Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang tergabung dalam Aliansi UNY Bergerak dan beberapa elemen mahasiswa lainnya, seperti Koalisi Revolusi Pendidikan Indonesia (KRPI), Aliansi Pendidikan Gratis (Apatis), dan Bangsa Mahasiswa menggeruduk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada Jumat (10/2).
Aksi tersebut berisi tuntutan agar Mendikbud Ristek Nadiem Makarim mengambil sikap tegas terhadap segala permasalahan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang ada di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di seluruh Indonesia, terkhusus di kampus UNY.
Perwakilan Tim Kajian UNY, Mushaf menuturkan, permasalahan terkait UKT di UNY sudah sejak 10 tahun terus bergulir. Namun, sampai saat ini belum ada sikap bijaksana dari Birokrat kampus untuk menyelesaikannya.
“Kasusnya itu, di hari terakhir pembayaran, di mana kami membuka posko pengaduan untuk mahasiswa yang gak bisa bayar UKT. Tetapi ketika kami mengadukan kepada Birokrat kampus, malahan di oper-oper, dan akhirnya ga ada kejelasan di situ, gak bisa diselesaikan akhirnya,” ucapnya.
Ia juga menjelaskan, mahasiswa-mahasiswa yang kesulitan membayar UKT terpaksa menjual berbagai aset yang mereka punya. Lebih parahnya lagi, seorang mahasiswi UNY Riska sampai merenggut nyawa sebab tidak dapat membayar uang kuliah.
Dari hal tersebut, Aliansi UNY Bergerak mendesak agar Nadiem Makarim segera buka suara mengenai mahalnya biaya kuliah, sehingga mengancam akan akses pendidikan bagi masyarakat miskin.
Ganta Semendawai, salah satu dari 15 mahasiswa UNY yang hadir pada aksi tersebut menjelaskan bahwasanya permasalahan biaya UKT di kampusnya sudah tergolong kronis. Sebab, mahasiswa yang tergolong tidak mampu justru mendapat golongan UKT tinggi. Menurutnya penetapan golongan UKT sudah bermasalah sedari awal.
Baca Juga: Jalan Panjang Keringanan UKT
Selain itu, Aliansi UNY Bergerak juga berharap kepada orang nomor satu di Kemendikbud Ristek itu untuk memberikan sanksi tegas kepada Rektor UNY Sumaryanto. Pasalnya, regulasi pengajuan keringanan UKT yang terlalu pelik membuat banyak mahasiswa UNY yang memutuskan untuk cuti dan berhenti kuliah.
“Aliansi mendapatkan laporan kasus perihal 160 mahasiswa yang ingin cuti dan berhenti kuliah disebabkan kesulitan membayar UKT,” tutur Ganta.
Aliansi UNY Bergerak berharap, adanya campur tangan negara guna menyelesaikan segala permasalahan UKT, dan menghentikan segala bentuk komersialisasi pendidikan. Demi terciptanya keadilan dan kemudahan akses pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Ada banyak orang yang mimpinya telah dicuri oleh UKT, ada banyak orang yang harus mengubur mimpinya karena biaya kuliah yang mahal,” tegasnya.
Sementara, Kasubdit HKI dan Publikasi Dikti Witno yang menerima aliansi mengatakan akan menampung serta memproses lebih lanjut mengenai 6 tuntutan tersebut. Ia juga berharap agar nantinya permasalahan ini akan segera menemukan jalan keluarnya.
“Ini akan kami sampaikan dan akan kami pelajari, setelah itu kami akan ikut memantau setiap pengusulan UKT dari data-data yang ada. Karena memang sebenarnya salah satu komponen penetapan UKT itu adalah kemampuan dari ekonomi mahasiswa,” pungkasnya.
Kendati demikian, massa aksi merasa kurang puas dengan komitmen perwakilan Kemendikbudristek. Sebab tidak ada pernyataan yang tegas untuk menyelesaikan tuntutan-tuntutan mahasiswa.
Reporter/Penulis: Adam Farhan
Editor: Ezra Hanif