKL melemah semenjak penertiban. “Disini jadi agak bersih, cuma dampaknya ke yang jualan ya, kasian,” ujarnya.
Penulis : Bimo & Vamel
Editor : Muhamad Muhtar